32

205 21 17
                                    

Marsha PoV

Merupakan sebuah kebahagiaan ketika orang yang sangat berarti bagi kita kembali mengisi hari dimana kasih sayang dan cinta bisa selalu diungkapkan tak hanya melalui kata, Tetapi juga melalui tatapan kelembutan penuh cinta, senyuman bahagia dan pelukan hangat yang melebur semua kerinduan.

Seperti saat ini, telah sampai dimana kerinduan, kebahagiaan dan rasa haru ini tak bisa lagi ku bendung, saat dia kembali mampu menatapku meskipun dengan tetesan air mata yang menyertainya juga dengan suara nya yang parau dan sedikit bergetar kembali memanggilku dengan panggilan sayangnya.

Aku memburu dengan hati-hati kedalam pelukannya dengan tangis bahagiaku.  Tak peduli lagi dimana keberadaanku atau siapa saja yang berada di sekelilingku. Aku hanya ingin memeluknya, mencurahkan semua rasa dan kerinduanku padanya yang masih terbaring lemah.

"Sayaang...kenapa kamu jadi kurus begini?" Tanyanya yang langsung menyadari perubahan fisikku.

"Gak apa apa kok sayang. Udah yaa itu gak penting. Yang penting sekarang adalah kamu sudah sadar dan kamu fokus untuk kepulihan kamu."

"Bagaimana bisa kamu menganggap ini gak penting sedangkan kamu adalah orang yang sangat berarti untukku?"

"Aku tahu sayang, begitupun kamu, sama berartinya bagiku...dan tahukah kamu?  tak ada yang bisa menandingi betapa bahagianya aku melihatmu saat ini. Terima kasih karena sudah kuat dan bertahan, karena kamu juga alasanku untuk kuat, dan... terima kasih karena tak meninggalkan ku."

"Lantas kenapa kemarin-kemarin justru kamu yang pergi begitu saja dariku?"

"Untuk itu aku benar-benar minta maaf sayang. Sejujurnya tak ada niatku sedikitpun untuk meninggalkanmu. Tapi...gapapa kan kalau sekarang kita gak bahas itu dulu?"

Dia menganggukkan sedikit kepalanya dengan lemah untuk mengiyakan. Aku mengelus puncak kepalanya, begitupun dia yang mengelus dengan lembut pipiku.

Tak terasa waktu berlalu dengan cepat. Tak terasa hari sudah menginjak sore. Zora mulai bertanya sama mamanya..

"Ma...papa udah tahu kan kalau aku udah sadar?"

"Udah, tadi begitu kamu siuman, mama langsung beritahu papa. Dan, papa lagi dalam perjalanan ke sini sekarang."

Deg...jantungku berdebar gak tenang setelah mengetahui papanya Zora akan datang. Aku harus cepat pulang sebelum papanya Zora melihatku.

"Sayang...Udah sore. Aku pulang dulu yaa. Kasihan juga Icha terlalu lama nunggu diluar bersama Bi Murni." Aku mencoba memberikan alasan yang logis untuk bisa cepat meninggalkan rumah sakit sebelum papa Zora mendapatiku disini, dan meskipun sebenarnya aku masih sangat ingin menemaninya.

"Baiklah kalau begitu. Tapi besok kamu kesini lagi kan? Aku masih sangat merindukanmu."

"Iya sayang, akan ku usahakan."
Aku mengelus puncak kepalanya lalu mencium keningnya.

"Aku pulang yaa...Tante aku permisi pulang dulu."

"Tunggu Sha...Tante antar kalian pulang. Sekalian juga ada yang perlu Tante bicarakan sama kamu."

"Baik Tan."

"Ya udah yuuk. Sha. Zora...Kamu di temani Bi Murni dulu yaa." Ajaknya padaku dan pamit ke Zora.

"Iya Ma."

Selama perjalanan tak sepatah katapun keluar dari mulutku ataupun mama Zora sampai kami sampai di rumah. Namun sempat ku perhatikan kalau mama Zora beberapa kali seperti ingin berbicara namun dia mengurungkan niatnya setelah melihat ke belakang dimana Marisa duduk, memalui kaca spion mobil yang dikemudikannya.

The Butterfly's Secret {GXG}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang