Prolog

57 14 0
                                    

Aku masih ingat dengan jelas pertemuan pertamaku dengannya, tiga tahun yang lalu. Kami dipertemukan di masa Orientasi Siswa, di saat-saat di mana segalanya terasa begitu baru dan tak terduga. Awalnya, dia hanya seseorang yang muncul di antara kerumunan, mungkin tidak terlalu mencolok bagi kebanyakan orang, tapi bagiku, dia memiliki daya tarik yang tak terlukiskan.

Dia adalah teman seangkatanku yg berbeda kelas denganku, yang dengan cepat menarik perhatianku dengan sikapnya yang ramah dan senyumnya yang hangat. Namun, saat itu, dia tertarik pada teman sekelasnya. Aku merasa kecewa, tapi tak pernah berani mengungkapkannya.

Masa-masa itu terus berlalu, dengan kami sering saling bertatapan di tengah kerumunan, seperti upacara sekolah atau acara. Setiap tatapan itu seolah menjadi pertukaran rasa tanpa kata, yang hanya kami yang mengerti. Namun, kehidupan terus berjalan, dan kami akhirnya terpisah ketika dia dipindahkan ke sekolah lain.

Tapi takdir mempertemukan kami kembali di bulan Februari, saat ada sebuah acara. Itu adalah momen yang menghangatkan hatiku; dia tiba-tiba tersenyum padaku, dan aku tak bisa menahan senyum balasanku. Rasa ingin tahu dan kerinduan, yang selama ini terpendam, mulai kembali muncul.

Ini adalah takdir, kisah antara dua orang yang berubah menjadi lebih baik karena saling mencintai. Pasti, ada alasan di balik setiap pertemuan. Setelah aku mencintainya entah mengapa rasanya aku ingin berubah dan terus belajar.

My Diary: AuthorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang