Bab 15

3 2 0
                                    

“Ya gue tau besok itu ada Shooting tapi Lo ngertiin Napa? Gue baru pertama kali ini ngerasain cinta sejati.” Reza sedang berdebat dengan Karina, manajernya.

“Ya gue ngerti, tapi gimana sama semua kru? Za, film ini sebentar lagi bakal ditayangkan loh.” Karina sangat bingung, padahal beberapa hari lalu Reza secara tiba-tiba meminta libur untuk beberapa hari dan saat itu sutradara masih memberi izin. Tapi sekarang Reza ingin meminta libur lagi? Aneh.

“Sehari aja, gue ingin bawa dia jalan-jalan.” Reza menatap wanita yang lebih tua darinya itu dengan tatapan memohon. Karina menghela napas lalu mengangguk.

Reza tersenyum bahagia, besok dia bisa mengajak Canya jalan-jalan dan mengajak Canya ke sebuah mall. Reza sangat paham apa yang diinginkan wanita, yaitu berbelanja di mall. Tapi Reza tidak tahu beberapa wanita juga masih ada yang tidak terlalu suka berbelanja.

Reza keluar dari ruangannya, dia berjalan dengan perasaan yang sangat bahagia. Namun kebahagiaannya itu tidak berlangsung lama saat seorang wanita menarik tangannya. Reza sangat kesal karena itu adalah Chintya, mantan kekasihnya.

“Ada apa?” Reza terlihat sangat-sangat tidak senang.

“Aku hamil.” Perkataan Chintya membuat Reza langsung melotot.

“Jangan bercanda...” Reza lalu melihat sebuah surat yang diberikan Chintya.

“Gak, gak mungkin.”

“Lo harus tanggung jawab, atau gue bakal bikin Video kalo kita udah lakuin itu, dan sekarang aku hamil anak kamu.”

“Bohong, Lo mau meras gue kan?”

“Terserah gak percaya, tapi aku juga bakal viralin skandal kamu sama Jessica.” Chintya adalah seorang aktris dan membintangi film yang sama dengan Reza. Dulu mereka adalah sepasang kekasih, tapi entah apa alasannya Reza memutuskan hubungan mereka secara sepihak beberapa Minggu lalu.

Chintya mempunyai banyak bukti tentang skandal Reza dengan beberapa teman aktrisnya, dan hal itu membuat Chintya tidak takut meminta pertanggungjawaban dari Reza. Siapa sangka seorang Reza Nugroho memiliki banyak hal-hal negatif di belakang. Dia sebenarnya memiliki wajah dua atau topeng.

...

Minggu pagi.

Di rumah Canya, dia dan ibunya sedang sarapan. Lalu terdengar suara motor di depan rumahnya, Canya pikir itu adalah Althaf. Itu sebabnya dia langsung berlari dari meja makan untuk membukakan pintu. Namun senyumannya langsung luntur dan hanya meninggalkan senyuman pahit saat melihat ternyata Reza lah yang datang.

“Oh pak Reza? Ada apa pak?” tanya Canya.

“Saya ke sini mau berkunjung aja, sekalian mau ajak kamu jalan-jalan. Hari ini ulang tahun saya.” Mendengar ucapan Reza membuat Canya sedikit merasa tidak enak. Jadi dia mengajak Reza untuk masuk. Canya sekarang sedikit menjaga jarak dengan Reza karena hubungannya dengan Althaf.

“Sekalian pak, kita sarapan dulu.” Canya tidak tahu harus mengatakan apa untuk menolak ajakan Reza dengan halus. Reza menyapa Marlina lalu dia dipersilahkan untuk duduk. Reza merasa jika ibunya Canya menyukainya, dan dia merasa jika dia diberi lampu hijau untuk mendekati Canya.

Akhirnya Reza ikut sarapan dengan mereka, dia mengobrol banyak tapi Canya sangat kaku. Dia hanya mengangguk dan tersenyum sebagai balasan dari perkataan Reza. Hal itu membuat Reza bingung, padahal sebelumnya Canya tidak se kaku ini jika berbicara padanya. Tapi, sesuatu yang positif muncul di pikiran Reza. “Mungkin, dia udah suka sama saya. Itu sebabnya dia gugup.” Reza berbicara dalam hati, dan dia juga mengulum senyumannya.

...

Setelah selesai sarapan, sekarang waktunya Reza untuk melancarkan aksinya untuk membujuk Canya pergi jalan-jalan dengannya. Canya bingung apa yang harus dia katakan.

“Nak, Reza. Bukannya ibu melarang, tapi Canya masih ada urusan pagi ini, gimana dong?” Marlina memperlihatkan wajah sedih, dan melihat itu Canya merasa senang. Sepertinya ibunya tahu tentang isi pikirannya. Reza masih tersenyum walau hatinya sedikit kecewa.

*Ting

Sebuah pesan masuk ke ponsel Reza dia langsung membuka ponselnya. Tapi saat dia melihat isi pesan itu, dia langsung melotot. Lalu dia menatap Canya dan ibunya, dia tersenyum.

“Bu, Canya. Saya sepertinya juga ada urusan, maaf ya. Lain kali aja jalan-jalannya.” Reza pamit setelah itu dengan terburu-buru dia keluar dari rumah Canya. Dia langsung pergi dengan motornya. Tapi ternyata, ada Althaf yang melihat kepergiannya dari rumah Canya. Althaf sangat kesal, ternyata pria itu masih terus mencoba mengganggu Canya. Althaf melajukan motornya, dia harus memberi peringatan pada pria itu. Sebenarnya Althaf ingin pergi ke rumah Canya. Tapi sekarang dia mengikuti Reza.









Di kediaman Wijaya. Hasan dan Gisella sedang membicarakan sesuatu yang penting. Mereka berdua menatap foto Canya dan Althaf yang ada di depan mereka.

“Mereka cocok banget ya Ma, gimana kalo kita adain acara pertunangan mereka secepatnya?” tanya Hasan. Gisella menatap suaminya, lalu dia mengangguk. Itu memang ide yang sangat bagus.

“Mereka berdua pasti akan sangat senang, kita bikin pesta yang meriah,” kata Hasan lagi.

“Tapi Pa, mungkin Canya gak bakal mau dibuat pesta yang terlalu meriah. Aku bisa lihat dia itu orangnya sederhana, kita turuti kemauan mereka saja.” Gisella mengatakan apa yang ada di hatinya. Hasan mengangguk, dia akan mengundang keluarganya dari Korea saat acara pertunangan Althaf dan Canya nanti digelar.

...

Malam harinya.

Canya dan juga ibunya sedang bersiap-siap menuju kediaman Wijaya. Di depan rumah mereka sudah ada mobil yang datang untuk menjemput keduanya. Malam ini mereka dipanggil lagi untuk makan malam bersama. Karena biasanya di kediaman Wijaya hanya ramai oleh para pembantu dan pekerja lainnya. Tapi dengan mengundang Canya dan ibunya membuat Gisella merasa bahagia. Dia sangat senang mengobrol sesuatu yang banyak dengan Marlina.

Setelah selesai, mereka pun mengunci rumah. Berjalan menuju mobil lalu mobil itu pun mulai melaju menuju kediaman Wijaya. Senyuman indah terpancar di wajah Canya karena dia akan bertemu dengan Althaf, sudah satu hari ini dia tidak bertemu dengan Althaf. Mungkin Althaf sedang sibuk, itu sebabnya Canya juga tidak mengganggu kekasihnya itu dengan mengirim pesan atau meneleponnya.

Sekitar setengah jam perjalanan, mereka akhirnya sampai di kawasan kediaman Wijaya. Mobil terus melaju hingga ke depan rumah. Setelah itu Canya dan Marlina keluar dan langsung disambut oleh Gisella.

“Ayo, ayo saya udah lama nunggu kalian.” Senyuman tulus terpancar di wajah Gisella. Mereka pun memasuki rumah dan pergi ke ruang tamu. Di sana ada Hasan yang sedang meminum kopinya juga dengan laptop di meja. Dia sedang sibuk mengerjakan sesuatu.
Namun saat mendengar kedatangan calon besan dan menantunya, dia langsung menutup laptopnya. Dia lalu berdiri dan menyapa Marlina. Marlina lebih tua dari Hasan sekitar dua tahun. Jadi dia menghormatinya seperti seorang adik pada kakaknya sendiri.

“Oh iya Pa, kak Althaf...” Canya sedikit malu saat menanyakan Althaf, dia belum melihatnya sejak sampai di rumah ini.

“Oh bukannya Althaf tadi pagi ke rumah kamu? Hm, mungkin dia ada urusan lain. Coba telepon, dia belum pulang soalnya.” Canya mengerutkan keningnya, Althaf tidak datang ke rumah hari ini. Lalu apa urusan penting yang harus Althaf selesaikan?

Canya mengeluarkan ponselnya, dia mencoba menghubungi Althaf. Panggilan pertama, tidak dijawab hingga beberapa kali Canya mencoba selalu tidak dijawab. Mereka sangat bingung.

“Ke mana anak itu?” Gisella menghela napas.

“Mungkin dia ada urusan Ma,” ucap Hasan. Mereka lalu melanjutkan kegiatan mereka. Mengobrol beberapa hal. Tapi berbeda dengan Canya dan Gisella, mereka berdua terlihat cemas. Mereka memiliki Feeling jika Althaf dalam bahaya.

“Tuan.” Beberapa orang berpakaian serba hitam datang dan seorang yang paling tua di antara mereka yang memanggil Hasan.

“Ada apa paman Lee?” Gisella lah yang menjawab pria itu.

Young Marriage: Love Edelweis [END] [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang