8

291 34 1
                                    

Selamat pagi semuanya, Happy weekend.

lagi semangat update nih, meskipun di part ini rasanya singkat banget. tapi gapapa yaa...

Oh iya maaf untuk segala typo dan kekurangan lainnya. kalau ada kritik atau saran. silahkan aku akan terima dengan senang hati.

Happy weekend and happy reading ya guys.

~Okta~


🍀🍀🍀

Marsha PoV

Pernahkah kalian menyukai seseorang dengan berlebih? Perasaan yang kian hari kian bertambah besar. Padahal tak ada jaminan sedikitpun perasaan kalian itu akan berbalas. Tetapi kalian tak berniat menghapusnya sedikitpun. Bahkan kalian membiarkannya terus bertumbuh.

Kalau pernah kalian sama persis denganku. Aku tak berniat sedikitpun menghilangkan perasaan ini. karena entah kenapa meskipun perasaan yang kumiliki ini penuh dengan ketidakmungkinan tapi memberiku kebahagiaan tersendiri. Bahkan saat mengingatnya aku selalu merasa tenang. Aku menikmati setiap debaran yang tercipta karenanya.

Tapi entah kenapa hari ini sedikit berbeda, aku merasa sedih dan kecewa. Mungkin karena aku sudah mulai suka berharap. Dulu aku tak pernah berharap apa-apa akan perasaan ini, cukup bagiku hanya dengan melihatnya. Melihat senyum manisnya. Melihat paras cantiknya. Melihat dia baik-baik saja. Mungkinkah aku sudah mulai serakah akan hal ini? Kalau itu benar aku berharap keserakahan ini tak akan merusak apapun. Karena aku ingin merawat perasaan ini dengan baik, karena aku menyadari sekarang kalau debaran ini bukan hanya rasa kagum semata, tetapi ini adalah rasa cinta yang tulus yang kian hari kian dalam.

Dia adalah wanita pertama yang mampu menggetarkan hatiku, dan menciptakan debaran – debaran dalam dada ini. dia adalah wanita pertama yang kucintai dalam ketidak mengertian. Kenapa adalah pertanyaan yang kerap kali muncul saat mengingatnya. Kenapa perasaan ini bisa tumbuh? Sedang dia adalah seorang wanita, sama sepertiku. Kenapa rasa ini harus muncul padahal sebelumnya aku juga pernah mencintai seorang laki-laki yang sudah menjadi mantanku sekarang. Kenapa aku tak ingin menghapus perasaan ini, padahal perasaan ini bisa saja membawaku kedalam luka dalam berkepanjangan. Dan banyak kenapa-kenapa lainnya yang bermunculan di benakku. Sampai kusadari bahwa cinta bisa datang kapan saja, pada siapa saja tanpa memerlukan alasan.

Setelah melihatnya tadi pagi diruangannya, aku tak melihatnya lagi. Padahal waktu istirahat makan siangpun sudah selesai dari tadi. Biasanya aku akan melihatnya keluar untuk makan, atau akan memintaku membelikan makanannya, atau bahkan datang ke pantry ini hanya untuk membuat kopi. Apa dia sama sekali tak keluar dari ruangannya sama sekali? Tadi aku hanya melihat Bu Merry keluar dengan karyawan lainnya.

Terbersit keinginan untuk membuatkannya secangkir kopi yang biasa dia buat dan mengantarkannya ke ruangannya. Aahh tidak. Jangan. Apa yang akan bu Merry pikirkan nanti kalau tiba-tiba aku kesana? Lagian belum tentu juga Bu Zora menginginkannya.

"Hey...ngelamun aja." Kurasakan tepukan cukup keras di pundakku dari Sinta, teman kerjaku sesama office girl.

"Apaan. Aku gak ngelamun kok."

"Kalau gak ngelamun gak mungkin juga tuh sampai terperanjat kayak tadi."

"Terperanjat apanya? Perasaan B aja deh. lebay."

"Ngeles aja terus."

"Terserah deh."

"Itu makan belum selesai juga dari tadi?" Sinta melihat ke kotak makanku yang masih hampir utuh karena aku baru memakannya sesuap dan aku menggelengkan kepalaku sambil tersenyum.

"Ya udah deh lanjut. Aku mau keluar." Aku hanya mengangguk.

Namun, saat aku akan melanjutkan makanku, Bu Zora masuk dengan wajah letih yang sangat kentara.

"Siang. Bu Zora." Bu Zora hanya tersenyum dan mengangguk untuk meresponku kemudian mengambil sebuah cangkir.

"Bu Zora mau kopi? Sini bu, biar aku aja yang bikinin buat ibu. Ibu duduklah. Ibu terlihat sangat capek." Pintaku sambil mengulurkan tanganku agar bu Zora memberikan cangkir yang sudah dipegangnya padaku.

"Baiklah. Seperti biasa ya."

Bu Zora duduk disamping kursi yang kududuki tadi.

"Kamu baru makan?" Tanya Bu Zora saat aku masih masih membuatkan kopi untuknya.

"Iya bu. tadi pas istirahat belum sempat makan karena harus beresin ruangan bekas rapat tadi." kulihat dia hanya menganggukan kepalanya saja.

"Kamu bekal cuma pake lauk itu aja?"

"Hehe iya bu. seadanya aja. Silahkan bu. ini kopinya."

"Makasih sha."

"Sama-sama bu. Ibu sendiri udah makan?"

"Belum."

"Kenapa? Ini sudah lewat jam makan siang lho bu. apa ibu mau saya beliin makanan sekarang? Ibu harus makan. Apalagi ibu kelihatannya capek banget. Ibu makan ya biar gak sakit."

Bu Zora bukannya jawab dia malah menatapku lekat. Bikin salting aja.

"A..atau ibu mau makan ini aja?" tawarku spontan sambil mendekatkan kotak makanku ke arahnya.

"ini?" Tanyanya sambil mengerutkan keningnya yang tiba-tiba saja menyadarkanku akan kesalahanku. Bodoh kamu Marsha. Mana mungkin dia mau makan makanan bekas kamu, meskipun baru di makan sesuap tetap aja bekas kan? Lagian makan hanya dengan telur dadar pake rawit dan daun bawang yang dibanyakin. Mana dia mau. Bodoh...bodoh.!

"Ma..maaf. saya gak bermaksud gak sopan dengan menawarkan makanan saya ini. ibu pasti jijik karena makanan ini bekas saya. Lagian hanya telur aja. Sangat gak pantas. Sekali lagi maafkan saya sudah lancang." Aku menarik kembali kotak makanku sambil menunduk karena malu, gak enak dan rasa takut.

"Hari ini kenapa kamu bawel sekali Sha?" kata-katanya membuatku semakin gak berani untuk melihat ke arahnya. Tapi dia membuatku kaget karena menarik kembali kotak makanku ke arahnya dan memakannya sesuap dengan sendok bekas kupakai. Sontak itu membuatku terperangah melihatnya.

"Makanannya enak dan makasih kopinya Sha." Kata Bu Zora sambil berdiri dari duduknya dan berlalu meninggalkan pantry dengan secangkir kopi ditangannya.

Masih dengan keterkejutanku, aku hanya bisa menatapnya berlalu dengan langkah elegantnya dengan senyum yang pada akhirnya bisa kuukir karena tingkahnya itu. Menghilangkan rasa sedih dan kecewa yang sempat mampir di hatiku.

The Butterfly's Secret {GXG}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang