26

157 21 14
                                    

Zora PoV

Flashback on

Aku berjalan menuju ruang tengah rumah kedua orang tuaku. Dengan pikiran yang masih menebak-nebak ada permasalahan apa sampai Dave pun berada disini sekarang. Saat kulihat Dave yang sedang duduk di sofa single di samping papah.

Kulihat raut wajah papah yang tegang, seperti sedang menahan amarah. pandangannya lurus kedepan tanpa melihat ke arahku. Mamah dengan raut wajah yang kutebak antara kekhawatiran dan kesedihan. Sedangkan Dave dengan senyum sinisnya yang entah menyiratkan apa.

"Malam, Mah...Pah."
Aku menyalami tangan kedua orang tuaku sebelum duduk di sofa di depan mereka.

"Dave" sapaku pada Dave.

Aku duduk diam menunggu apa yang akan papah sampaikan. Atmosphere yang tidak mengenakan, mengurungkan niatku untuk sekedar bertanya.

"Jelaskan mengenai ini!"
Pinta papah tanpa basa basi dan dengan tegas sambil menaruh sebuah ponsel diatas meja dengan layar yang sudah terbuka.

Aku mengambil ponsel itu dan melihat sebuah foto yang terpampang jelas di layar ponsel.

Deru detak di dadaku bertambah cepat, aku tercekat seakan menelan ludahpun rasanya sulit. Aku menarik nafasku panjang dan membuangnya dengan perlahan, mencoba untuk tenang.

"Dari mana papah dapat foto ini?"

"Jawab saja pertanyaan papah!" Papah membentakku sambil menggebrak meja. Aku cukup kaget dengan sikap papah yang seperti ini. Apalagi ini adalah kali pertama papah bersikap seperti ini. Sosok papah yang tegas tapi lembut baik dari sikap atau kata-katanya, seolah hilang. Papah yang sangat menyayangiku dan selalu mendukung apapun mau atau keputusanku selama dimatanya itu adalah hal baik atau wajar sekarang seperti tak ingin terbantahkan.

"Maaf Pah. Tapi jujur aku sendiri juga bingung, kenapa ada foto seperti ini. Aku memang pernah tidur bareng dia, tapi hanya sebatas tidur gak lebih. Aku hanya nemenin dia karena waktu itu dia sakit dan dia tinggal sendirian."

"Kamu pikir papah bodoh,huh?!"

"maaf pah. Tapi aku gak ada mikir gitu. Lagipula apa yang aku katakan adalah kebenarannya. Kalau papah masih tidak percaya aku bisa kok Pah panggil dia dan minta penjelasan darinya. Karena aku juga butuh itu. Tapi tolong jawab pertanyaan ku Pah, dari mana papah dapat foto itu?". 
Tanyaku sambil melihat ke arah Dave, karena aku yakin dia yang memberikannya ke papah. Dan soal foto itu, hanya Fanny yang bisa melakukannya.

Tapi yang membuat aku penasaran adalah apakah mereka saling kenal? Lantas apa maksud dari Fanny melakukan ini?! Pemikiran ini membuatku geram. Rasanya aku ingin sekali mendatangi Fanny saat ini juga dan meminta penjelasan darinya.

"Dave kamu kan yang memberikannya ke papah? Dapat dari mana foto itu?" Tuduh ku. Ah tidak kurasa ini bukan lagi sebuah tuduhan.

"Iya. Aku yang memberikan itu ke papah kamu. Dan kamu mau tahu dari mana aku mendapatkannya? Dari mantan pacar kamu. Bianca." Dave menjawab pertanyaan ku dengan menekan kata mantan pacar. Aku terkejut mengetahui Dave mengenal Bianca.

"Kamu mengenal Bianca?"

"Iya, dan karena dia kan waktu itu kamu mutusin pertunangan kita?" Aku diam tak berkata apa-apa lagi. Aku hanya berfikir bagaimana mereka saling mengenal dan maksud dari adanya foto ini.

"Dia gak ada hubungannya sama putusnya pertunangan kita, Dave. Aku memutuskan kamu karena aku tak pernah bisa mencintai kamu. Aku sudah bilang itu ke kamu." Jawabku kembali mempertegas alasan dulu.

"Kenapa kamu seperti ini, Zora? Kamu benar-benar telah membuat mamah sama papah kecewa, dan kamu juga menyakiti hati kami. Zora,  Apakah kami sudah salah dalam mendidikmu? Sekarang apakah kamu puas telah membuat kami merasa menjadi orang tua yang gagal?!" 

The Butterfly's Secret {GXG}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang