ARLAN || ONE

323 11 0
                                    

                                  *                                  *                                  *

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*
*
*

Keyzia meremat rambutnya frustasi, bingung dengan apa yang sedang terjadi sekarang ini, apa yang harus ia jelaskan kepada orang tuanya bahwa ia sudah menikah.

"Arlan, gimana ini?"

Arlanzyan Eyyes Bradikara, cowo berusia 16 tahun itu menatap keyzia, kemudian menarik tangan keyzia itu menuju ke arah kedua orang tuanya berkumpul.

Saat ini Arlan dan keyzia sudah menikah, yang hanya di hadiri oleh pihak keluarga Arlan saja.

Awalnya ada pertengkaran, namun RT dan para warga yang bersikeras, akhirnya mereka terpaksa di nikahkan, meskipun hanya nikah siri.

"Lo apa-apaan sih?" Keyzia melepaskan tangannya dari genggaman Arlan.

"Ayo pulang."

"Masalah lagi kacau kaya gini Lo mau pulang? Yang ada orang tua gw bakal mutilasi gw." Keyzia mencoba memejamkan matanya, situasi sekarang sangatlah sulit, pulang di marahin, ga pulang di cariin, dan Arlan?

"Mommy yang minta." Ucap Arlan singkat.

"Ya Allah... Apa lagi ini, kenapa gw dapet suami dingin kaya gini, Bocah lagi."

"Aku udah dewasa." Bantah Arlan cepat menatap tajam keyzia.

"Bukan takut, keyzia malah ketawa, elah Lo bocah gabisa di ajak bercanda."

"Terserah!"

Arlan berjalan menghampiri keluarganya yang sedang mengobrol bersama beberapa warga disana, keyzia mengikuti langkah suaminya itu.

Alena adalah mommy nya Arlan, ia tersenyum ke arah keyzia, mommy Arlan tidak terlalu mempermasalahkan kalo Arlan menikah, katanya sih, dia pengen punya anak cewe.

"Keyzia, sini sayang, duduk bareng mommy disini." Ajak Alena. Keyzia yang di panggil hanya bisa tersenyum kecil. Canggung dan malu rasanya. Memanggil orang baru yang mendadak ia kenal memanggil dengan sebutan mommy.

"Kita kerumah kamu ya nak, untuk membahas semua masalah ini dengan kedua orang tua kamu," Daddy Arlan membuka suara.

"Saya tidak mungkin membawa menantu ke rumah, kalo orang tuanya tidak setuju." Sambungnya.

Damian adalah Daddy nya Arlan, mengelus kepala keyzia dengan lembut dan kasih sayang, seperti mereka sudah menerima keyzia.

"Iya om," jawab keyzia kaku, keyzia menatap Arlan yang hanya diam sambil menatapnya juga.

"Jangan panggil saya om nak, walaupun pernikahan ini terpaksa, bahkan tidak pernah terencanakan, sekarang kamu ada menantu saya, panggil saya Daddy." Keyzia tertegun mendengar ucapan Damian, semuanya terasa mimpi sekarang statusnya sudah menjadi seorang
istri dan juga menantu.

I-iya Daddy." Jawab keyzia

"Yaudah ayo my." Ajak Arlan yang udah beranjak dari duduknya, keduanya orang tuanya lalu tersenyum.

"Kayanya anak mommy udah ga sabar ya bawa istrinya pulang hm?"

"CK, ini bocah belum sehari jadi suami udah meresahkan banget."

***

Saat ini keyzia sedang berada di dalam kamarnya, mereka duduk di tepi ranjang, lebih tepatnya itu di kamar keyzia,dan hanya diam, tidak ada satupun yang mengeluarkan suara.

Itu permintaan dari orang tua mereka. Katanya biar orang tua
yang mengatur semuanya.

"Woy, gw heran deh." Akhirnya keyzia membuka suara setelah sekian lama keheningan melanda mereka.

"Nama aku, Arlanzyan Eyyes Bradikara, di panggil Arlan, bukan *woy*, ngerti?" Arlan menatap dingin keyzia.

"Iya, iya deh Arlan," jawab keyzia dengan kesal. "Gw khawatir, kita kan masih sekolah, juga Lo masih kelas 10, terus ini kita udah nikah, siapa yang nafkahin gw?" tanya keyzia.

Tanpa membuka seragamnya, Arlan langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, dan belum menjawab pernyataan dari istrinya.

"Terus Lo adik kelas gw lagi, ntar temen gw bilang apa coba?" Keyzia memanyunkan bibirnya.

"Aku bukan bocah, aku bukan adik kelas, tapi aku suami kamu." serkas Arlan kesal, wajahnya sudah memerah. "Lagian uang Daddy banyak. Zia bantuin aku habisin aja." Sambungnya.

Zia? Maksud kamu?

"Istrinya Arlan."

Blus, seketika pipi keyzia memanas, tubuhnya menghangat, keyzia metanap Arlan yang hanya diam dengan mata yang sudah terpejam.

"Masih bocah udah bikin anak orang salting, udah bisa baperin cewe, tanggung jawab Arlan!"

Bukannya menjawab, Arlan hanya memperlihatkan senyuman manisnya. "Siap-siap aja, nanti tiap hari aku baperin."

"Ishhhhhh, Arlannnnnn."

BERSAMBUNG

ARLAN || CHENLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang