35

194 21 7
                                    

Saat semburat fazar datang menyambut pagi.

Sedang candra masih setia dalam terangnya meski enggan pergi.

Bak gambaran cinta yang tak mungkin bersatu.

Keduanya harus rela terpisah tanpa temu


🍃
🍃
🍃

Zora PoV

Aku sangat menyadari hubungan seperti apa yang kujalani. Aku pun sangat menyadari akan banyak konsekuensi yang harus kuhadapi dalam hubungan seperti ini. Namun, aku tak pernah menyangka sebelumnya bak deja vu, kini harus kembali ku melepas dan merelakan orang yang ku cintai dan sangat berarti bagiku. 

Apa yang Marsha katakan mungkin ada benarnya bahwa cinta saja tak akan cukup bagi kami untuk bersatu apalagi hidup bersama. Karena, nyatanya tak peduli seberapa besarpun cinta yang kami miliki tak memungkinkan kami untuk bersatu. Tak peduli seberapa ingin pun kami bersama akhirnya harus terpisah juga. 

Sejujurnya seberapa besar apapun halang rintang yang harus kami tempuh aku yakin akan bisa melewatinya. Tapi ternyata tidak untuk yang satu ini. Sampai akhirnya kami harus benar-benar mengalah dan merelakan cinta kami. Tetapi ini semua tak memudarkan harapan dan do'aku semoga suatu saat nanti akan ada masanya kami kembali bersama.

Pagi ini, aku, Mama dan Bi Murni sudah bersiap untuk meninggalkan rumah sakit. Kami melewati ruang perawatan dimana Marsha di rawat disana. Aku hanya bisa berdiri menatap pintu yang tertutup dengan air mata yang menetes. Aku menangis dalam diam. Menahan semua kepedihan yang kurasakan.

"Temuilah dulu, sayang." Pinta mama. Aku hanya menggelengkan kepalaku sambil menggigit bibir bawahku menahan tangis. Ya...aku sudah menceritakan semuanya ke mama. Karena dialah satu-satunya tempat berkeluh kesah yang bisa sangat aku percaya dan bisa memberiku ketenangan.

"Apa kamu tak akan menyesal nantinya?" Tanya mama memastikan.

"Lebih baik begini ma. Karena aku tahu aku tak akan sanggup kalau melihatnya." Jawabku dengan suara bergetar kemudian mama menarikku dengan lembut kedalam dekapan hangatnya untuk menenangkanku.

"Huft. Baiklah. Kalau itu mau kamu. Ya udah yuk...Lebih baik kita pergi sekarang." Ajak mama sambil menggandeng tanganku.

***

Mobil yang kutumpangi membelah jalanan yang tak begitu padat. Kedua netraku menatap tepian jalanan dan tak teralihkan selain darinya dengan pikiran yang juga tak bisa teralihkan dari Marsha.. Saat mulai memasuki fly over aku membuka kaca mobil cukup lebar setelah meminta pa Imam--sopir mama, untuk mematikan AC terlebih dulu.

Kuhirup udara yang memang sudah tak begitu sejuk, namun udara yang menerpa wajahku kurasakan lebih nyaman dan menenangkan. Aku butuh ini, aku butuh udara segar alami seperti ini dan rasanya aku ingin pergi ke suatu tempat yang sepi dan menenangkan dengan pemandangan indah dan udara yang sejuk tatkala hatiku berkecamuk saat mengingat semua yang telah terjadi kemarin.

Flashback on

"Bagaimana keadaannya, Dok?" Tanyaku dengan penuh kekhawatiran. Dia jatuh pingsan didepanku dengan benturan yang cukup keras tanpa aku bisa menahannya.

"Sejauh ini keadaannya masih baik, sepertinya dia kelelahan dan mungkin saja ada faktor lain yang memicunya. namun kami harus memeriksakan pasien lebih lanjut."

"Dok, sebenarnya dia pasien rumah sakit ini juga. dan seharusnya dia akan mulai di rawat besok sebelum jadwal operasi pengangkatan kistanya dua/tiga hari kedepan."

The Butterfly's Secret {GXG}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang