ARLAN || TEN

117 8 0
                                    

                                   *                                   *                                   *

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

                                   *
                                   *
                                   *

"Lo itu harus belajar, bentar lagi kan mau ujian nasional, kalo lo ga ada persiapan, mau jawab apa?"

"Jangan kebanyakan manja-manja, bentar lagi kan mau naik kelas."

Arlan menghela nafas lelah, dari tadi keyzia terus saja mengomelinya. ia hanya diam dan mendengarkan, sesekali ia melirik istrinya yang mendumel sambil melipat pakaian, astaga, sesederhana ini.

"Zia?" Arlan memanggil keyzia yang tidak bergeming sama sekali. Setelah lelah mengomeli Arlan, ia diam karena merasa Arlan tidak perduli dengan ucapannya.

"Zia, marah ya? Iya nanti aku
belajar ya."

"Zia aku udah belajar tadi, masa sekarang belajar lagi, istirahat dulu sebentar ya." Arlan mengacak rambut frustasi, mencak-mencak tidak jelas, keyzia sama sekali tidak peduli, ia hanya diam saja, dan melanjutkan melipat pakaian.

"Yaudah iya iya Arlan salah, maaffin yah, Arlan dengerin kok, cuma tadi gamau motong pembicaraan Zia ntar ga sopan, makanya aku diam aja dari tadi, maafin yah." Arlan meringkuk di samping tempat tidur dan duduk di karpet bulu, sedangkan keyzia masih melipat pakaian.

Ingin rasanya keyzia tertawa, tapi ia tahan karena ingin mengerjai suaminya.

"Ya Allah, Zia aku minta maaf, janji ga gitu lagi, please maaffin aku yah." Arlan mendekati keyzia lalu menarik tangan keyzia yang masih asik melipat bajunya.

"Pacaran terus!"

Arlan dan keyzia mengalihkan atensinya ke arah pintu kamar,
disana sudah ada Rafael dan Kelvin.
entah apa keperluan mereka.

"Kalian ngapain?" Tanya keyzia sedangkan Arlan hanya diam saja dengan ekspresi wajah yang datar.

"Kita dateng cuma buat silaturahmi aja." Jawab Rafael dengan kekehan kecil. "Kenapa, kita ganggu ya?" Tanyanya.

"Ngga k-"

"Ganggu!" ucap Arlan dingin, "kalo mau masuk kamar orang itu ketok dulu, disini bukan cuma ada aku,
tapi ada Zia juga, ngga sopan." tuturnya.

Rafael menatap adik bungsunya dengan tersenyum tipis, adiknya
yang satu ini memang berbeda.

Keyzia menunduk, yang dikatakan oleh suaminya memang benar. selama ini ia merasa itu hal yang wajar karena mereka abangnya Arlan, ternyata suaminya punya pandangan yang berbeda.

"Kita minta maaf ya." cicit Rafael dengan memandang tidak enak ke arah keyzia, keyzia hanya tersenyum simpul lalu mengangguk.

Arlan menatap keyzia sebentar. lalu ia berdiri dan mencium pipi istrinya. entah apa yang di bisikan di telinga keyzia sampai gadis itu mengangguk patuh dan beranjak keluar dari kamar.

Dua Abang Arlan melongo tidak percaya, mereka saja belum pernah memperlakukan seorang perempuan seperti itu, perlakuan manis Arlan tadi, belum seharusnya dia lakukan untuk remaja seusianya.

"Arlan sebenarnya kamu usia berapa sih?" Pertanyaan itu terlontar dari Kelvin yang dari tadi hanya diam
dan menyimak.

"Dari mana kamu belajar kaya gituan dek." Rafael ikut bertanya dengan mimik penasaran yang kentara dari dirinya.

"Ngga belajar dari siapapun. aku sering ngelukain itu, Zia juga ga keberatan." Jawaban singkat, padat dan jelas dari Arlan sontak membuat Abang-abangnya menggeleng frustasi.

"Please lah Lan, gw uwuphobia!"

***

Arlan dan keyzia sedang berjalan di taman, sesekali mereka berbincang dan bercanda. Kekesalan keyzia terhadap Arlan sangat cepat memudar. remaja itu selalu bertingkah menggemaskan membuat keyzia sulit untuk mengabaikannya.

"Zia mau eskrim?" Keyzia menggeleng, ia tidak suka eskrim, dia lebih menyukai brownis dan susu.

"Lo aja, gw ga suka eskrim."

"Kenapa? Arlan mendudukkan dirinya di bangku taman yang tersedia. berjalan di sore hari memang kesukuannya.

"Gatau, gasuka aja tiap liat eskrim bukannya seger malah seret di leher, jadi ga suka deh."

"Makanan kesukaan Zia apa?"

Keyzia tersenyum geli lalu mengacak-acak rambut Arlan, terkadang ia berfikir kalo Arlan itu kekanakan, egois, labil dan perwakilan. Tapi kenyataannya adalah, remaja umur 16 tahun ini cukup dewasa, Penyayang, pengertian, berwibawa, dan poin pentingnya ia selalu memperlakukan keyzia dengan lembut.

Meskipun awalnya Arlan sedikit menyebalkan, namun Arlan bisa menjadi sosok yang dewasa. Ya meskipun terkadang jiwa manja dan cemburuannya menjadi points minusnya. tapi itu merupakan daya tarik tersendiri untuk keyzia.

"Zia?" Panggilan itu membuyarkan lamunan keyzia. "Makanan kesukaan Zia apa?" tanyanya mengulangi.

"Brownis." jawab keyzia.

"Yaudah nanti kalo udah UN aku mau minta mommy ajarin aku cara buat brownis."

"Ngga usah Arlan, nanti lo kena api lagi." ucap keyzia sambil memeluk suaminya itu, dapat ia rasakan tubuh Arlan menegang, keyzia terkekeh geli saat melihat pipi Arlan yang sudah memerah, astaga imut sekali suaminya ini.

"Akh.... Zia jangan di gigit, sakit tau!"

"Berhenti Zia... Sakit."

"Bodoamat!, siapa suruh lo gemesin."

"Tapi sakit Zia......" Mata Arlan memerah.

Habisnya pipi lo gemesin, mau di cubit ngga puas, yaudah gw gigit aja, kan suami gw ini."

"Dicium aja, jangan di gigit."

***

Beberapa saat kemudian terdengar suara yang membuat keyzia membeku.

"Oh ternyata ini yang buat lo
mutusin gw, sejak kapan lo suka bocah?!"

BERSAMBUNG

ARLAN || CHENLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang