29. INS : Angsa Hitam

142 38 7
                                    

Setelah berjalan melewati lembah dan mendaki bukit para siswa pun tiba di tempat tujuan. Mereka sebenarnya bingung kenapa harus melakukan camping di gunung Angsa.

Mereka mengira tidak akan masuk sejauh ini, tapi karena ketua osisnya masih memandu mau tidak mau mereka tetap harus berjalan.

Perjalanan sedikit berbahaya karena banyak rawa yang di lewati. Setelah sampai setiap senior pun membuat tenda sedangkan yang lain menyiapkan makanan.

Tidak sia-sia mereka melakukan perjalanan jauh, pasalnya tempat yang mereka tuju benar-benar bagus dan cocok untuk camping.

Pino berbaring dibawah pohon yang tak jauh dari area tenda, dia benar-benar kecapekan karena tidak pernah berjalan sejauh ini. Tubuhnya lemas dan kepalanya sedikit pusing.

Gazzel membuat tenda secara terburu-buru karena dia sangat mencemaskan adiknya. Sedangkan gen membantu para junior lain karena mereka juga sudah tidak kuat jika harus mendirikan tenda.

Jam dinding menunjukkan pukul 10, genta langsung berdiri saat dokter menghampirinya dan mengajaknya masuk kedalam ruangan Arca.

Sesampainya didalam genta langsung terpaku melihat wajah pucat arca yang terbaring lemah diatas ranjang. Tubuhnya ditempeli alat-alat medis dan detak jantung nya di monitor terlihat lemah.

Arca membuka matanya karena dia sudah bangun sedari tadi tapi tidak ada orang dia temui diruangan. Hanya ada dirinya sendiri menatap ruangan putih itu.

Setelah melihat genta, Arca langsung mengukir senyumannya walaupun tipis masih terlihat.

" Bagaimana? Apa kamu baik-baik saja hmm? ". Ujar Genta sembari mengusap lembut punggung tangan Arca.

Setelah menyuntikkan obat kedalam kantong bius dokter pun meninggalkan ruangan.

" A-apa be-n benda nya sudah dilepa-s? ". Ujar Arca terbata-bata.

Sontak bola mata genta membesar mendengar Arca berbicara. Dia mematung terdiam kebingungan, pasalnya Arca bisu tapi kenapa sekarang dia bisa berbicara padahal yang di operasi lehernya bukan pita suara nya.

" Ka-kamu bisa bicara? " Genta menatap Arca dengan seksama.

Arca mencoba duduk dengan sigap genta pun membantunya. Jemari arca menyentuh pelan leher belakangnya memastikan benda itu sudah dilepas.

Karena sudah terbalut perban, Arca pun tau kalau chip itu sudah dilepas.

Dia tersenyum tipis, wajahnya terlihat senang setelah melakukan operasi. Genta masih dalam kebingungan matanya terus menatap Arca.

" Hmm~ sebenarnya aku sudah bisa berbicara saat umurku 13 tahun. Tapi aku terpaksa berpura-pura tetap bisu "

" Hah? Tunggu! Jadi kamu tidak bisu dan tidak sakit jiwa? " Sejujurnya banyak pertanyaan dalam benak genta tapi dia tidak memaksakan Arca untuk menjelaskannya.

Arca yang katanya sakit jiwa, tapi genta tidak pernah melihat kegilaannya. Dan sekarang Arca bisa berbicara padahal kata ibunya dia bisu.

" Pasti kamu bingung, aku akan menjelaskan nya "

" Baiklah ". Ujar Genta sembari menarik kursi dan duduk siap mendengarkan cerita Arca.

Black Swan [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang