ARLAN || EIGHT

128 8 0
                                    

                                   *                                   *                                   *

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*
*
*

"Dy?"

Daddy!"

"Daddyyyyy?"

"Sekali lagi kamu manggil dan pas Daddy tanya kamu ga jawab, Daddy drop out dari kartu keluarga!" Ancam Damian yang sudah jengah.

"Ajarin Arlan dy." Cicit Arlan dengan pipi yang semakin memerah.

"Ngomong yang jelas Arlanzyan!, Ini Daddy lagi sibuk!"

"Ajarin Arlan jadi seorang suami!" ucap Arlan terus terang tanpa jeda.
ia menutup wajahnya menggunakan dua tangannya.

"Astaga, anak Daddy satu yang ini,
ternyata itu." goda Damian sambil mendudukkan tubuhnya di sebelah Arlan, Damian tertawa geli melihat tingkah putra bungsunya, ternyata sudah dewasa.

"Kamu suka keyzia?" Pertanyaan itu mampu membuat tubuh Arlan lemas, apa Daddy akan melarangnya untuk mendekati keyzia, seperti kedua Abangnya yang di larang pacaran.

"Daddy bakalan ngelarang Arlan?"
bukannya menjawab, Arlan bertanya balik pada Damian.

"Hm, Daddy ga berhak untuk ngelarang kamu boy. kamu sudah menikah, you know? menikah itu seperti dua jiwa yang di satukan di dalam satu raga, hanya kamu, keyzia dan tuhan yang tau, Daddy hanya sebagai perantara untuk menasehati, dan ngasih saran, itu aja."

"Kamu tau? Daddy lebih percaya sama kamu yang bisa tanggung jawab di banding Rafael dan Kelvin. Karena Daddy liat mereka sibuk memikirkan diri sendiri, mereka sendiri dan bersenang-senang."

"Dari awal Daddy udah tau, kamu selalu berfikir sebelum bertindak.
dan Daddy juga tau, kamu sering dengerin pertengkaran Daddy sama mommy, dan kamu lebih bisa Daddy percaya." Jelas Damian panjang lebar,
ia menyentuh pundak Arlan."

"Daddy terima pernikahan ini bukan karena pekerjaan nak, tapi karena Daddy ingin melihat kamu bisa untuk lebih dewasa dan bisa lebih bertanggung jawab."

"Maksudnya Dy?" Arlan tidak paham dengan arah pembicaraan Damian.

Damian menarik nafas lalu menghelanya, "menikah itu tidak mudah, ada beberapa hal yang harus kamu tau. pertama, kamu harus bertanggung jawab. Tanggung jawab bukan ngehamili anak orang terus nikahin. Tapi dia yang bisa jadi perisai untuk keluarga, yang memegang kuasa dan menjadi tiang agar suatu hubungan karena tidak runtuh." Arlan mendengar dengan serius penuturan Daddynya. Arlan mengangguk mengerti, meskipun suara yang keluar dari mulut Daddynya terasa sedikit berat.

"Kamu tau apa itu nafkah?"
Arlan menggeleng jujur, Damian hanya tersenyum maklum. "Ya sebenernya Daddy ga harus ngebahas ini dengan kamu yang seharusnya masih fokus dengan sekolah, tapi kenyataannya kamu harus tau nak."

"Gapapa Dy, Arlan juga udah siap. Arlan bakal jadi suami yang baik kaya Daddy, biarpun ga sesempurna itu, tapi Daddy adalah panutan bagi Arlan. Arlan bakalan sayang Zia, seperti Daddy yang sayang ke mommy." Damian terharu mendengar penuturan putranya, tenyata putra kecilnya sudah dewasa sekarang.

Terkadang kita menilai hal itu sepele. tapi ada juga anak-anak yang melihat contoh objek yang harus ia tiru, entah itu baik atau buruk. sadarkah kamu akan hal itu?

***

*Dari mana lo?"

Arlan yang baru saja masuk ke kamarnya setelah perbincangan panjang bersama Daddynya, ia tersentak kaget, suara keyzia selalu saja membuatnya gugup.

"Hm, dari ruangan kerja Daddy."

Keyzia menatap aneh suaminya, Arlan terlihat tidak seperti biasanya. biasanya selalu manja, selalu bertingkah, membuat keyzia kesal, berlaku manis, dan bermanja-manja padanya. Tetapi beberapa hari terakhir ini Arlan terlihat berbeda.

"Arlan?" Panggil keyzia, ia mendudukkan tubuhnya yang hanya di baluti piyama tipis sepaha. Apa salahnya, Arlan kan suaminya.

Arlan berdehem, lalu beralih memainkan ponselnya, keyzia bahaya untuk jantungnya. Bisa langsung mati kalo ia berhadapan dengan keyzia yang berpakaian seperti ini, teganya keyzia, Arlan juga memiliki syahwat.

"Lo kenapa sih? Marah?" Tanya keyzia dengan nada kesal. bagaimana tidak, Arlan seperti meng-ghosting dirinya.

Keyzia berjalan mendekat Arlan yang masih asik memainkan ponselnya. tanpa fikir panjang keyzia langsung memeluk suaminya dari samping.

Hampir saja ponsel milik Arlan melayang karena ia terkejut, dengan jantung yang berdebar kencang Arlan menatap istrinya dengan bingung.

"Lo kenapa sih hm?" tanya keyzia lembut.

"Gapapa Zia." jawab Arlan seadanya.
dengan berusaha menetralkan debaran jantungnya.

Arlan menghela nafas. " Zia, bajunya di ganti ya, ga baik ini terlalu terbuka." Pinta Arlan dengan lembut, tangannya mengambil badcover disampingnya lalu menutupi tubuh keyzia.

Keyzia tertegun melihat perlakuan suaminya, sedangkan Arlan was was ia takut keyzia akan marah, namun kekhawatirannya tidak terbukti, nyatanya keyzia tersenyum malu.

"Kenapa hm?" Tanya keyzia, ia tersenyum nakal, keyzia semakin mengeratkan pelukannya pada Arlan.

"Nanti aku khilaf Zia." Jawab Arlan dengan suara berat wajahnya terlihat gusar, astaga.

"Sama istri sendiri kan ini?"

"Memangnya Zia udah siap hm?"

BERSAMBUNG

ARLAN || CHENLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang