“Begini dulu, aku udah kangen banget sama kakak.” Althaf menuruti permintaan Canya, walaupun orang tua mereka sedang menonton di belakang.
“Jawab, kamu habis dari mana?” tanya Althaf lagi.
“Bertemu Steven...” Althaf langsung terlihat panik lagi, namun rasa panik itu seketika berubah menjadi kebingungan saat Canya menunjukkan sebuah surat.
“Surat perceraian? Maksudnya?” tanya Althaf setelah membaca surat itu.
“Biar bagaimanapun, aku sangat Steven udah sah menikah. Agar bisa bersama kakak lagi kami harus berpisah kan?” ucap Canya sambil tersenyum, mendengar itu Althaf paham. Dia juga langsung tersenyum.
FLASHBACK.
Sekitar pukul tiga sore tadi, Canya bangun dengan rasa pening di kepalanya. Canya memijat pelipisnya, lalu melihat ponselnya yang terus berbunyi akibat banyaknya pesan masuk. Di sana ternyata sudah banyak pesan dari Steven. Salah satu pesan dari Steven adalah meminta Canya agar menemuinya di sebuah tikungan jalan dekat dengan kediaman Wijaya. Canya diam-diam pergi ke sana tanpa mengabari orang lain bernama terlebih dahulu. Hingga saat dia sampai di sana, ternyata Steven sudah menunggu, Canya langsung menghampirinya.
“Maaf, Lo udah nungguin gue sampe dikerubungi lalat.” Canya sedikit membuka candaan agar pembicaraan ini tidak terlalu tegang, Canya tahu yang ingin dibicarakan oleh Steven adalah masalah yang serius.
“Saya mau tanya, untuk yang terakhir kalinya. Kamu benar gak punya perasaan sama saya?” tanya Steven. Dengan ragu Canya mengangguk.
Steven menghela napas. “Kamu harus berjanji setelah ini harus bahagia dengan Althaf, ini...” Steven lalu memberikan sebuah surat untuk Canya.“Apa ini?” tanya Canya.
“Kalo kamu mau menikah sama Althaf, kamu harus bercerai dulu dengan saya. Atau kamu mau punya dua suami sekaligus? Kita juga mungkin gak bakal rukun kalo lanjutin pernikahan ini. Kamu gak bakal bahagia sama saya.” Steven sedikit terkekeh saat dia mencoba bercanda. Canya tersenyum mendengar itu.
“Semoga kamu selalu bahagia, saya gak akan ganggu kalian setelah ini...”
FLASHBACK END.
“Benar dia gak bakal ganggu kita lagi?” Althaf bertanya untuk yang kedua kalinya, memastikan jika apa yang dikatakan oleh Steven itu serius. Canya mengangguk.
“Bagus deh, atau aku bakal ngasih perhitungan sama dia,” ucap Althaf, lalu detik berikutnya jeweran langsung mengenai telinganya. Pelakunya adalah ibunya sendiri.
“Mama gak pernah ajari kamu ngomong gitu ya!” Althaf meringis, jeweran di telinganya sangat kuat. Telinganya bahkan sampai memerah.
“Mama, aku lagi sakit juga. Kalo aku lupa ingatan lagi gimana?” tanya Althaf dengan sangat lebay.
“Aku rujuk sama Steven.” Althaf langsung melotot saat mendengar perkataan Canya, dia sangat tidak rela jika itu terjadi.
Walaupun Canya dan Steven baru menyelesaikan akad nikah mereka, tetapi mereka langsung bercerai. Ada banyak alasan di samping itu, Canya tidak mencintainya dan mereka mungkin tidak akan rukun. Dan Canya mungkin tidak akan bahagia.
...
Malam hari, di balkon. Althaf dan Canya sedang menikmati malam mereka, menatap bintang yang bersinar terang dan menghampar di langit yang luas.
“Bagaimana kalo kakak gak selamat, kamu nanti gimana?” entah sebab apa, pertanyaan itu keluar dari mulut Althaf.
“Gak ada, kakak selamat,” kata Canya singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Marriage: Love Edelweis [END] [Terbit]
Teen FictionCanya harus merelakan kekasihnya untuk selamanya karena kecelakaan, saat dia sudah ikhlas, dia dijodohkan dengan pria lain. Namun di saat pernikahannya dilangsungkan, kekasihnya dulu ternyata masih hidup dan membuat kacau di pernikahannya