ARLAN || THIRTEEN

115 7 0
                                    

                                   *                                   *                                   *

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

                                   *
                                   *
                                   *

"keluarga pasien!" Panggil dokter yang baru saja keluar dari ruangan operasi, semua atensi orang-orang yang duduk di kursi tunggu teralihkan. sudah 3 jam operasi dokter baru keluar dan akan memberitahu keadaan Arlan sekarang.

"Saya Daddynya, bagaimana keadaan anak saya dok? Tanya Damian dengan mimik khawatir, begitupun semua yang berkumpul disana. Keyzia? ia pingsan saat mendengar kabar bahwa Arlan kecelakaan.

"Bisa kita bicara di ruangan saya? tanya dokter itu dan di angguki oleh Damian.

"Begini pak, luka di bagian kepala pasien sangat parah, itu mengakibatkan kondisi pasien kritis untuk saat ini, saya mohon bapak dan keluarga untuk tetap ikhtiar. Putra bapak kuat, dengan kondisinya yang tidak memungkinkan ia masih bisa bertahan."

Damian mengusap air matanya yang tidak sengaja jatuh, ia begitu terpukul dan khawatir dengan kondisi putra bungsunya. "Terimakasih dokter, saya mohon lakukan yang terbaik untuk anak saya."

***
Keyzia mengerjakan matanya, kepalanya terasa pusing. Ia mencoba mengumpulkan ingatan sebelum berakhir di brangkar rumah sakit. Isakan keluar dari mulutnya saat mengingat suaminya mengalami kecelakaan, entah bagaimana keadaan suaminya sekarang, keyzia tidak tau.

Keyzia beranjak lalu pergi menuju ruang ICU, rasa khawatir menyeruak hati dan pikirannya.

"My?" Keyzia memanggil Alena yang sedang duduk di kursi tunggu. Alena langsung memeluk keyzia sambil terisak.

"Zia mau liat Arlan my.... Zia mau nyuruh Arlan untuk bangun." Lirih Keyzia.

Alena mengelus kepala keyzia dengan dengan sayang. Ia menatap menantunya dengan tatapan menenangkan. "Tenangkan diri kamu nak, kita sama-sama berdoa untuk kesembuhan suamimu."

"Zia mohon my..... Zia mau liat Arlan, dia pasti nurut kalo Zia yang minta." Keyzia menangis sesegukan, ingin rasanya ia melihat wajah suaminya.

"Udah key, mending lo istirahat aja." Ucap Kelvin, pemuda itu menepuk pundak keyzia pelan. "Besok lo harus berangkat kan?"

"Ngga, gw ga akan pergi, Arlan butuh gw bang, gw gamau pergi!"

Kelvin menarik tangan keyzia. membawa keyzia ke taman, mencoba menenangkan keyzia dengan memeluknya.

"Ssht..... Tenang key, Arlan gasuka kalo lo nangis kaya gini." nasehat Kelvin. Ia mengelus lembut air mata di pipi keyzia dengan lembut. Kelvin tidak tega melihat keyzia yang terpuruk seperti ini.

"Dia ga baik-baik aja, dia butuh gw bang."

"Segitu cintanya lo sama dia key. padahal usia kalian beda, tapi gw ngeliat ketulusan di mata lo key." Batin Kelvin.

***

Keyzia menatap wajah pucat Arlan dengan berlinangan air mata. Meskipun begitu, ketampanan Arlan tidak berkurang sedikitpun.

"Gantengnya suami aku." Ujar keyzia tertawa gemas. Saat ini ia sedang berada di ruang rawat VIP, keadaan Arlan sudah berangsur membaik.

"Bangun.... Kamu sayang kan sama aku, jangan buat aku khawatir."

"Bangun Arlan!, kamu ga cape tidur terus, udah seminggu ini Ar!"

Arlan masih setia memejamkan matanya, entah mimpi apa dia sampa tidak ingin membuka matanya.

***

"Akh.... Sakit." Suara yang membuat atensi semua orang tertuju pada sang empu.

"Nak, kamu sudah sadar?" Alena menghampiri putra bungsunya yang masih mengumpulkan kesadaran, setelah seminggu melewati masa kritis, Arlan sekarang sudah membuka matanya.

"Dek lo gapapa?"

"Alhamdulillah."

Arlan mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan, hanya ada Damian, Alena dan kedua Abangnya.

"My.... Sakit." gumam Arlan dengan suara serak, kerongkongannya terasa kering.

"Sabar sayang, kamu akan sembuh dan ga akan sakit lagi." Alena mengusap kepala Arlan lembut. "Mau apa?"

"Haus."

Setelah beberapa saat, pintu ruang rawat Arlan terbuka, menampilkan sosok keyzia yang baru saja datang, tubuh keyzia terasa membeku melihat Arlan sudah membuka matanya.

"Kamu udah bangun? Mana yang sakit? Tanya keyzia lembut. Damian dan Alena ikut tersenyum bahagia.

"Dek lo gapapa kan?" Tanya Kelvin dan langsung mengusap kepala adik bungsunya.

"Aku gapapa bang." Keyzia yang merindukan suara lembut suaminya itu tersenyum lembut, lalu memeluk Arlan pelan.

Anehnya, Arlan sama sekali tidak merespon, bahkan Arlan menatap keyzia tajam.

"Arlan kam-"

"Kamu siapa?" Bagaikan di sambar petir di siang hari, keyzia menengang ia tersenyum geli, ada yang menjanggal di hatinya.

"Jangan dekat-dekat!, aku ga suka sama orang asing!"

Keyzia tertawa hambar, lalu tatapannya beralih ke arah Alena dan Damian, mereka meratap putra bungsu mereka aneh.

Setelah dokter datang dan memeriksa kondisi Arlan, keluarga Bradikara berkumpul di depan ruang rawat Arlan, berharap suatu kemungkinan buruk tidak terjadi.

Dokter keluar dari ruangan Arlan lalu menatap semua antensi orang-orang yang menunggunya bicara. dokter menghela nafas prihatin.

"Karena luka pada kepala pasien yang cukup parah, mengakibatkan ia kehilangan separuh ingatannya."

DEG

Jantung keyzia terasa terhenti, rasa takut yang sedari tadi ia rasakan membuatnya lemas mendengar kenyataan ini.

"Pasien hanya mengingat keluarganya, ia melupakan ingatannya yang dua tahun belakang, ini terjadi karena pasien mengalami geger otak." Jelas dokter

Keyzia meremat ponselnya, 2 tahun belakangan ini? Berarti.... Keyzia.

"Arlan.... Arlan lupa sama aku."

BERSAMBUNG

ARLAN || CHENLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang