ARLAN || TWENTY

126 6 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*
*
*

Pagi yang cerah Keyzia terbangun dari tidur pulasnya. tubuhnya terasa kaku. terasa berat seperti ada yang menimpanya, mengerjap sampai kesadarannya pulih, satu nama yang ia ingat. Arlan, pemuda itu sedang tidur pulas di atas keyzia.

Sulit untuk dipercaya, seakan-akan semuanya seperti mimpi. Keyzia mengelus pipi Arlan dengan pelan, dan menatap teduh wajah suaminya. tidak ada yang bisa mendeskripsikan sebahagia apa Keyzia saat ini. hampir sebulan setelah ia kembali, kondisi Arlan berangsur membaik.

"Maaf..... karena aku, kamu jadi
kaya gini."

Air mata mengalir di pipi Keyzia, menimpa hidung mancung Arlan yang menempel sempurna disana, membuat sang empu menggeliat tak nyaman.

"Zia? kenapa? ada apa?" tanya Arlan dengan suara serak. "mana yang sakit? aku terlalu berat yah? maaf sayang, maaf. ayo kita kerumah sakit. jangan nangis sayang, aku takut."

Saat Arlan ingin turun dari tubuh Keyzia, namun di tahan olehnya.

"Gapapa, aku cuma ga nyangka kita bisa ketemu lagi. maaffin aku... karena takut dipisah, aku gamau balik kesini. aku ga pernah tau kalo keadaan kamu ga baik-baik aja.

Arlan mengangkat tubuh Keyzia yang sedang tidur dibawah dekapannya, menjadi duduk di atas pangkuannya, Arlan memeluk erat tubuh Keyzia, membisikkan kalimat menenangkan di telinga istrinya.

"Jangan nangis.... aku gapapa, jangan nyalahin diri sendiri, kamu ga salah, ga perlu minta maaf, aku yang ga becus jadi suami dan imam untuk kamu. buat kamu sakit hati, itu ga adil buat kamu." ucap Arlan yang membuat Keyzia semakin terisak. melihat istrinya menangis membuat Arlan dua kali lebih panik, tubuhnya bergetar, kecemasan mendominasi pikirannya.

Arlan meremat rambutnya dengan kuat, efek obat terlarang itu membuat emosinya tidak terkontrol, kebingungan dan rasa cemas yang berlebihan. meskipun keadaannya berangsur membaik, Arlan masih sering hilang kendali.

"Please jangan nangis " ujar Arlan dengan suara yang serak. tangannya menangkup pipi keyzia.

Cup

Kecupan lembut mendarat di kening keyzia, membuat keyzia terdiam, tidak sampai disitu, Arlan mengelus pipi chubby istrinya menghapus jejak air mata yang tersisa. tidak ada yang tau sekencang apa degup jantung keyzia dan Arlan saat ini.

"Jangan nangis, istri Arlan ga boleh nangis. kalo nangis, aku manjanya sama siapa?" canda Arlan. "Setelah resmi nikah, Zia harus siap manjain aku sepuasnya.

Keyzia menahan senyum melihat wajah tampan suaminya yang sedang berangan-angan. "Arlan... siapa yang ngajarin kamu jadi mesum gini hm?!"

"Emang salah mesum sama istri sendiri hm?" timpal Arlan menantang
"aku udah terlalu lama nunggu, Zia ga kasian?"

Keyzia tertegun mendengar pertanyaan Arlan, ia menatap lekat wajah suaminya.

"Memangnya kamu udah siap jadi ayah, nafkahin aku, anak kita, rumah kita dan jadi imam yang baik untuk keluarga kecil kita?" tanya keyzia dengan suara pelan, ia tidak ingin membuat Arlan tersinggung dan terbebani dengan pertanyaannya.

"insyaallah aku siap!" jawab Arlan lantang.

"Selama ini aku usaha sendiri Zia,
aku ga pernah pulang ke sini, aku
coba hilangin semua bayangan tentang kamu dengan kerja. tapi nyatanya aku gabisa. pada saat itu aku kehilangan arah dan mencoba hal-hal terlarang. clubing, minum, sampai konsumsi obat-obat terlarang.
itu aku lakuin untuk hilangin perasaan bersalah aku sama kamu, tapi nyatanya aku ga berhasil. bahkan hal itu buat aku makin tersiksa."
Arlan menunduk dalam, ia sadar bahwa perbuatannya selama ini menyakiti banyak orang, salah satunya istrinya keyzia.

"Aku gamau janji Zia, tapi aku akan berusaha buat jadi imam yang baik dan bertanggung jawab untuk kamu."

***

Suasana meja makan terlihat hidup, setelah sekian lama tidak ada canda dan tawa ria dari putra bungsu mereka, Kelvin sedari tadi tidak berhenti menjahili adik bungsunya dengan menatap lekat wajah Keyzia, dengan posesif Arlan memeluk pinggang keyzia erat.

"Berhenti natap istri aku kaya gitu!" sinis Arlan, ia mengangkat sendok yang ada di piringnya dan menodongkan pada Kelvin menodongkan pada.

"Kenapa? yang di tatap aja ga marah, kenapa lo yang marah?" umpat Kelvin. pemuda itu mengedipkan satu matanya saat Keyzia melihatnya, hal itu membuat emosi Arlan naik tanpa aba.

"Brengsek! kalo mau genit itu jangan sama istri orang!" sentak Arlan membanting sendok ke piring. yang menimbulkan suara keras.

"Arlan." tegur Alena yang mendapat tatapan tajam Arlan.

"Jangan ngaku-ngaku, lo belum nikah resmi sama Keyzia, gw masih bisa rebut dia, lagian gw lebih bisa jadi suami yang baik untuk dia." perkataan Kelvin membuat Arlan diam, ia menatap Keyzia yang duduk dengan tenang.

"Zia.... kamu gamau kam sama bang Kelvin? gaboleh! Arlan mendekap tubuh Keyzia dengan erat, tidak peduli dengan tatapan yang ada
di depannya.

Keyzia menatap mertuanya dan Abang iparnya yang melihat perlakuan Arlan. Malu, tentunya.
itulah tujuan Kelvin, mengerjai
Arlan sampai mengamuk.

"Kalian akan menikah secara resmi dan terbuka setelah Arlan lulus SMA." ucap Damian lantang. membuat Arlan yang masih setia memeluk Keyzia mendongak.

"Kenapa ga besok aja Dy?"

"Ye! gabisa dong, kalo tuh kecebong jadi bayi mau lo kasih makan apa?" tanya Kelvin yang menyoraki pertanyaan Arlan.

"Uang aku banyak, kalo Abang
lupa!" sinis Arlan.

"Uang ga menjamin kebahagiaan
lo tau itu kan?, bahagiain anak orang itu ga mudah, jangan sampai pisah untuk yang kesekian kalinya." ujar Rafael dengan dingin, lagi-lagi ini membuat Arlan terdiam.

"Lulus dulu, lo ga liat adek ipar
gw sebentar lagi wisuda?"

Arlan menghela nafas berat, semua yang di katakan oleh Abang-abangnya
itu benar. elusan lembut di bahunya membuyarkan lamunan Arlan, ia menatap istrinya.

"Jangan di pikirin, sarapan dulu."

BERSAMBUNG

ARLAN || CHENLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang