14

72 14 0
                                    

Mataku menatap layar laptop yang sekarang hanya bisa menampilkan warna biru saja selama lima menit lamanya ini. Bukan rusak, namun ada yang berusaha masuk ke jaringan milikku tanpa izin. Meski begitu, aku masih belum berniat melakukan apa pun. Bukannya sombong, tapi aku percaya pada kemampuan buatanku.

Orang yang masih penasaran padaku, dan bahkan ingin aku bergerak dalam hal yang sedang dia kerjakan adalah Yuri. Siapa lagi memangnya.

Sepertinya dia kembali ke tempat Buddy, dan berhasil menemukan jaringan milik kami. Sayangnya, itu satu dari sejuta yang lain. Dan bukan aku yang dia tangkap. Melainkan dirinya sendiri. Seperti anjing yang sedang mengejar ekornya.

Ketika jaringan yang dia masuki ini mencoba mengambil bagiannya, maka aku menancapkan 'anak-anakku' yang lain ke perangkat yang sedang dia gunakan. Membuat mereka tertidur di sana, lalu di saat aku membutuhkan tinggal membangunkan mereka.

Aku mulai bosan dengan apa yang kulihat. Lalu memilih mengakhiri usaha penyelendupan ini dengan beberapa gerakan saja.

Bisa kutebak gadis itu sedang mengamuk karena tidak mendapatkan apa pun sekarang. Terserah, aku tak peduli.

Hmm ... Tapi dia nekat juga dengan mencoba menyerangku padahal masih bekerja di rumah ini. Cukup berani.

"Ahjumma, gadis yang baru bekerja beberapa hari yang lalu ada di mana?" tanyaku pada Lim ahjumma karena penasaran.

"Dia sudah berhenti, Nyonya."

"Kapan?"

"Sehari sebelum nyonya melakukan itu."

"Itu? Mengamuk maksudmu?"

"Saya tidak berani mengatakan hal seperti itu pada Anda."

"Santai saja. Aku sadar apa yang sudah kuperbuat. Maaf membuat keributan dan repot kalian."

"Tugas kami melayani Anda dan tuan. Kalau boleh saya tahu, ada apa Anda mencarinya? Apa dia mengambil sesuatu?"

"Kenapa berpikir begitu?"

"Saya hanya merasa aneh dengan dia."

"Aneh?"

"Gadis itu, terlihat canggung saat bekerja. Juga tak terlalu terampil dalam melakukan sesuatu. Berbeda dengan yang tertulis di lamarannya. Padahal saya yakin sudah meminta orang untuk memeriksa semuanya. Karena itu, saya takut bila sudah salah menerima pelayan baru dan malah membuat masalah untuk Anda."

Aku tersenyum kecil. Mencoba menenangkan wanita paruh baya yang selama karirnya hampir tidak pernah melalukan kesalahan ini.

"Tidak ada yang dia ambil. Aku hanya merasa tidak melihatnya beberapa hari ini. Baiklah kalau begitu, aku mau ke kamar saja," kataku sebelum berlalu.

Apa dia berhenti karena tidak mendapatkan apa pun? Atau karena ingin bergerak bebas di luar sana?

Sial. Aku tidak bisa melakukan apa pun saat ini. Mengejar dia adalah hal yang sulit kulakukan bila dia tak berada dalam lingkaran yang kubuat. Makin buruk karena satu-satunya laptop yang kumiliki sedang sekarat sekarang. Sangat beresiko kalau aku menggunakan perangkat yang pernah diretas.

"Hyun Jae," kataku tiba-tiba teringat satu nama itu.

Walau sebenarnya tidak yakin dia akan mau menuruti permintaanku, tapi lebih baik untuk mencobanya sekarang.

Aku menuliskan pesan dengan kalimat tersembunyi berkedok sedang ingin bermain kuis dengannya. Sedikit merepotkan memang, tapi itu karena aku menggunakan ponsel dari Yoongi. Seperti yang kubilang, aku tahu di dalamnya ada program untuk menyadap aktivitasku. Maka, aku harus berhati-hati setiap bertindak.

Part Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang