Bab 12

3 2 0
                                    

Canya tersentak saat dia mendengar pintu terbuka lalu tertutup, dia langsung menyorot pada pintu. Tidak ada orang, lalu Canya berbalik lagi untuk mencari lilin. Tapi, seorang pria tua berdiri di depannya dengan senyuman yang sangat menyeramkan. Pria tua itu langsung menutup mulut Canya dengan sebuah sapu tangan. Canya memberontak dan mencoba melawan.

***

Sedangkan di rumah kepala desa, Kenandra sedang dalam mode begonya. Dia terus memohon pada Althaf untuk menemaninya pulang karena dia sudah dari tadi menahan hajatnya yang ingin keluar. Althaf sudah mengatakan agar dia meminjam toilet kepala desa saja. Tapi Kenandra menolak dan mengatakan “Lebih nyaman buang di rumah sendiri.” Ada-ada saja memang.

Akhirnya Althaf mengangguk, dia lalu permisi untuk menemani Kenandra menuju rumah posko mereka. Mereka berjalan dengan Kenandra yang terus mengoceh. Dia memang sangat banyak bicara.

*Bugh

Canya menendang perut pria yang mencoba membiusnya dengan cara murahan. Pria itu kira dengan membiusnya menggunakan sapu tangan akan membuat Canya pingsan? Tidak, Canya tidak sebodoh itu. Canya menatap pria di depannya yang sudah tersungkur dan memegang dadanya. Sedangkan di luar, dua pria tampan sedang sangat heran saat melihat posko wanita yang sangat gelap.

Kenapa hanya di sana saja yang lampunya tidak menyala? Althaf dan Kenandra berjalan untuk memeriksanya. Mereka terkejut dengan suara orang yang jatuh dari dalam. Mereka langsung masuk dan menyalakan senter ponsel masing-masing.

“Canya?” Canya menoleh, menatap Althaf dan Kenandra yang menatapnya dengan heran.

“Dia masuk, dan mencoba membius ku, dengan cara murahan.” Canya seperti mencemooh menatap pria di depannya.
Kenandra semakin mendekatkan senter pada pria itu. “Bukannya ini Dayat ya? Pria pedofil kemarin?” Canya dan Althaf melihat lebih jelas.

“Oh ceritanya mau balas dendam nih ya?” Canya berkacak pinggang. Dia semakin kesal dengan pria tua itu.

“Pak, ingat! Udah bau tanah juga.” Canya dan Kenandra menahan tawa mendengar ucapan Althaf. Dengan demikian, tak lama banyak orang sudah berkumpul di sana.

Bahkan kepala desa juga ada, mereka semua meminta keterangan dari pria tua itu dan terkuak alasannya menyelinap yakini untuk menyekap Canya. Pria tua itu juga memiliki niat untuk memperkosa Canya. Pria tua itu disuruh meminta maaf kepada Canya, dan Reza berniat melapor ke polisi. Tapi Canya menghentikannya. Dia sudah memaafkannya.

“Pak, dia juga manusia. Kan manusia sifatnya salah, asal dia tidak mengulangi kesalahannya lagi. Dia berhak mendapatkan kesempatan kedua.” Semua orang salut dengan pikiran dewasa dari Canya. Bahkan orang yang sudah berumur sekalipun masih ada pikirannya yang seperti anak-anak.

...

Pagi harinya, sekarang Arin dan Canya sedang berdua di kamar mereka. Mereka merencanakan sesuatu yang hanya mereka berdua yang mengetahuinya. Setelah itu mereka melakukan tos dan tertawa.

“Let’s Do it.” Mereka sudah seperti kakak beradik saja. Mereka memang sudah sangat dekat. Setelah itu, Arin keluar dan pergi menemui Althaf dan Kenandra. Dia menampilkan wajah seriusnya.

“Al, Lo bilang Lo udah nembak Canya kan? Dan Canya gak jawab? Sekarang Lo pergi ke taman dan bilang perasaan Lo di sana. Itu syarat dari Canya.” Mendengar hal itu membuat Althaf langsung bersemangat. Tanpa mengatakan apa pun dia langsung pergi.

Althaf pergi ke sebuah taman yang indah, taman ini sengaja dibuat oleh beberapa anak muda di desa agar desa mereka terlihat lebih indah. Banyak bunga warna-warni di sana. Juga ada sebuah batu besar dengan bunga-bunga mengelilinginya. Althaf mendekati batu itu karena di sana dia melihat Canya.

Young Marriage: Love Edelweis [END] [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang