27

220 25 26
                                    

Zora PoV

Marsha duduk berselonjor di atas karpet sedangkan aku tiduran di pangkuannya menikmati setiap sentuhan lembut dari jemarinya yang lentik mengelus surai hitamku yang terurai. Tak luput juga ku nikmati setiap garis wajahnya yang lembut, matanya yang berbinar dan tipis bibirnya.

Perempuan ku ini memang tak pernah berdandan berlebihan, make up nya yang minimalis justru lebih memancarkan cantik alaminya.

Sesekali aku juga menyentuh dan mengelus pipinya yang lembut. Cukuplah dengan seperti ini bisa menenangkan pikiranku yang kalut.

"Sayang" panggilnya membuka kembali percakapan kita.

"Hmm?"

"Bagaimana kalau seandainya papah kamu benar-benar maksa kamu untuk menikah dengan Dave? Apa yang akan kamu lakukan?"

"Huft" aku menghela nafasku berat.

"Aku akan bicara lagi dengan papah kalau situasinya sudah mendingin. Untuk saat ini, jujur Yang aku lagi gak mau bahas apapun soal permasalahan ku. Aku pusing. Aku lelah."

"Baiklah sayang, aku ngerti." Marsha menangkup wajahku dengan kedua telapak tangannya dan memainkan kedua belah pipiku sampai membuat bibirku melengkung sana sini gak jelas, bahkan sampai monyong-monyong.

"Mokosoh soyong."

"Somo-somo" dan cup...marsha mencium bibirku singkat lalu terkekeh yang ku balas dengan senyuman dan tatapan mematikanku untuk menggodanya. Dia terlihat terkesiap dan menghindari tatapanku.

Aku mengambil kedua tangannya yang berada di wajahku dan menciumnya beberapa kali dengan lembut. Marsha mulai membalas tatapanku dengan tatapan lembutnya.

"Apa dulu kamu selalu bersikap semanis ini sama mantan-mantan kamu?" Tanyanya...hah...kenapa jadi ke mantan.

"Aku tidak tahu. Apakah menurutmu sikapku ini manis?"

Marsha menganggukkan kepalanya pelan.

"Bagaimana dengan ini?" Tanyaku dengan suara pelan dan lembut.

Aku menarik lengan Marsha ke arahku dengan perlahan yang membuatnya menyondongkan tubuhnya, sedangkan aku sendiri sedikit mengangkat kepala dan menempelkan  bibirku ke bibirnya.

Aku mencium bibirnya dengan penuh perasaan dan kelembutan. Ciuman itu terus berlanjut sampai aku benar benar mendudukkan diriku agar lebih leluasa dalam menikmati manis bibirnya tanpa melepasnya. Mulai ku mainkan lidahku dengan sensual yang disambut dengan gapaian lidahnya yang memperdalam ciuman kami.

Ciuman lembut kini telah menjadi ciuman panas dengan hasrat yang bergejolak. Nafas kamipun sudah tak beraturan. Terengah-engah karena hasrat yang memuncak. Sesekali terdengar desahan marsha.

"Mmphh"

Dengan perlahan tapi pasti aku melepas ciuman kami dan beralih menjelajah ke leher jenjang nan putih milik Marsha yang membuatnya sedikit menggelinjangkan tubuhnya menikmati setiap sentuhan bibir dan sebelah tanganku yang juga sudah mulai memasuki kaos yang dikenakannya dan meraba perutnya yang rata. Sedangkan tanganku yang lain memegangi tengkuknya.

Saat tanganku beralih dari perutnya menuju buah dadanya yang padat dan mulai meremasnya perlahan, Marsha menahan tanganku yang membuatku menghentikan aksiku.

"Yaanghh...." Suaranya pelan dan sedikit bergetar karena nafasnya yang naik turun. Kedua matanya pun menyiratkan adanya hasrat yang memuncak, serta wajahnya yang bersemu merah.

Sambil berusaha mengatur nafasku yang sudah memburu, aku pun hanya bisa  tersenyum memakluminya.

"Kenapa, hum?"

The Butterfly's Secret {GXG}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang