30

151 21 5
                                    

Marsha PoV

Seperti biasanya di hari Senin pagi jalanan cukup ramai lancar. Penuh dengan kendaraan dimana orang-orang seperti saling berlomba untuk sampai ke tempat tujuan masing-masing dengan cepat.

Di tengah ramainya jalanan, aku hening terdiam dalam pikiranku sendiri, di dalam sebuah taksi online yang membawa kami menuju rumah sakit. Sedangkan Novia yang saat ini berada di sampingku untuk menemaniku kontrol pertama kalinya, tengah asik ngobrol dengan supir taksinya.

Pikiranku benar-benar larut dalam, apalagi ketika mobil terhenti di lampu merah perempatan Jl. Pahlawan ini dimana seorang pengamen jalanan biasa mangkal disana, memainkan dengan sangat baik biola di tangannya yang diiringi musik pengiring melalui bluetooth speaker aktif yang distelnya. Sebuah musik instrumental dari lagu Agnes Monica yang berjudul Matahariku, menggiringku ke dalam kenangan bersama Zora. Tak terasa air mata menetes dari sudut mataku.

Ku rasakan elusan lembut di lenganku. Ku lirik Novia yang sedang memandangiku dan ku lemparkan senyuman kecil padanya yang mengisyaratkan 'aku baik-baik saja', sambil mengusap sudut mataku.

Lampu merah sudah berganti hijau, kami melanjutkan perjalanan kami. namun lain dengan Novia dan mas sopir yang sudah menghentikan obrolan asik mereka. Namun saat kami berhenti di lampu merah terakhir menuju rumah sakit tujuanku, mas sopir tiba-tiba bercerita kalau hari Sabtu kemarin tepat disini terjadi kecelakaan yang cukup tragis dimana sebuah truk menabrak beberapa kendaraan yang sedang berhenti. Menurut kabar truk itu hilang kendali karena rem blong ditambah hujan yang begitu deras. Ada beberapa orang yang menjadi korban pada kecelakaan itu dan diantaranya ada yang tewas di tempat.

Aku hanya terdiam mendengarkan  cerita mas sopir dengan rasa simpati di hatiku, sedangkan Novia sudah mulai banyak bertanya soal kejadian itu.

Tak lama, kami sampai di depan rumah sakit. Tepatnya di depan gedung rawat jalan dimana mas sopir tadi mendrop off kami.

Aku turun setelah mengucapkan terima kasih lalu menghirup udara sebanyak-banyaknya dan mencoba untuk tenang. Karena entah kenapa tiba-tiba hatiku gelisah, dadaku berdebar lebih cepat tanpa sebab.

"Kamu kenapa? Kamu baik-baik aja kan? Dari tadi kamu juga diem aja."

"Aku gapapa kok Nov. Yuk." Ajak ku sambil menggandeng lengan Novia untuk masuk ke dalam dan langsung menuju lift untuk naik ke lantai 4 gedung ini, dimana poly tempatku kontrol berada di sana.

Setelah kami sampai di lantai 4 gedung ini, aku bertanya pada security perempuan yang sedang bertugas disana mengenai prosedur pendaftaran, setelah itu aku langsung menuju mesin scan barcode yang di tunjukan, untuk menscan  surat kontrolku untuk mendapatkan no antrian. Setelah aku mendapatkannya aku memberikannya ke petugas pendaftaran di  poly tujuan dan diminta untuk menunggu dipanggil.

Aku dan Novia duduk di kursi tunggu paling tengah dekat ruang pemeriksaan Lab. Setelah beberapa lama kami menunggu, aku melihat pa Lius yang sedang berjalan ke arah tempat kami duduk. Dia berjalan sambil melihat-lihat ke sekelilingnya seperti sedang mencari seseorang atau sesuatu. Tapi dia tidak melihatku karena banyaknya orang yang sedang duduk dan juga berdiri menunggu panggilan. jadi aku langsung menundukkan kepalaku agar pa Lius benar-benar tak melihatku karena aku harus menghindari bertemu dengannya.

Waktu itu saat aku menyerahkan surat pengunduran diriku, dia meminta ku untuk segera menghubunginya perihal jadwal operasiku. Namun setelah kupikir-pikir kalau aku menghubunginya pastilah akan ada celah untukku dan Zora untuk berkomunikasi ataupun bertemu. Jadi aku putuskan untuk tidak menghubunginya. Perihal biaya operasiku, aku hanya berdoa semoga bisa dilakukan sebelum sebulan ini berakhir. Tapi kalau tidak, aku benar-benar belum tahu harus berbuat apa.

The Butterfly's Secret {GXG}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang