ARLAN || SIXTEEN

84 4 1
                                    

                                 *                                 *                                 *

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

                                 *
                                 *
                                 *

Bugh

Bugh

"Kenapa lo harus lupa ingatan dan biarin dia menderita sendirian!"

Pukulan demi pukulan di layang nikan oleh Kelvin pada Arlan, ia seperti orang kesurupan, menyeret adik bungsunya dengan kasar lalu memukulinya dengan brutal.

Setalah pulang sekolah tadi, Arlan mendapati Kelvin yang penuh dengan kilatan emosi.

"Lo harus ingat bangsat! Balikin dia!" Kelvin membabi-buta. "Dia relain semuanya, demi bisa jagain lo yang berbujur lemah di rumah sakit! Dia susah payah menahan sakit hati saat liat lo berduaan sama cewe lain. Dia! dia keyziaana Dirgantara, istri Lo!" Teriak Kelvin dengan cengkraman kuat di kerah baju Arlan.

"Maksudnya apa bang! Aku gatau, aku ga inget semuanya!" Suara Arlan bergetar karena menahan sakit dan takut.

Bugh

Satu pukulan kembali di layangkan oleh Kelvin membuat mulut Arlan mengeluarkan darah.

"Arlan!" Teriak Rafael yang datang menengahi kedua adiknya.

"Arel?" Rafael menarik tangan Kelvin mencoba menahan tangannya yang sudah siap dilayangkan.

"Sadar vin! dia adek kita!" ucap Rafael yang berusaha menenangkan emosi Kelvin.

"Lepasin gw! Biar gw bunuh si brengsek ini!" geram Kelvin.

Alena menangis sesegukan di dekapan Damian, wanita dan pria
itu tidak bisa berkutik saat melihat kemarahan Kelvin. Anak laki-laki mereka yang selalu patuh itu tiba-tiba menjadi brutal membuat mereka shok.

"Lo apa-apaan vin?! Arlan baru sembuh!" Cetus Rafael yang sudah naik pitam. "Lo mukulin Arlan
Karena keyzia?! Lo suka sama dia hah?!"

Kelvin terkekeh sinis. "Dari dulu gw pengen punya adek cewe dan gw dapetin itu setelah dia ada di rumah ini. cuma dia yang peduli sama gw, cuma dia yang ga munafik di rumah ini. dia ketawa kalo lucu, nangis kalo sedih. Dia tulus bang! Apa salahnya kalo gw anggap dia lebih dari orang asing?!" Sungut Kelvin."adek dan mommy- Daddy kebanggaan lo itu yang buat dia pergi." Sambungnya.

"Jaga omongan lo Kelvin." Peringat Rafael.

Kelvin tidak peduli, ia menarik lengan Arlan yang sudah lemas, Arlan maringis saat Kelvin menariknya ke pekarangan rumah Bradikara.

"Hari ini lo harus ingat semuanya!, gw ga peduli mau lo sakit atau mati sekalipun!"

Arlan di tarik oleh Kelvin menuju gudang, menghempaskannya, Kelvin menutup pintu gudang itu lalu menguncinya dari dalam.

"Bang lo mau apa?" Arlan menatap Kelvin mengacak-acak beberapa box yang berisi beberapa berkas.

Brukh

Kelvin melempar satu box besar ke arah Arlan kuat. "Liat, baca, lo bakal tau semua kebenarannya."

Tangan Arlan bergetar, kepalanya berdenyut nyeri Saat melihat lembaran kertas keterangan menikah tertulis jelas di kertas itu nama Arlanzyan Eyyes Bradikara dan Keyziaana Dirgantara beserta foto mereka berdua.

*"NGGA USAH ALESAN!"*

*"BENER TUH NGAKU AJA!"*

*"JAMAN SEKARANG ANAK SD AJA UDAH HAMIL DULUAN."*

*"Pokoknya, kalian harus kami nikahkan, supaya tidak ada zina di kompleks ini!"

Kilas balik di pikirin Arlan membuat remaja itu memekik kesakitan.

"Argh..... Sakit!"

Kelvin tidak peduli, inilah yang ingin ia lakukan sejak lama, Arlan remaja itu sudah berkeringat dingin tubuhnya bergetar, dan kepalanya berdenyut nyeri. tolong, siapapun selamatkan Arlan.

Suara gedoran pintu terdengar dari luar gudang, Kelvin sama sekali tidak merespon itu, apa yang ia mulai, tidak akan ia hentikan lagi.

"Kelvin! Jangan siksa adik kamu nak, kasian dia!" teriak Alena.

Arlan meringkuk kesakitan, ingatan 2 tahun lalu terus berputar di pikirannya, membuatnya merintih kesakitan.

Suara Keyzia terus saja terngiang-ngiang di telinga Arlan. "Arlan... Ayo bangun, mandi. mau sekolah kan?"

"Sayang, jangan manja-manja terus, itu tugas sekolahnya belum selesai."

"Akh.... Sakit, kepala aku sakit." lirih Arlan. Penglihatannya mulai kabur, Arlan pingsan.

Brakh

Pintu gudang terbuka karena beberapa kali didobrak oleh Damian dan Rafael, Alena berteriak saat melihat putra bungsunya pingsan lemah di lantai.

Plak

Satu tamparan di layangkan oleh Damian tepat di pipi Kelvin, sampai
ia terhuyung.

"Mau kamu apa Kelvin?! Kamu mau bunuh Arlan hah?!"

"Aku cuma mau Arlan ngerasain, apa yang Kezia rasain Dy, semuanya ga adil buat dia." Ucap Kelvin

"Tapi Arlan adik kamu!"

"Keyzia juga adik aku."

***

3 hari berlalu begitu saja, Arlan belum juga sadar dari pingsannya. Alena terus menggenggam tangan putra bungsunya.

"Arlan... Nak bangun.... Mommy
di sini."

Alena merasakan ada pergerakan dari Arlan, Alena menatap Arlan penuh harapan, berharap putranya bangun.

"Bangun sayang.... Ini mommy nak."

"Akh...." ringis Arlan. matanya mengerjap pelan, membuat Alena khawatir.

"Apa sayang, apa yang sakit nak. Bilang ke mommy."

"Dia.... Mana my?

"Dia siapa nak?

"Zia mana my?

***

Disebuah kamar bernuansa black seorang gadis duduk termenung dengan mata sembab.

"Udah jangan nangis lagi." ujar seseorang membuyarkan lamunan keyzia, Yah gadis itu adalah keyzia.

"Ga ada satupun orang yang peduli, mama sama papa semuanya ninggalin gw." Ujar keyzia membenamkan wajahnya di lipatan tangan.

"Berarti termasuk gw dong." tanya orang itu, dan membuat keyzia menggeleng cepat.

"Cuma lo doang yang sekarang gw punya, jangan pergi, gw gamau sendiri." lirih Keyzia

"Ngga akan, lo tau, gw sayang banget sama lo, jadi berhenti ya nangisnya nanti cantiknya hilang."

Keyzia tersenyum lalu langsung memeluk laki-laki yang di depannya. cuma ini yang ia punya sekarang.

"Gw juga sayang sama lo."

"Gw bakalan bawa lo ketempat yang jauh, sampai mereka nyesel karena udah buat permata gw nangis. Gw izinin lo balik kalo mereka udah nyesel. entah itu keluarga Bradikara atau orang tua lo."

Bersambung

ARLAN || CHENLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang