Christy menghela nafas kasar, kepala-nya terasa pusing karena menangis sedari tadi.
Sekarang, Christy sudah berada di depan rumah-nya. Dengan keaadaan dia sekarang yang berantakan, dan mata-nya yang sembab, Christy berharap orang tua-nya sudah tidur.
Christy membuka pintu rumah-nya, dia berjalan melewati ruang tamu. Ah sial, ternyata ada Chika disana yang sedang memakan cemilan sembari menonton TV.
Sepertinya, Chika sedang fokus menonton TV, Christy pun langsung mempercepat langkah nya.
Namun langkah nya terhenti karena melihat Shani.
"Kamu abis dari mana aja jam segini baru pulang?" Tanya shani sembari berjalan mendekat ke arah Christy.
Christy pun menghindari tatapan Shani, ia juga berusaha menutupi wajah-nya yang sembab. "bukan urusan bunda." Jawab-nya dengan nada dingin.
Chika pun membuka suara mendengar jawaban Christy yang terdengar kurang sopan. "ga sopan lo sama bunda," sahut Chika. Christy pun hanya melirik sekilas ke arah Chika, tanpa berniat menjawab ucapan Chika.
Christy hendak berjalan melewati Shani, namun tangan-nya di tahan oleh Shani. "kamu kenapa sih, dek? jam segini baru pulang, masih pake baju seragam. wajah kamu sembab. kamu kenapa?" Tanya Shani.
"Gapapa," Christy menjawab pertanyaan shani dengan nada dingin-nya.
Chika yang mendengar-nya pun sangat geram. "Christy, bunda khawatir sama lo!" Kesal Chika
"Lo bisa diem ngga, kak?" Ujar Christy. Chika pun terkejut mendengar ucapan Christy. Christy kembali menggunakan 'lo-gue?'
"Adek..." Lirih Shani
"Christy cape, mau istirahat," Ujar Christy. Ketika Christy hendak pergi, lagi-lagi tangan-nya ditahan oleh Shani.
Christy menghela nafas, "kenapa lagi si, bund?"
"Bunda mau bicara---"
"Apa? bunda mau Christy maaf-in bang zean? Gabisa, sampai kapan pun ngga akan bisa."
Shani terkejut mendengar ucapan Christy, "Adek---"
"Aku tau, tadi bunda ketemu bang zean. Aku tau bunda nyuruh bang zean buat tinggal di rumah ini. Aku tau, bunda bakal bujuk aku buat izinin bang Zean tinggal di rumah ini." Ujar Christy dengan susah payah menahan untuk tidak menangis sekarang.
Shani pun terdiam seribu bahasa. "Silahkan, bang Zean boleh tinggal di rumah ini. Biar aku yang pergi dari rumah ini,"
Shani pun sontak memegang kedua tangan Christy. "Sayang, kejadian itu udah lama. lupain, maaf-in abang kamu." Ujar Shani dengan nada lembut-nya.
Christy pun terkekeh, lalu menggeleng. "Aku gabisa, dan ga segampang itu, bunda," Jawab-nya
"Christy, tolong..."
"Lupain semua-nya, Christy. Ayo kembali kaya dulu lagi."
Christy menggeleng kuat, "gabisa bunda!"
"Silahkan anak kesayangan bunda itu tinggal disini, tapi aku pergi."
"ngga ada aku juga semua nya bakal baik-baik aja,"
"Christy, ayo lah, jangan kaya gini," Ujar Shani
Christy pun terkekeh, "Aku harus gimana sih bund? aku gapapa loh ninggalin rumah ini demi Bang Zean. Aku harus gimana lagi?"
"Kamu tetep disini,"
"Aku gabisa serumah sama pembunuh,"
"Itu takdir, Christy!" Bentak Shani
"Tapi kalo aja bang Zean ada saat itu juga, kalo aja bang Zean ngga mentingin temen-temen geng motor nya, semua nya ngga akan terjadi!" Christy tersulut emosi.
Christy pun melepas kasar tangan-nya. "Inget ga bunda nangis-nangis karena ayah ninggalin kita, bunda inget ga sehancur apa kita dulu?"
"karena bunda udah nikah lagi, terus bunda ngelupain semua nya gitu aja. SEKARANG BUNDA BISA BILANG GAMPANG UNTUK NGELUPAIN SEMUA NYA KARENA BUNDA UDAH ADA PAPA GRACIO, TERUS BUNDA NGELUPAIN AYAH GITU AJA!" Christy sudah tidak bisa meng-kontrol emosi-nya.
Chika pun membuka suara. "Christy!" tegas Chika.
"Lo diem, lo gatau apa-apa!"
PLAK
Shani menampar pipi Christy, Christy benar-benar terkejut, Ini kali pertama ia di tampar oleh bunda-nya sendiri. Christy pun tersenyum miris menatap bunda-nya.
"Ini yang aku takutin kalo bunda nikah lagi," Ujar Christy
Shani langsung merasa bersalah, ia tidak bisa mengendalikan emosi nya. "sayang, m-maaf in bunda," Lirih shani
"Gapapa," Jawab Christy sembari memaksakan tersenyum.
"Bunda jaga diri baik-baik disini, ya?" Lanjut-nya.
Tangis Shani pun semakin pecah, ia menggelengkan kepala-nya. "Ngga, Christy jangan ninggalin bunda,"
Shani memegang kedua tangan Christy. Namun Christy berusaha melepaskan tangan-nya.
Chika sedari tadi berusaha mencerna pembicaraan Christy dan Shani, ia pun menghampiri Shani dan memeluk Shani.
Tiba tiba papa-nya pulang dengan pakaian kantor nya itu. Lalu terkejut melihat Shani yang sedang menangis di dalam pelukan Chika. "Sayang, ada apa?" Tanya gracio
Christy berhasil melepas kan tangan-nya, lalu ia langsung berjalan ke luar.
Chika melepaskan pelukan-nya. "Pa, aku mau susul Christy,"
"i-iya sayang, tapi ini kenapa?"
Chika tidak menjawan pertanyaan papa-nya, ia langsung ber-lari keluar rumah.
Chika langsung menghalangi mobil Christy, "Minggir, kak!" Teriak Christy lewat kaca mobil.
"Ngga!" Tegas Chika
Christy pun menghela nafas, lalu ia turun dari mobil dan menghampiri Chika. "Lo mau nyari mati atau gimana sih?" Kesal Christy
"Keren lo bikin bunda nangis gitu, hah?"
Christy pun tersenyum miris, "Lo gatau apa-apa, mending diem." jawab-nya
"Tapi ngga gini juga, bunda sampe nangis gitu, Christy!" Tegas Chika
Christy pun hanya bersikap acuh. "Mending lo minggir, mobil gue mau lewat."
Christy hendak masuk ke dalam mobil namun tangan-nya di tahan oleh Chika.
"Tunggu! ada apa sama zean?" Ujar ChikaChristy pun terkekeh. "Gebetan lo itu, sodara lo sendiri. Sekarang, lo minggir."
Chika pun terdiam, berusaha mencerna ucapan Christy barusan.
"Minggir, kak!" Tegas Christy
"Gue ikut!"
"Ngga!" Christy melepas kasar tangan Chika.
"Christy gue ikuttt!" Rengek Chika
"Kalo lo ikut, gue ngga akan balik lagi kesini." Ancaman Christy mampu membuat Chika diam.
Christy pun masuk ke dalam mobil.
"Jangan sampe lo nyesel, Christy!" Teriak Chika.
Namun Christy tak menghiraukan ucapan Chika, Christy pun melajukan mobil-nya.
Chika menatap sendu ke arah mobil Christy yang perlahan menjauh. Air mata Chika lolos begitu saja membasahi pipi-nya, perasaan nya kini campur aduk.
Helaan nafas lolos dari mulut Chika. "sebenernya ada apa?" Ucap Chika bermonolog. Chika pun menghapus kasar air mata-nya, lalu ia masuk ke dalam rumah.
thank u!
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR
Short Story"kenapa ya dari sekian banyak ketidak mungkinan di dunia ini, kita salah satu-nya?" _____________________________________ "Takdir kita sebatas kakak adik, kak."