23

188 20 4
                                    

Sesampainya di rumah sakit ini, Marsha langsung dibawa ke ruangan IGD yang terletak di lantai 2 gedung ini untuk dilakukan observasi. Setelah aku mengurus pendaftaran dan administrasi lainnya, aku menunggu Marsha didepan ruangan. Aku langsung menelpon Merry dan menceritakan tentang sakitnya Marsha dan keberadaan kami saat ini. aku juga meminta Merry untuk menjemput Marisa dan mengantarkannya ke rumahku agar dia tidak sendirian di rumahnya dan ada yang mengurus keperluan makannya dan lain sebagainya. Aku juga meminta Merry untuk membawakan pakaian ganti untukku dan juga untuk Marsha sekaligus mengambilkan mobil yang kutinggalkan di rumah sakit sebelumnya, selepas dia kerja.

Sebenarnya aku merasa tak enak sama Merry karena banyak merepotkan dia, bahkan untuk urusan pribadiku. Tapi, pada siapa lagi aku harus minta tolong. Hanya dia yang bisa aku andalkan saat ini. tetapi untungnya Merry sangat mengerti keadaanku dan keadaan Marsha yang memang sudah tak punya sanak saudara.

Aku duduk dengan perasaan tak tenang. Ada kekhawatiran sekaligus ketakutan dalam diriku. Aku takut kehilangannya, seperti aku kehilangan kakak perempuanku satu-satunya yang meninggal karena penyakit kanker rahim yang dideritanya. Di rumah sakit ini pula dia menghabiskan masa-masanya untuk menjalani pengobatannya. Aku tak pernah tega melihat keadaan kakakku saat itu. badan yang kian hari tambah kurus tak hanya karena sakitnya tetapi karena efek mual yang luarbiasa dia rasakan setelah menalani kemoteraphy telah membuat dia susah dan kehilangan selera makan.

Pernah suatu hari saat dia baru selesai menjalani radiotherapy, aku membantunya membersihkan diri dengan menyeka tubuhnya karena area yang mendapat sinar radiotherapy itu tidak boleh terkena air sedikitpun. Dia berkata padaku dan sampai saat ini perkataannya masih tersimpan jelas diingatanku.

'Terima kasih dek karena sudah menjadi adik terbaik untukku. Tetaplah seperti ini, menjadi adik baik kesayanganku. Dan hargailah keberadaan setiap orang disekelilingmu terlebih orang-orang yang mencintaimu. Sayangilah mereka seperti mereka menyayangimu. Jangan sampai kamu menyesal karena tidak memperlakukan orang dengan baik saat kamu telah kehilangannya....

Kamu tahu kan penyesalan terbesar kakak apa? Kakak terlalu berambisi dan terlalu menikmati kehidupan dan karir kakak diluar negeri. Selama bertahun-tahun lamanya, aku tidak sering menemui mamah, papah, dan kamu. aku melakukannya sesekali saja saat kakak merasa ingin. Dan sekarang saat kakak benar-benar ingin menghabiskan waktu bersama kalian, waktu yang tidak mengijinkan kakak untuk bisa menikmati semua itu dalam waktu yang lama. Karena mungkin saja esok atau lusa penyakit ini akan memisahkan kita."

Aku memburu kepelukannya dan menangis sejadi-jadinya. Belum aku kehilangan dia tapi sudah sakit sekali rasanya mendengar semua itu darinya. Itu seperti kata-kata terakhir yang akan aku dengar darinya. Dan benar saja keesokan harinya kakakku collapse dan meninggal dunia.

Dialah Adrienne Pradisha sosok kakak yang terpaut lima tahun denganku. Yang dengan kata-katanya yang selalu terngiang di ditelingaku membentukku menjadi orang yang seperti aku saat ini, meskipun tak lepas dari sikap dinginku seperti banyak orang mengenalku.

Aku berdiri saat pintu ruangan terbuka dan seorang suster mendorong keluar brankar dimana Marsha terbaring. Dengan cepat pula aku menyeka air mata yang terjatuh dipelupuk mataku dan menghampiri mereka dan membantu suster untuk mengeluarkan brankarnya dari ruangan itu. Namun sebelumnya ku pegang tangan Marsha dan tersenyum padanya untuk menguatkannya, untuk mengisyaratkan kalau dia tak perlu takut atau khawatir karena ada aku disampingnya.

"Kami akan membawa pasien ke ruang USG dan melakukan beberapa pemeriksaan lainnya nanti." Jelas suster itu seperti sudah tahu apa yang ada dalam pikiranku. Aku menganngguk dan tersenyum kemudian mengikutinya dengan berjalan disamping suster itu.

***

Beberapa pemeriksaan telah dilakukan dan disinilah kami sekarang. Di sebuah ruang perawatan. Aku sedang memasukan berkas-berkas milik Marsha di laci nakas bed Marsha, saat Marsha menanyakan Marisa—adiknya.

The Butterfly's Secret {GXG}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang