ARLAN || TWELVE

108 7 0
                                    

                                  *                                  *                                  *

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

                                  *
                                  *
                                  *

"gimana sekolahnya, lancar?" Keyzia sambil mengusap lembut kepala Arlan yang berbaring di pangkuannya. beberapa bulan seusai ujian dan naik kelas, Arlan sangat sibuk di sekolahnya karena ia sudah menjadi ketua OSIS.

"Alhamdulillah lancar, kalo Zia gimana?, gamau lanjut kuliah?" Arlan memegang tangan keyzia yang setia mengusap rambutnya lalu menciumnya dengan lama.

Tidak risih atau menolak, keyzia menyukainya, setiap Arlan berbuat manis padanya, selalu membuat keyzia berdebar.

"Mau, tapi..."

"Kenapa?" Arlan mengerutkan keningnya saat keyzia seperti berat untuk mengucapkan sesuatu. "Zia?"

"Arlan, sebenarnya aku dapat beasiswa." ungkap keyzia dengan jujur. Arlan hanya mengangguk dan menunggu ungkapan keyzia.

"Dan beasiswa itu... Beasiswa ke luar negeri." Arlan membeku mendengar penuturan terakhir keyzia, apa zia-nya akan pergi, Arlan takut.

"Zia mau?" Tanya Arlan, terbesit rasa tidak rela jika keyzia harus pergi dan kecewa pastinya.

"Keyzia menghela nafas. mengelus kepalanya suaminya. "Aku ga akan pergi kalo kamu larang ataupun tidak setuju." Keyzia tersenyum di kalimat akhirnya.

"Itu beban buat aku. di satu sisi gamau kamu pergi, di sisi lain aku gamau jadi suami yang egois." tutur Arlan. ia beranjak lalu menarik keyzia ke dalam dekapannya.

Keyzia tersenyum gemas. "ini suami siapa sih? kenapa bisa lucu, dewasa banget lagi, jadi sayang." kelakarnya.

"Suaminya Keyziaana Dirgantara!" jawab Arlan dengan sedikit jail Arlan menggigit pipi keyzia, bukan sakit melainkan geli.

"Siapa tuh keyziaana Dirgantara?"

"Dia cantik, baik, pinter, dan kesayangannya Arlanzyan Eyyes Bradikara, menantunya Daddy Damian dan mommy Alena." Arlan dan keyzia tertawa bahagia, semoga aja ketenangan ini bukan pertanda sebelum badai besar.

***

Makan malam terasa lebih nikmat dan berwarna saat kedua orangtuanya keyzia berkunjung ke rumah Bradikara.

Dinda dan Favian sengaja datang kerumah besannya karena ada keperluan bisnis, dan melihat keadaan anak perempuannya.

"Damian, sebelum kita membicarakan
masalah bisnis, ada baiknya kita membahas masalah anak-anak kita dulu." Favian membuka suara setelah mereka semua berkumpul di ruang keluarga.

"Memangnya ada apa dengan anak dan menantuku, Vian?" Tanya Damian dengan mengerutkan keningnya, ia was-was jika putra bungsunya melakukan kesalahan.

"Tenang damian, ini hanya masalah sepele, keyzia anak ku mendapatkan beasiswa di London, ia akan kuliah disana sampai S2." Damian melihat anak bungsunya diam dan menunduk.

"Seperti yang kamu tau Vian, saya tidak berhak ikut campur masalah rumah tangga anak-anak.

"Keyzia sudah mempunyai suami. meskipun sulit, mereka harus mengambil keputusan sendiri."
jelas Damian. ia melihat kearah
Arlan dan keyzia hanya diam dengan tenang.

"Itu tergantung keputusan Arlan."

Arlan mendongak, menatap semua orang yang berada di depannya. "Arlan setuju Dy, Arlan izinin Zia untuk pergi."

***

Keyzia menggeliat, lalu membuka matanya perlahan. hal pertama yang ia lihat adalah wajah tampan suaminya yang sedang terlelap, seluas senyuman terbit di bibir keyzia, entah kenapa ia merasa tidak rela jika harus meninggalkan suaminya.

"Besok aku harus pergi. tapi aku ngerasa.... Ngga bisa untuk ninggalin kamu." Keyzia mengecup lembut pipi Arlan. "Tapi kamu kan udah punya banyak temen di sekolah, jadi ga akan terlalu kesepian pas aku ga ada nanti."

Keyzia memandang wajah tampan suaminya. Terbayang saat pertama mereka bertemu. Arlan terlihat menyebalkan. siapa sangka, Arlan bisa membuat keyzia jatuh cinta sedalam ini.

Arlan yang masih setia memejamkan matanya merasa terusik dengan sentuhan lembut di wajahnya, ia mengeluh lalu menggeliat.

"Zia..... aku masih ngantuk."

"Bangun sayang, ini udah hampir jam enam. kamu ga sekolah hm?" Arlan mendudukkan tubuhnya lalu merangkak ke atas tubuh keyzia, bukan apa-apa, ia sudah terbiasa bermanja-manjaan ria sebelum mandi pagi.

Arlan berbaring di atas tubuh keyzia, menyembunyikan wajahnya di leher istrinya.

"Bangun!" Keyzia mencoba mendorong tubuh suaminya, tapi tenaganya tidak begitu kuat.

"Perasaan aku ga enak." ujar Arlan dengan suara serak. "Zia ga bakalan selingkuh kan disana?" Tanyanya, entah sudah berapa kesekian kalinya.

"Ngga Arlan, bahkan aku yang harus nanya gitu. Regina itu siapa?"

"Dia temen sekelas, dia juga habis nembak aku." jawabannya jujur sontak membuat mata keyzia membulat.

"Terus!"

"Ya aku tolak lah, kan aku punya Zia."

***

Setelah bermanja-manja pada keyzia. Arlan buru-buru ke sekolah karena sebentar lagi bel berbunyi. ia mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi, membelah jalan yang lumayan ramai.

Jangan heran kenapa Arlan mengendarai motor, itu karena ia mendesak Damian untuk mengizinkannya.

"Argh gara-gara kecanduan bermanja-manja jadi gini."

"Mereka siapa?" Arlan melihat kaca spion motornya, ada beberapa motor lain seperti mengejarnya.

Dengan tanpa berfikir panjang Arlan menambah laju motornya agar meninggalkan orang-orang itu ikut menambah kecepatannya.

Aksi saling kejar mengejar pun akhirnya terjadi.

"Buat bocah itu terluka, kalo perlu mati!"

Mereka menyanggupi instruksi itu lalu menyenggol motor Arlan, karena laju motornya dengan kecepatan tinggi Arlan tidak bisa, akhirnya terpental ke pinggir jalan.

Brugh

Bunyi benturan beberapa kali terdengar, darah mengalir keluar
dari luka-luka Arlan, ia merasakan kepalanya begitu sangat sakit. nafasnya tersengal, darah terus keluar dari hidung dan mulutnya.

"Z-zia....."

Seragam putih Arlan sudah berwarna merah karena darah, para warga yang datang berbondong-bondong menelfon ambulans.

"Zia maaffin aku..." Arlan menggumamkan nama keyzia lalu meneteskan air mata sebelum memejamkan matanya.

BERSAMBUNG

ARLAN || CHENLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang