Spesial Bab 2

3 0 0
                                    

Dalam beberapa bulan, Canya dan juga moodnya selalu berubah-ubah. Kadang dia sangat ceria kadang juga sudah menjadi pendiam. Tapi satu yang membuat Althaf sedikit tenang, Canya sekarang sudah bisa makan dengan tenang.

Dia sudah tidak merasakan mual lagi saat makan, bahkan sekarang nafsu makannya bertambah. Tubuhnya juga semakin berisi di saat usia kandungannya sekarang yang sudah menginjak tiga bulan.

Kadang-kadang Althaf merasa ingin mengungsi saja ke kamar orang tuannya. Kadang Canya selalu memarahinya tanpa sebab, dia tidak melakukan kesalahan apa-apa Canya malah memarahinya. Tapi Althaf tetap bersabar, dia tahu itu semua bawaan dari kehamilan Canya.

Seperti saat ini, mereka sedang tertidur dengan nyenyak di atas kasur. Canya bangun lalu mendengus, dia tiba-tiba merasa lapar. Padahal ini sudah tengah malam.

"Kak~." Canya mengguncang tubuh Althaf. Dia mengguncangnya dengan tanpa perasaan. Hal itu membuat Althaf yang sedang bermimpi indah langsung terbangun dengan tidak apik.

"Ada apa sayang?" Althaf lalu menyalakan lampu di kamar mereka. Canya duduk dengan air mata yang sudah bersiap untuk menetes.

"Lapar..." Canya merengek seperti anak kecil. Hal itu membuat Althaf merasa sangat gemas, andai Canya tidak sedang hamil, mungkin Canya sudah habis oleh Althaf.

"Ya udah, aku ambil makanan dulu di dapur." Althaf berniat untuk mengambil makanan untuk Canya, namun Canya menghentikannya.

"Maunya dimasak sama kakak, dan aku lihat kakak masak." Canya mengatakan permintaannya lagi. Althaf menghela napasnya dan mengangguk, untung permintaan Canya tidak yang aneh-aneh. Atau belum? Setelah itu, di tengah malam seperti ini mereka keluar dari kamar mereka dan pergi menuju dapur. Althaf menyiapkan bahan-bahan masakan untuk membuatkan Canya makanan.

Sup ayam utuh.

Saat ini usai kandungan Canya telah menginjak enam bulan, perutnya semakin besar dan dia semakin kesulitan untuk bergerak. Dia sudah seperti beruang gemuk saja, dan hal itu dimanfaatkan Althaf untuk mengejek Canya. Dia sering kali mengatakan Canya semakin bulat, hal itu membuat Canya marah tapi itulah yang diinginkan oleh Althaf. Permintaan Canya semakin hari semakin sesat, hal itu membuat Althaf pusing tujuh keliling tanpa berbelok.

Seperti saat ini, Althaf sedang dalam frustasi besar karena Canya sedang meminta agar Althaf memasak sup ayam untuknya. Untuk sup ayam Althaf memang sedikit bisa memasaknya, tapi harus ada ayam yang sudah siap dimasak. Tapi yang diinginkan Canya adalah melihat Althaf menangkap ayam sendiri, membersihkan ayam itu dan memasaknya. Semua proses harus dikerjakan oleh Althaf sendiri tanpa bantuan dari siapa pun.

Setelah berpikir keras hingga kepala rasanya botak, Althaf akhirnya mendapatkan ide. Walau pun ide itu sedikit mengelabuhi Canya.
Althaf akhirnya menangkap ayam dan menunjukkannya pada Canya. Melihat itu Canya sangat kegirangan.

Althaf membawa ayam itu untuk dibersihkan, tapi Canya tidak diperbolehkan melihat proses pemotongan ayam itu dengan dalih orang hamil tidak boleh melihat darah. Canya dengan polosnya menuruti perkataan Althaf dan Gisella. Saat Althaf berpura-pura menyembelih ayam itu, dia ternyata melepasnya lalu menggantinya dengan ayam yang sudah siap dimasak.

Jika dia tetap menyembelih ayam yang ia tangkap, maka pemilik ayam itu akan memarahinya. Althaf sebenarnya menangkap ayam yang entah milik siapa, ayam itu berkeliaran di tepi jalan. Setelah itu Althaf mulai memasak dan Canya dengan senyuman cerahnya dia menonton Althaf yang sedang memasak.

...

Setelah masakan Althaf selesai, dengan penuh semangat Canya langsung bersiap untuk menyantap masakan yang terlihat enak itu. Althaf sangat pandai memasak. "Thank you my husband." Canya menampilkan senyum lebarnya. Althaf duduk dengan lemas di kursi, Gisella yang melihat anaknya kerepotan karena menantu dan cucunya itu hanya bisa menggeleng. Dia lalu mengambil posisi duduk di samping putranya.

Young Marriage: Love Edelweis [END] [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang