ARLAN || SEVENTEEN

119 9 0
                                    

                                  *                                  *                                  *

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*
*
*

*Zia.... mana?"

Alena tercengang mendengar pertanyaan Arlan, apa ia sudah mengingat semuanya.

"Kamu sudah ingat semuanya nak?" tanya Alena dengan hati-hati.

"Zia mana my?! Sentak Arlan, bahkan nyaris membentak ibunya, Alena menatap Arlan tidak percaya, terlihat sangat jauh berbeda.

"Kamu tunggu disini, mommy panggil dokter dulu." ucap Alena cepat dan langsung keluar dari ruangan, Alena bingung pada putranya.

Setelah dokter datang dan memeriksa kondisi Arlan, Alena menelpon suami dan kedua anaknya.

"Bagaimana dengan keadaan anak saya dok?" Tanya Alena khawatir, dan menyambut dokter yang baru saja keluar dari ruangan Arlan.

Dokter tersenyum, "selamat anak nyonya sudah kembali mengingat, saya sudah mengecek keadaannya dan sore ini anak nyonya sudah boleh pulang." ucap dokter.

Alena menangis haru. Setelah mengucapkan terimakasih pada dokter, ia masuk kembali kedalam ruangan putranya.

"Nak, sayang?"

"Keluar dari sini!" usir Arlan, ia memalingkan wajahnya dan memunggungi Alena.

"Sayang, kamu kenapa nak?, mau apa nak? Biar mama ambilkan." ucap Alena, ia menangis saat melihat perubahan putranya.

"Arlan gamau apapun, Arlan cuma mau Zia my, Zia pasti kecewa dan benci sama Arlan. Karena ga ingat sama dia, bahkan selingkuh di depan dia." Lirih Arlan, ia tidak bisa membayangkan bagaimana sakitnya keyzia selama ini. Istrinya melihatnya bersama perempuan lain tanpa bisa berkata-kata.

Arlan merasa dirinya sangat jahat, sakit hati, kecewa dan menyesal. semua anggota keluarganya membohonginya. membuatnya merasa bodoh dan menyakiti orang yang mencintainya. Keyzia, entah kemana dan dimana gadis itu sekarang.

"Zia... maafin aku."

"Tolong maafin aku Zia....."

"Berhenti menyebut namanya Arlan. Daddy tidak ingin dia ada di sekitarmu lagi, dia membawa pengaruh buruk untuk kamu dan abangmu Kelvin. Daddy secepatnya akan mengurus perceraian kalian." tukas Damian yang baru masuk kedalam ruangan Arlan lalu menatapnya dengan tajam.

Bukan takut ataupun bergetar, Arlan mengambil gelas yang ada di nakas lalu membanting dengan keras.

PRANGG!

Damian menatap Arlan tidak percaya. ia melihat mata Arlan yang memerah, sorot mata tajam seakan-akan menghunus siapapun yang ada di hadapannya sekarang.

"Jangan ganggu Arlan Dy. Arlan bisa lebih gila dari ini, Arlan cuma mau dia."

"Apa maksud kamu hah?! Kamu mau jadi anak pembangkang?!" geram Damian, tangannya di tahan oleh Alena, Alena tidak ingin putranya terluka.

"Mulai detik ini Daddy ga punya anak yang bernama Arlanzyan Eyyes Bradikara!"

"Jangan kekanakan kamu Arlan!
kamu celaka karena ulah selingkuhan keyzia!" cetus Damian dengan rahang mengeras ia sangat emosi sekarang.

Arlan yang mendengar Daddynya, tertawa sumbang. ia menintikan air mata, menyadari bahwa selama ini istrinya tidak baik-baik saja membuat hatinya berdenyut nyeri. bahkan cita-cita keyzia tidak terpenuhi
hanya karena dirinya.

Arlan meremat rambutnya sendiri.
mengapa ia harus melupakan semuanya, kisah yang baru saja ia mulai, sirna begitu saja, karena terjadinya konflik yang begitu besar. Keyzia, istrinya yang ia janjikan akan membahagiakannya, menjadi yang terbaik untuknya, dan untuk keluarga kecil mereka nantinya, semua pupus, lenyap begitu saja.

Arlan mendongak menatap Daddynya remeh. "Daddy tau apa?" tanyanya.

"Orang itu celakain Arlan, karena Zia lebih memilih Arlan!"

Kelvin yang baru saja datang menatap Arlan dan Daddynya dengan senyum sinis. Rafael hanya diam dan menyaksikan perdebatan di hadapannya. mereka hanya tau jika ingatan Arlan sudah kembali.

"Kenapa kalian nutupin ini dari Arlan? Mommy, Daddy, bang Rafael, bang Kelvin? Kenapa, kenapa kalian tega!?"

"Ini semua demi kebaikan kamu nak."
ucap Alena dengan bersimbah air mata.

"Baik untuk Arlan, tapi ga baik untuk istri Arlan." timpal Arlan. "Arlan sayang sama Zia my, Arlan cinta sama dia." ungkapnya.

Damian menghela nafas berat.
"Kamu masih terlalu muda Arlan, kamu ga ngerti apa itu cinta."

"Daddy yang ga ngerti! Aku selama
ini berusaha buat jadi kaya Daddy, dewasa seperti apa yang Daddy bilang."

"Dan Daddy gatau gimana marahnya Zia saat tau kalo aku kerja. Daddy gatau kalo Zia selalu sabar ngadepin sikap kekanakan aku. Mommy, Daddy gatau apapun. bahkan abang-abang gatau kalo Zia bolos sehari pas ulangan, hanya demi aku."

Arlan menarik rambutnya frustasi.
ia menatap Daddynya memohon.
"Aku ga pernah minta apa-apa dari kalian, tapi kali ini, tolong bawa Zia kesini, aku butuh dia."

***
Sudah hampir dua minggu Arlan mengurung diri di kamarnya. pencarian keyzia yang sudah sejak lama menghilang hampir dua bulan tidak membuahkan hasil. gadis itu hilang bagaimana di telan bumi, tanpa jejak. bahkan kedua orang tua keyzia ikut panik saat mendengar kabar ini.

Arlan tersenyum melihat pantulan dirinya di cermin. rambut acak-acakan, kaki baju seragam berada di luar. sorot mata tajam yang menatap kosong, tidak ada cahaya ataupun binar di mata itu.

"Selamat datang Arlanzyan." ucap Arlan dengan senyuman misterius
di bibirnya.

Arlan menuruni anak tangga rumahnya, dengan wajah datar tanpa ekspresi. tatapan mengintimidasi, aura itu begitu berbeda dengan Arlan yang dulu. mana pipi bersemu jika malu, dan mata membinar di saat menatap keyzia, sang empu nama sudah lama menghilang, Arlan yang dulu pun menghilang.

"Nak sarapan dulu." ajak Alena. jangankan menjawab, melirik saja Arlan tidak. Alena hanya mampu menghela nafas.

Arlan berjalan di koridor sekolah dengan wajah dan tatapan yang masih sama, tanpa ekspresi. tangannya terkepal kuat saat
melihat seseorang di hadapannya.

"Sayang!" gadis yang dari tadi ia perhatikan tiba-tiba memanggilnya dan bergelayut manja di lengannya."kamu kemana aja, hampir dua bulan kamu ga masuk?" tanya gadis itu dengan manja.

Arlan tersenyum saat melihat
tingkah gadis itu yang tidak lain adalah Regina, Arlan menarik pinggang ramping regina untuk mendekatinya, dikecup pipi gadis
itu dengan lembut.

"Sayang, disini banyak orang."
cicit Regina dengan pipi yang
sudah memerah.

"Mau ketempat sepi baby?"

Arlan menarik tangan Regina
menuju gudang belakang sekolah,
ia membanting pintu gudang dengan sangat kuat, membuat Regina ketakutan.

"Kenapa hm?" tanya Arlan membelai surai Regina dengan sangat lembut. tatapan matanya berbeda, seperti bukan Arlan.

"Say- kamu kenapa sih?" tanya Regina yang sudah merasa risih. selama ini ia membohongi Arlan karena tau jika Arlan itu amnesia. tapi selama ini juga Arlan tidak pernah bertingkah seperti ini.

"Bukannya ini yang kamu mau
sayang?" Arlan membuka kancing seragamnya. membuat Regina bergetar ketakutan, ada apa dengan Arlan.

"Arlan?"

"Sstth... hanya ada kita disini sayang. kamu suka kan?" senyum devil tercetak indah di bibir Arlan.

"Gw cuma mau kasih hadiah untuk semua perlakuan lo. itu manis kan?
lo juga suka kan?"

"Ayo kita bersenang-senang."

BERSAMBUNG

ARLAN || CHENLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang