Bab 7

2 2 0
                                    

Saat ini acara telah selesai. Semua sedang beristirahat karena kelelahan, ada beberapa wanita yang bernyanyi untuk menghibur para tamu, dan saat ini seorang Reza Nugroho sedang berjalan mendekati Canya yang sedang duduk sendirian.

“Hi.” Sapa Reza. Canya sedikit tersentak
namun dia langsung tersenyum.

“Boleh saya duduk?”

“Tentu.”

Reza pun duduk di samping Canya. Canya sedikit canggung karena baru mengenal pria di sampingnya ini. Walaupun dia sudah pernah beberapa kali melihatnya di televisi.

“Nama kamu siapa?” Reza mengeluarkan pertanyaannya. Canya mendehem dan menatap Reza sambil tersenyum.

“Saya Canya.” Reza mengangguk dan mencari topik lain yang bisa dibicarakan dengan Canya. Dia merasa sedikit aneh, biasanya jika berbicara dengan orang lain akan banyak hal yang ia katakan. Namun saat berbicara dengan Canya entah kenapa Reza menjadi sangat gugup.

“Jika boleh bertanya, apa alasan kamu masuk ke organisasi ini?” tanya Reza.

“Hm, itu. Saya hanya ingin ikut andil dalam upaya pencegahan Nikah Muda, mencoba berusaha membuat masa depan anak-anak muda di Indonesia menjadi cerah tanpa Nikah Muda, narkoba dan hal-hal yang membuat masa depan rusak.” Jawaban Canya membuat Reza sangat kagum. Dia semakin penasaran dengan wanita di sampingnya ini. Saat Reza ingin bertanya lagi. Tiba-tiba Althaf datang dan memanggil Canya.

“Canya kita pulang, nanti keburu kesorean. Lo kan mau ke kafe juga” Canya mengangguk dan pamit pada Reza dan menghampiri Althaf. Melihat hal itu membuat Reza merasa sedikit tidak rela. Sedangkan Althaf dan Canya. Saat ini mereka sedang berjalan menuju parkiran. Di sana sudah ada Arin dan Kenandra menunggu mereka.

“Noh, udah datang tuh. Kita pulang sekarang aja,” kata Kenandra setelah melihat Althaf dan Canya sudah berjalan menghampiri mereka.

“Diam! Aku mau bicara sama Canya sebentar.” Arin berjalan ke arah Canya dan menarik tangannya menjauh dari kedua pria itu. Mereka membicarakan sesuatu yang tidak boleh diketahui oleh pria.

“Ngapain mereka?” Tanya Althaf dan Kenandra mengedikan bahu. Setelah Canya dan Arin selesai berbicara. Mereka akhirnya menemui Althaf dan Kenandra, setelah itu mereka akhirnya pulang. Di perjalanan Canya dan Althaf sedikit mengobrol tentang acara tadi. Canya juga menanyakan beberapa tentang Reza kepada Althaf karena Canya tidak tahu banyak.

Mendengar pertanyaan dari Canya membuat Althaf sedikit kesal, namun dia tetap menjawab pertanyaan Canya dengan baik.

                  Masalah yang menimpa almarhumah         Kak Aprilia dulu yang menjadi pendorong            utama bagiku untuk mengikuti organisasi itu. Di sana aku bisa mengajak semua anak-anak muda untuk menghindari semua yang bisa merusak masa depan. Memang semuanya tidak mudah bagiku, aku harus mengatur jadwalku. Aku juga bekerja di sebuah kafe. Kerja paruh waktu
                                    — Canya.







Saat ini sore hari. Di sebuah kafe, Amanda dan Harris sedang mengobrol. Mereka juga menunggu pesanan mereka.

“Ada apa?” tanya Harris. Dia bingung kenapa tiba-tiba Amanda mengajaknya untuk bertemu lagi.

“Gue ingin bicarain tentang masalah beberapa waktu lalu.”

Harris mengerutkan keningnya. “Apa maksud Lo? Bukannya kita udah sepakat buat lupain masalah itu?” Harris sangat kesal karena Amanda menyinggung kembali tentang masalah beberapa Minggu lalu.

FLASHBACK.

Pagi hari, Amanda dan Harris bangun dengan kepala yang sama-sama pusing. Harris sangat terkejut saat menemukan dia tidur tanpa pakaian dan memeluk seorang wanita. Dia langsung mengambil pakaiannya dan memakainya.

“Lo?” Harris sangat terkejut, apalagi ingatannya samar-samar mulai dia sadari.

“Ha—.”

“Cukup, sampai di sini aja. Kita harus berjanji saling lupain ini. Lo yang jebak gue.” Harris langsung memotong perkataan Amanda.

“Kalo gue hamil gimana?”

“Gue gak mau tau, Lo yang jebak gue. Kalo Lo hamil Lo bisa gugurin anaknya.”

FLASHBACK END.

“Ya tapi gue gak tega buat bunuh dia Har, dia gak bersalah. Gue yang salah,” ucap Amanda.

“Ya udah, Lo yang salah jadi Lo yang nanggung akibatnya. Gue korban.”

“Tapi ini anak Lo Har, gak mungkin Lo biarin dia sengsara tanpa seorang ayah.” Amanda betul-betul mengharapkan jika Harris akan mau bertanggung jawab atas kehamilannya. Harris menggelengkan kepalanya. Mereka terus berdebat dan tidak menyadari seorang pelayan sedang berdiri tak jauh dari mereka. Dia adalah Canya, dia bekerja sebagai pelayan di kafe ini, dan dia mendengar semua pembicaraan keduanya.

“Ca, Canya?” Amanda yang pertama kali menyadari keberadaan Canya. Harris berbalik dan langsung berdiri dan melenggang pergi. Canya begitu terkejut, namun dia tidak ingin mencampuri urusan orang lain. Canya meletakkan pesanan Amanda dan Harris di meja lalu hendak pergi. Amanda menghentikannya dan memohon agar Canya tidak mengatakan itu pada orang lain.

“Gue tau kita memang gak punya hubungan dekat, tapi gue mohon jangan bilang siapa-siapa ya. Please!”

“Gue gak punya urusan soal itu, tapi gue mohon masalah kalian cepat diselesaikan, dan jangan berpikir untuk membunuh janin Lo.” Canya langsung pergi ke dapur lagi. Amanda menatap Canya, dia sangat bingung apa yang harus ia lakukan. Orang tuanya akan sangat marah jika mengetahui hal ini. Lalu bagaimana nasib anak di perutnya.

***

“Heh kamu gak pantas sama anak saya!”

“Dasar wanita licik, menjebak seorang pria!”

Amanda langsung terbangun karena mimpi buruk yang ia alami. Dia menangis dan merasa sangat bingung, dia bingung apa yang harus ia perbuat. Bagaimana dia harus menghadapi orang-orang kedepannya. Amanda melihat jam di dinding kamarnya, masih pukul lima pagi.  Namun dia tidak berani untuk tidur lagi, dia takut jika mimpi buruk yang tadi akan datang lagi. Dia hanya duduk dan merenungkan kembali apa yang ia perbuat.

Dia tidak menyangka jika semuanya akan jadi seperti ini, dia berpikir jika Harris adalah pria yang baik, dan Harris akan langsung bertanggung jawab jika mereka melakukan itu. Tapi ternyata Amanda salah, dia benar-benar menyesal sekarang. Andai dia berpikir dua kali untuk melakukan hal itu, mungkin sekarang hidupnya masih tenang.

...

Saat ini, pukul delapan pagi. Di kampus, Canya sedang berjalan menuju kelasnya. Hari ini kelasnya pagi hari dan akan berakhir kira-kira pukul sebelas atau dua belas nanti. Dia berjalan lalu berhenti ketika melihat Amanda yang sedang termenung, dia menatap dengan kosong di balkon kampus. Canya langsung menghampiri Amanda dan menepuk pundaknya.

“Jangan berpikir sampai ke sana! Jangan mudah menyerah!” Amanda menggelengkan kepalanya dan tersenyum.

“Gua gak se lemah itu, tapi gue hanya gak tau gimana caranya agar Harris mau menanggung jawab atas semuanya,” kata Amanda. Canya juga ikut memandang jauh.

“Gue bakal bantu Lo, sekaligus kita mempererat persahabatan. Lo harus mengakui kesalahan Lo sama Harris, karena di sini Lo yang salah. Gue yakin dia bakalan mau jika kalian berpikir dengan kepala dingin.”

“Nanti siang, kalian berdua temui gue di kafe tempat gue bekerja.” Amanda mengangguk dan tersenyum. Setelah itu Canya pun pergi ke kelasnya.

Young Marriage: Love Edelweis [END] [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang