setelah melewati pemeriksaan yang cukup panjang dengan hasil yang membuat kedua nya sama sama tercengang, kini mereka sudah ada di luar sedang menunggu obat pereda mual untuk axel
"el..... aku-" belum sempat Nathan menyampaikan apa yang ingin dia sampaikan, tangan axel sudah terlebih dahulu menahan mulut nya
"sttt iya gw tau lu mau ngomong apa, tapi sekarang yang lebih penting itu gimana caranya gw nyembunyiin hal ini di depan mak bapak gw yang gak lama lagi mereka pulang dari luar negri, gak mungkin kan mereka datang datang langsung gw sambut dengan surat pernyataan dari dokter tadi, 'mak pak anak mu hamil, selamat ya gak lama lagi kalian jadi kakek nenek' kan gak lucu anjir yang ada ortu gw kena serangan jantung dengar kabar kek gitu, walaupun gw tau cepat atau lambat pasti bakal ketahuan juga" jelas axel panjang lebar sambil mempraktekkan ekspresi ortunya nanti
"aku sarankan lebih baik kita jujur sebenar terjadi sesuatu hal buruk yang menimpa jalan takdir kita, aku gak mau jika di paksa harus berpisah apa lagi di jodohkan, jika di kasih pilihan antara pisah atau keluar dari rumah, lebih baik keluar dari rumah dan mulai hidup baru bersama mu, masalah uang dan biyaya lainnya serahkan saja kepada ku sebagai seorang ayah" ucap. Nathan mengutarakan isi pikirannya meskipun agak melantur sedikit
"kalo ada pilihan dan kita di paksa untuk pisah gimana?"
"kawin lari, pergi ke tempat di mana kita bisa memulai hidup baru "
"kalo di kejar sampai ujung dunia gimana?"
"dunia itu bulat gak ada ujungnya "
"ehhhh iya juga yak, tapi ada yang bilang bumi itu datar"
"bulan datar?"
"enggak "
"jangan pernah mengambil kesimpulan melalui ucapan orang lain" pesan Nathan sambil mengusar rambut axel, lalu tak lama petugas parmasi menyebut nama axel sekaligus menerangkan obat obat yang harus dia minum
setelah selesai barulah mereka berdua pulang ke rumah sekitar jam 2 sore dengan perasaan was was berharga pihak keluarga tidak menaruh curiga, lebih tepatnya cuman axel sendiri sih yang cemasnya berlebihan sedang kan Nathan? ia juga gelisah tapi gak terlalu kayak axel yang pikirannya suka melayang
ibarat kan di sambar geledek siang bolong, ketika mereka sampai ternyata ortu axel pulang lebih awal dari pada yang seharusnya
"yey kak axel" teriak dua adik kembarnya axel sambil berlari menghampiri sang kakak yang baru saja turun dari motor bersama Nathan, kebetulan si kembar sedang bermain boneka Annabelle..... enggak maksud ku boneka Barbie di teras depan rumah
"kakak kakak gendong" pinta yura sambil merentangkan kedua tangannya
"h-ha...? o-oh iya" ujar axel gelagapan tapi berusaha untuk tetap tenang di depan ortunya
"kak Nathan yuha juga mau di gendong kayak Yura" pintu yuha sambil merentangkan kedua tangannya di depan Nathan
seperti biasa tanpa mengeluarkan sepatah katapun Nathan langsung nurut untuk menggendong calon adik iparnya, meskipun pikiran buruk selalu menghantui otak nya
di dalam rumah kedatangan mereka di sambut baik oleh keluarga yang kebetulan sedang berkumpul kumpul sambil menikmati singkong bakar dan singkong goreng buatan sang nenek
"eh cucu eyang sudah pulang, gimana sekolah hari ini? kalian gak buat masalah kan?" tanya sang nenek yang lagi menggoreng singkong tambahan
"b-ba-baik kok nek" jawab axel gugup, jujur sebenarnya axel gak bisa mengontrol dirinya sendiri kalau sedang ada masalah apa lagi sesuatu yang membebani pikiran nya, seperti sekarang
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐋𝐎𝐕𝐄 𝐎𝐕𝐄𝐑 𝐌𝐀𝐑𝐁𝐋𝐄𝐒 (𝐄𝐧𝐝) ✔︎
Romancekisah seorang pemuda kota yang terpaksa ikut pindah bersama keluarganya ke sebuah perdesaan yang sangat terpencil, tapi selama perjalanan tanpa sengaja ia bertemu dengan seorang remaja cuek dan pekerjaan keras yang sepantaran dengan nya Bagaimana k...