21

54 6 0
                                    

Masalah Gina akhirnya terselesaikan dengan baik. Agensinya harus membayar denda yang sangat besar atas pelanggaran kontrak serta kerugian secara mental pada gadis itu. Mereka juga mengalami kerugian lainnya dengan nilai yang fantastis, karena semua berita yang tersebar tentang sponsor itu.

Bahkan ada penyelidikan secara mendalam tentang masalah ini. Dan yang aku tahu, mereka mulai mencari orang yang mengupload pertama kali video itu ke media.

Aku hanya bisa bilang, selamat mencoba. Mungkin mereka akan menemukannya ketika aku sudah berumur enam puluh tahun saat itu. Karena aku menyembunyikan ekorku dengan baik. Dan jelas, masa berlaku peraturan tentang pelanggaran jenis ini sudah habis saat itu.

Bisa kupikirkan kapan-kapan bagaimana aku harus menyelesaikannya. Karena sekarang yang lebih penting adalah tatanan rambut yang sejak sore sudah dibuat untukku, agar tidak sampai berantakan.

Ada sebuah acara yang lumayan penting bagi Yoongi untuk dihadiri. Dan tentu saja dia mengajakku sebagai pasangannya.

Sesuai dengan apa yang dia minta, aku memakai gaun hitam panjang yang tertutup namun tetap terlihat anggun dan mahal yang merupakan pilihannya. Kalau aku berani memakai pakaian terbuka dibagian punggung atau belahan yang sedikit terbuka, bisa-bisa dia jadi rapper saat melihatnya.

Saat mobil yang membawaku sudah berhenti di tempat acara, aku harus menyakinkan diri kalau tidak akan membuat ulah nanti ke depannya. Ada nama keluarga Choi yang kusandang. Dan sangat sadar kalau hanya orang terhormat yang berada di sini.

Yoongi yang keluar lebih dulu, mengetuk pelan kaca di sampingku, memintaku untuk segera turun. Dia meraih tanganku lembut begitu aku membuka pintu mobil, lalu menggandengku untuk berjalan bersama.

"Benar tidak apa-apa?" tanyaku sedikit tidak yakin.

"Kenapa? Kau teringat apa yang kau lakukan dulu di pesta seperti ini?" ucapnya dengan senyum kecil.

"Sedikit."

"Terserah padamu."

"Sungguh?"

"Kau tahu batasnya Kwon Ra-On."

Kalimat yang memang lebih membuatku berpikir tentang sebab-akibat. Dia tak menentang, tapi memberiku pandangan tentang tindakanku.

Kami berjalan begitu pelan. Karena aku yang memakai heels lumayan tinggi, membuatku sangat berhati-hati dalam melangkah. Takut kalau sampai terjatuh atau terjengkang. Dan untungnya, Yoongi tak protes untuk hal itu.

Dia menyamakan langkahnya denganku walau sepelan apa pun diriku berjalan. Tangannya memegangiku agar tak jatuh atau salah melangkah.

"Siap?" tanya Yoongi ketika kami berada di depan pintu.

"Temani," kataku sambil mengeratkan genggamannya.

"Selalu, Cantik. Aku ada di sebelahmu," ucapnya dengan sorot mata lembut padaku.

Dan ketika pintu besar di depan kami terbuka lebar, pemandangan yang sudah bisa kuperkirakan terpampang nyata. Mewah dan megah, layaknya pesta para kalangan atas yang ada di film dan drama. Beberapa saat perhatian hampir seluruh tamu undangan tertuju pada kami yang baru saja datang.

Ini mengingatkanku dulu waktu pesta penikahan kami. Ketika aku sedikit berulah dengan ucapanku dan berakhir dengan kekesalan Yoongi kala itu.

Namun sekarang berbeda. Laki-laki menyebalkan satu ini entah sejak kapan berubah jadi peganganku. Seseorang yang mulai kurindukan saat dia tak ada. Seseorang yang hadirnya terasa melengkapiku.

Pesta kali ini tak seperti sebelum-sebelumnya, Yoongi tidak meninggalkanku sedetik pun dan bersedia mengenalkan diriku pada koleganya dengan sangat baik.

Part Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang