Bab 19

2 2 0
                                    

“Hi bro!” Azkara berbalik saat ada yang memanggil dirinya. Ternyata itu adakah Kenandra, Kenandra sangat senang melihat Althaf. Tapi dia juga merasa sedih jika ternyata yang di depannya ini ternyata bukan sahabat kecilnya.

“Lo benar-benar bukan Althaf? Jawab yang jujur!” kata Kenandra. Azkara mengerutkan keningnya, sebenarnya Althaf ini siapa? Apakah dia yang memiliki wajah mirip dengan Azkara?

“Berapa kali gue harus ngomong, gue bukan Althaf atau siapa pun yang kalian maksud. Kenalin gue Azkara Pratama.
Anak orang terkaya di kota ini.” Dengan sombongnya, Azkara berucap dan menatap Kenandra dengan tatapan meremehkan. Kenandra mengangguk, sudah dia pastikan yang di hadapannya ini bukan Althaf mereka. Althaf tidak pernah menatap orang lain dengan tatapan meremehkan atau bahkan menyombongkan dirinya.

“Oke bro, gue pergi dulu. Stay happy ya!” Azkara menepuk pundak Kenandra setelah itu dia pergi dengan kedua temannya. Dia sempat bertemu tatap dengan Canya dengan Canya yang langsung membuang muka.

Setelah Azkara pergi, kaki Canya mendadak lemas. Dia tidak tahan lagi, air matanya menetes. Dia tidak bisa menghadapi kenyataan jika ternyata itu bukan Althaf, Canya sudah sangat berharap jika Althaf masih hidup. Canya juga sudah berpikir mungkin Althaf lupa ingatan, tapi setelah dipastikan oleh Kenandra, Canya merasa tidak rela.

***

Malam hari. Di sebuah ruangan, Canya dengan yang lainnya sedang makan malam. Mereka makan dengan duduk melingkar, mengobrol dan banyak bercerita. Suasana di sana sangat menyenangkan. Tetapi berbeda dengan Canya, dia masih mencoba untuk ikhlas dan melupakan tentang pria yang mirip dengan Althaf itu. Dia harus fokus dengan masa depannya.

“Eh, Bu dokter kita kok makannya dikit? Tambah dong.” Aurel, anggota paling muda di antara mereka berbicara seperti itu saat melihat Canya yang makan hanya sedikit. Semua orang menatap Canya.

Canya tersenyum. “Perut gue lagi sakit guys, jadi makannya dikit-dikit. Tapi tenang aja, setelah ini gue makan lagi kok, biar perut gak kosong.” Mendengar perkataan Canya membuat mereka mengangguk. Canya juga sedikit tersipu saat mendengar Aurel memanggilnya dengan sebutan Bu dokter padahal dia masih menjadi dokter magang di rumah sakit. Itu pun karena rumah sakit itu milik Hasan, jika tidak siapa yang akan menerima dirinya?

...

Pagi harinya.

“Topi gue kak, KAK ARIN topi gue siniin!” Canya berlari mengejar Arin yang mengambil topinya.

“Gak, ini bagus buat gue aja!” Arin juga berlari untuk menghindari Canya. Tadi mereka sedang bersiap-siap untuk pergi jalan-jalan ke gunung Bromo. Sekalian mereka jalan-jalan ke sana karena jaraknya sudah dekat. Kira-kira hanya 20 kilometer, dan saat bersiap-siap Arin tidak sengaja melihat topi yang sangat cantik di tas milik Canya. Arin langsung mengambilnya.

“Gue bakal nukar sama barang gue yang lain, asal Lo ngasih ini sama gue.” Canya yang sudah ngos-ngosan langsung berhenti. Dia lalu mengangguk, lagi pula dia masih punya banyak topi.

“Ya udah, tapi sebagai gantinya Lo masakin gue tumis jamur malam ini.” Itulah permintaan Canya, Arin sangat pandai memasak dan Canya memanfaatkan situasi ini untuk mendapatkan makanan enak. Arin mengangkat jempolnya lalu memakai topi yang ia dapat dari Canya. Dia memang sangat cantik memakainya.

“Sayang udah? Ayo!” Kenandra memanggil Arin. Arin mengangguk dan menarik tangan Canya. Mereka pergi keluar dan memasuki mobil mereka, semua barang dan makan siang mereka telah disiapkan di bagasi mobil. Sekarang tinggal berangkat dan menikmati perjalanan.

...

Perjalanan 20 kilometer, mereka lalui dengan senang hati. Hingga saat ini mereka telah sampai di salah satu objek wisata Indonesia yang paling terkenal. Gunung Bromo, gunung yang memiliki sejuta keindahan. Canya begitu bersemangat saat sampai di lokasi. Dia bahkan tidak sadar jika mulutnya terus terbuka akibat mengagumi keindahan alam di depannya.

Young Marriage: Love Edelweis [END] [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang