18

185 23 1
                                    

Awalnya aku berniat untuk menghabiskan sabtu malam di kostan Fanny seperti pernah kulakukan juga sebelumnya, meskipun hanya sesekali. Namun karena situasi yang berubah canggung membuatku berubah pikiran dan memutuskan untuk pulang. Dan disinilah aku, sendirian dikamarku dengan pikiran yang terus berputar mencari jawaban atas perasaan yang belum kumengerti.

Terbayang saat Fanny menciumku dan bagaimana perasaanku saat itu. saat tiba-tiba bayangan Marsha datang dibenakku dan perasaan perih yang menambah ketidakmengertianku. Apa yang sebenarnya sedang terjadi dengan hatiku?.

Aku memang sudah mengenal Marsha jauh lebih lama dibanding aku mengenal Fanny. Namun kedekatanku dengan Fanny jauh lebih cepat karena intensitas interaksi kita yang cukup sering. Jadi kedekatanku dengan mereka berdua cukup berbeda. Aku dengan Fanny berteman seperti aku dengan Merry dan juga Lius. Berteman yang gak mengenal kata jaim, dimana kami bebas mengekspresikan diri kami sehingga tak ada kata sungkan antara kami, dan bahkan kami melakukan hal-hal gila bersama. Bedanya aku sudah sangat terbuka soal orientasi seksualku kepada Lius dan juga Merry. Tetapi kepada Fanny aku masih menyembunyikannya sampai tadi dikostannya.

Sedangkan kedekatanku dengan Marsha adalah kedekatan yang tenang. Hmm gimana ya mengatakannya?. Intinya saat aku bersama Marsha aku tidak terlalu ekspresif, aku peduli padanya sama pedulinya aku terhadap teman-temanku yang lain. Tapi kepedulianku tak selalu aku tunjukan secara terang-terangan.

Aku peduli padanya karena pada awalnya aku merasa kasihan karena kehidupannya yang ku anggap tak mudah untuk dia jalani. Di usianya yang baru berumur 20 tahun, dia harus bekerja keras dan mengurus adik satu-satunya yang masih berumur 15 tahun dan masih duduk di bangku sekolah, tambah lagi mereka hidup tanpa orang tua dan dengan kondisi ekonomi yang pas-pasan. Dan itu harus dia lakukan sejak lama, sejak ayahnya meninggal dan Marisa pun masih duduk dikelas tiga SD. Itu berarti Marsha harus bekerja sekaligus bersekolah untuk menghidupi mereka berdua dalam usia yang masih remaja.

Saat teringat sosok Marsha seperti ini, teringat pula bagaimana dia bersikap dan bertutur kata padaku selama ini. Marsha juga kerap memberikan perhatian padaku, diantaranya saat dia membawakanku makan siang yang dia masak sendiri di rumahnya. Aku ingat waktu itu dia membawakannya dihari berikutnya saat aku melewatkan makan siangku karena kesibukanku. aku berfikir mungkin itu sebagai ucapan terima kasihnya karena telah membelikannya cardigan waktu itu. sedangkan untuk tutur katanya yang lembut karena memang dia orang yang seperti itu.

Namun belakangan ini aku merasakan ada perubahan dari dirinya. Meskipun dia masih bersikap baik dan bertutur kata lembut padaku. Namun aku merasa kalau dia sedang menjaga jarak denganku. Pernah suatu saat aku melihatnya sedang berjalan ke arahku, namun begitu dia menyadari keberadaanku dia memutar arah.

Aku sudah memikirkan ini sejak itu. dan sekarang ditambah dengan perasaanku sendiri yang tidak kumengerti. Hah...Memikirkan hal-hal seperti ini ternyata cukup membuatku pusing. Ahh...biarlah waktu yang akan menjawabnya. Jadi aku putuskan untuk tak memikirannya lagi dan pergi tidur.

***

Kesibukan menjelang akhir tahun sangat terasa. Semua divisi sedang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Dan aku harus memastikan semua perencanaan untuk awal tahun depan dan laporan akhir tahun ini semuanya berjalan baik dan dapat dipertanggung jawabkan. Aku dan Merry kini sedang berada di ruangan kami.

"Mer...laporan dari semua divisi sudah kamu terima?"

"Sudah bu. Sedang kuperiksa."

"Okay...pastikan semuanya sudah sesuai dengan data yang mereka kasih saat rapat. Terus gimana dengan perencanaan untuk tahun depan?"

'Nah kalau itu masih belum tahu."

"Minta tolong panggilin deh, orang yang akan bertanggung jawab untuk ini."

The Butterfly's Secret {GXG}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang