Bab 3

3 2 0
                                    

“Lo yang pake jilbab hitam? Gue lihat pakaian Lo serba hitam? Lo mau ngampus atau ngelayat?” ucap wanita itu sambil tertawa mengejek pada seorang wanita mahasiswi baru yang memakai pakaian serba hitam. Wajahnya memerah karena dipermalukan.

“Nama Lo siapa?’ tanya seorang pria dengan almet berwarna merah. Dia menatap Canya dengan tersenyum.

“Emm, nama gue Canya bang,” ucap Canya terlalu kaku.

Pria itu menggelengkan kepalanya. “Saat ada acara seperti ini, Jangan panggil bang, oke? Walaupun cowok panggil aja kakak! Tapi kalau gak ada acara baru boleh!”
Canya mengangguk. “I-iya kak.” Canya masih merasa gugup.

“Oh iya, kenalin nama gue Althaf,” ucap pria bernama Althaf itu sambil mengulurkan tangannya. Canya menerima uluran tangan Althaf, dan senyuman Althaf membuat jantungnya berdegup dengan kencang. Begitu juga dengan Althaf, wajah manis Canya membuatnya seperti ingin oleng.

“Al, kegiatan pertama apa?” Amanda wanita yang tadi memberikan arahan. Amanda menatap Althaf dengan tatapan binar.

“Sesuai jadwal, hari ini mereka akan melatih kepercayaan diri. Suruh aja mereka untuk memperkenalkan diri, dan berikan sesuatu yang menarik seperti cara memperkenalkan dirinya dengan gerakan,” ucap Althaf menerangkan apa yang harus dilakukan. Amanda mengangguk dan tersenyum setelah itu memberi arahan pada semua adik juniornya.

Satu persatu dari mereka pun maju dan memperkenalkan diri, tidak ada yang benar saat memperkenalkan diri mereka semua gugup. Sekarang tinggal Canya yang belum memperkenalkan diri. Canya maju dan menghela napasnya.

“Halo teman-teman, perkenalkan namaku Canya Oktavia Shandra. Senang bertemu dengan kalian,” ucap Canya sambil menggerakkan tangannya, bahasa isyarat. Banyak yang terpaku dengan kepercayaan diri Canya. Dia bahkan tersenyum manis saat memperkenalkan diri yang membuat beberapa pria langsung ikut tersenyum.

“Al, dia cantik ya,” ucap Kenandra, temannya Althaf.

“Iya memang cantik,” ucap Althaf sambil tersenyum sendiri.

“Wih, senyum nih es batu? Bisanya enggak? Jangan-jangan naksir sama si Canya itu?” tanya Kenandra.

“Tapi, walaupun dia cantik. Di hati gue tetap Ayang Arin,” ucap Kenandra sambil mengingat wajah cantik kekasihnya.

“Ihh jadi rindu Ayang Arin,” ucap Kenandra dengan nada lebay-nya yang membuat Althaf ingin muntah.

...

Setelah acara orientasi selesai, saat ini Canya sedang berada di lorong kelas fakultas kedokteran. Rencananya dia akan mengambil fakultas tersebut.

*Bukh

Karena sibuk menatap ke sana ke mari Canya tak sengaja menabrak seseorang.

“Aduh, maaf,” Orang yang ia tabrak langsung berbalik.

“Lo gak apa-apa?” tanya pria di depannya. Canya mengangguk dan menatap pria yang ia tabrak, ternyata itu adalah Althaf.

“Oh Canya, Canya kan?” tanya Althaf. Sebenarnya dia mengenal betul Canya, dia hanya gugup ditatap oleh Canya.

“Woy Al?! Lo gak apa-apa brodi? Lo ditabrak sama bidadari,” ucap Kenandra sambil memeriksa Althaf dengan lebay.

“Oh, bidadari ya?” tiba-tiba Arin datang dan bertanya pada Kenandra dengan kesal.

“Eh, Ayang Arin? Iya, kamu bidadarinya,” ucap Kenandra sambil tersenyum dan mendekati Arin. Arin hanya memperlihatkan wajah kesalnya dan menatap kearah lain.

“Ayang, jangan marah dong. Cuma kamu kok yang ada di hati aku, suer,” ucap Kenandra memohon.

“Aku beliin es krim?” tanya Kenandra dan mendengar kata es krim membuat Arin menjadi semangat. Dia langsung menarik tangan Kenandra dan pergi menuju kantin.

Young Marriage: Love Edelweis [END] [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang