31

177 22 7
                                    

Marsha PoV

Semilir angin yang dingin menyeruak begitu saja menerpa tubuh ini saat ku buka jendela kamar. Dedaunan masih meneteskan sisa -sisa air hujan yang semalam mengguyur dengan derasnya.

Pergerakan sesosok tubuh menggeliat di balik selimut sambil menarik kembali selimutnya yang sedikit turun.

Aku menghampiri sosok di balik selimut itu, mengusap lembut puncak kepalanya dan kemudian mengecup keningnya.

"Bangun Cha, udah waktunya kamu siap-siap sekolah."

Marisa melenguh dan mengerjapkan  kedua matanya.

"Icha gak mau sekolah."

"Lho kenapa?"

"Icha mau nemenin kakak aja ke rumah sakit. Kan ka Novia lagi gak bisa nganterin kakak."

"Ichaa ... Icha sekolah aja yaa. Kakak bisa sendiri kok."

"Tapi Icha khawatir sama kakak. Lagian Icha juga pengen bisa melakukan sesuatu buat kakak. Jadi tolong kak, izinin Icha nemenin kakak ya. Jangan buat Icha ngerasa gak berguna."

"Chaa ... Kenapa kamu ngomong gitu? Kamu itu lebih dari berguna buat kakak, Cha. Kamu itu berarti. Sangat berarti. Kamu segalanya buat kakak."

"Kak Marsha juga segalanya buat Icha. Jadi tolong izinin sekali ini saja, Icha ingin nemenin kakak."

"Baiklah. Kalau gitu sekarang kamu mandi dulu gih. Biar kakak telpon wali kelas kamu untuk izin."

"Iya kak."

Marisa bangkit dan pergi ke kamar mandi, sedangkan aku ke dapur untuk menyiapkan sarapan yang sudah aku masak dan menghidangkannya di meja makan.

Setelah selesai, aku ke kamar Novia,
"Nov...sarapan dulu yuk."

"Iya. Bentar yaa." Jawabnya sambil memakaikan Pampers ke Kiara.

"Hei anak siapa sih ini? Pagi-pagi udah cantik gini." Aku menggoda baby Kiara sambil mencubit pelan pipinya yang lembut. Dia tertawa dengan suara khas bayinya.

"Anak mama Novia dong Ateu...niih cantiknya kita juga sama." Jawab Novia mewakili baby Kiara.
Aku meresponnya dengan senyuman tercetak di bibirku.

"Sha...kamu gapapa kan pergi ke rumah sakit sendiri?"

"Aku gak sendiri kok. Icha yang akan nemenin aku."

"Dia gak sekolah emang?"

"Izin dulu."

"Ya baguslah kalau gitu. Sekali-kali gak sekolah kan gapapa. Apalagi buat nemenin kamu."

"Huum."

"Mertua kamu kapan pulang?"

" Paling cepet besok lusa"

"Hmm."

"Sha...semoga nanti pas kesana kamu sudah dapat jadwal untuk operasi kamu yaa."

"Iya Nov, semoga yaa." Akupun harap-harap cemas menantikan itu. Karena semakin lama, perut ini semakin membesar. Badanku entah seperti apa sekarang, dan anehnya entah efek dari apa, sekarang aku merasakan anggota tubuhku sedikit bengkak dan sangat mudah merasa lelah.

***

Aku keluar dari ruangan setelah dilakukan pemeriksaan dan lain sebagainya. Aku bersyukur karena ternyata sudah ada jadwal untuk tindakan operasiku. Minggu depan adalah jadwal operasiku dan aku diminta untuk datang dua hari sebelumnya untuk rawat inap agar bisa dilakukan observasi terlebih dahulu.

"Gimana Kak?"
Tanya Marisa setelah aku duduk di sampingnya.

"Minggu depan kakak sudah bisa di operasi, tapi dua hari sebelumnya kakak harus di rawat inap dulu. Do'ain kakak ya Cha. Moga semuanya bisa berjalan lancar."

The Butterfly's Secret {GXG}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang