28

51 4 3
                                    

Yoongi POV

Lima tahun yang lalu ...

Entah sudah berapa lama aku berjalan tak tentu arah, hingga akhirnya kakiku berhenti di desa pinggir kota karena sudah hampir mencapai batas kemampuan untuk bertahan.

Apa yang kulakukan memang agak gila. Tapi aku perlu rasa lelah yang besar untuk bisa tetap waras ketika melewati tanggal ini di tiap tahunnya.

Meski sebenarnya perasaanku lah yang lelah. Mengulang terus menerus ingatan tentang seseorang yang pernah hadir di hidupku dan kini telah meninggalkanku begitu saja.

Perasaan bersalah yang menggantung begitu beratnya dalam benakku tanpa bisa kuenyahkan. Seakan itu sudah jadi bagian dalam perjalanan terjal yang harus kulalui.

Walau terkadang ingatan itu semakin memudar, tapi begitu sesuatu tentangnya disentuh, semua jadi jelas layaknya kejadian itu baru terjadi kemarin.

Entah bagaimana lagi caranya menyingkirkan perasaan yang seakan mencekikku ini. Walau keluarga Yuju tak pernah mempermasalahkannya dan bahkan sejak awal tak menyalahkanku, tapi tetap saja ... Semua karena diriku. Kalau saja aku tak membiarkan gadis rapuh itu sendirian, pasti tak akan terjadi semua hal buruk ini.

Dia bisa saja jadi wanita dewasa yang menawan dan melakukan banyak hal yang dia inginkan di masa sekarang. Dan yang pasti, dia bisa jadi matahari yang hangat bagi keluarganya dan juga diriku.

Terutama bagiku yang hidup dalam kegelapan di masa sebelumnya.

Ya ... Seandainya dia tak pergi begitu saja mungkin hal baik itu semua akan terjadi. Tapi harapan baik memang tak pernah berpihak padaku.

Sial ... Bagaimana lagi Tuhan akan menghukumku? Mungkin sampai akhirnya aku nanti mati karena semua perasaan kosong dan bersalah yang telah jadi racun dan membuatku membusuk perlahan.

"Mau?" kata seseorang yang secara tiba-tiba menyodorkan ice cream cokelat padaku yang sedang duduk di pinggir jalan.

Mirip gelandangan saja aku ini. Ditambah dengan rambut dan dasi acak-acakan serta kemeja yang setengahnya sudah kukeluarkan. Sungguh bukan diriku yang biasanya. Dan pasti dia melihatku sebagai orang yang mengenaskan dan patut dikasihani.

Aku awalnya enggan memandang orang yang tiba-tiba datang ini dan membuang muka acuh. Tapi gerakannya yang tetap menyodorkan ice cream itu, membuatku tertarik untuk melihat siapa dia.

Mataku melebar tak kala benar-benar menyadari bagaimana rupa orang yang ternyata seorang gadis ini.

Seorang gadis yang tak pernah terpikirkan olehku akan kutemui lagi di dunia yang sama denganku.

"Yuju," panggilku pelan setengah tak percaya dengan apa yang ada di depanku.

"Ha? Siapa? Kau baik-baik saja? Mau tidak?" katanya kesal dengan alis tertaut.

Ucapan apa itu? Yuju tak pernah bicara seketus itu padaku atau pada siapa pun.

Bukan. Dia bukan Yuju. Suara dan pandangan mata mereka juga sangat berbeda. Hanya kemiripan wajah saja yang menjadikan mereka hampir sama.

Sadarlah Choi Yoongi. Gadis ini bukan Yuju.

Yuju sudah pergi ke tempat di mana kau tak bisa meraihnya, wahai Choi Yoongi.

"Kenapa kau berikan padaku?" tanyaku setelah menerima ice cream yang setengahnya sudah meleleh ini.

"Karena kau menyedihkan," jawabnya enteng.

Aku  tersenyum kecil mendengar jawaban datar darinya. Ya ... Dia tak salah dengan penilaiannya itu.

"Aku tidak tahu bagaimana kau sampai kemari, tapi kelihatannya kau punya masalah yang berat. Ya, kurasa lebih berat dari  mengangkat hasil panenan kebun kakek sepertinya," lanjut gadis itu tanpa kutanya.

Part Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang