3

38.3K 527 2
                                    

"Kirim ga ya?"

Aneska menimbang-nimbang untuk mengirim pesan pada Gavin. Tahan dulu, jangan berfikir Aneska mengirim pesan cinta. Aneska ingin mengirim pesan untuk mengajak pria itu bekerja sama mengerjakan tugas Bu Sitti.

Setelah ia pikir-pikir ia tidak mau mengerjakan sendiri karna soal yang di berikan Bu Sitti sangat sulit dan dirinya tidak sanggup untuk mengerjakan sendiri.

Kirim deh batin Aneska.

Aneskaa
gavin besok Lo mau kerjain tugas bu Sitti?

Setelah mengirim pesan tersebut Aneska langsung menutup ponselnya. Entah mengapa dia merasa deg-degan padahal dirinya hanya mengajak untuk mengerjakan tugas tapi kenapa harus ada perasaan takut?

Aneska menutup dirinya dengan bantal kemudian berguling-guling di atas tempat tidurnya.

Merasa tidak ada balasan, Aneska kembali chek ponselnya. Ia memanyunkan bibirnya kesal, Gavin tidak membalas pesan WhatsApp-nya padahal pria itu baru saja online.

Karena merasa kesal akhirnya Aneska menghapus pesannya dan memilih untuk tidur, seharusnya ia sudah tau bahwa pria itu tidak akan membalas pesannya.

***

Brughh

Seluruh siswi yang menyaksikan pertengkaran tersebut menutup mulutnya mereka ketika melihat Gavin memberikan bogeman pada Harist si ketua geng.

Begitu dengan Aneska yang juga memperhatikan pertengkaran tersebut. Semua bermula ketika Harist menumpahkan minuman sodanya pada lembaran soal yang sedang Gavin kerjakan saat jam istirahat.

Harist memang terlihat sengaja agar mendapatkan perhatian Gavin. Gavin memang memberikan perhatiannya pada Harist tapi dengan cara memberikan pukulan mentah tepat pada wajah Harist.

Semua yang memperhatikan hal tersebut tidak ada yang berani melawan Gavin. Anak buah Harist juga tidak berani melawan Gavin.

Pria itu kembali pada duduknya dan membersihkan mejanya yang kotor akibat ulah Harist. Harist dkk akhirnya keluar karena mereka tidak mau memancing emosi Gavin lebih marah lagi.

Kelas kembali sibuk pada urusan masing-masing. Tidak ada yang berani mencampuri urusan Gavin. Pernah ada yang mencampuri urusan Gavin tapi orang itu langsung keluar dari sekolah. Tidak ada yang tau penyebabnya tapi mereka yakin Gavin lah penyebabnya.

Aneska menoleh kebelakang, ia merasa sedikit kasihan dengan Gavin karena pria itu berusaha membersihkan kekacauan diatas mejanya. Tapi Aneska juga kesal karena Gavin yang tidak membalas pesannya.

Lelah berdebat dengan pikirnya akhirnya Aneska berdiri membawa tisu kemudian memberikannya pada Gavin.

Gavin berhenti dari aktifitasnya, ia menoleh pada si pemberi tissu. Ia hanya melirik sekilas lalu mengumpulkan semua lembaran soalnya yang basah dan membuang pada tempat sampah.

Aneska kembali merasa kesal, ia menatap Gavin yang tidak peduli padanya. Ia berniat baik tapi pria itu tidak perduli pada usahanya.

Aneska menyimpan tissu tersebut dibelakang punggungnya. "Setelah sekolah selesai, kita harus selesaikan tugas Bu Sitti" Ucap Aneska.

Gavin tidak perduli, ia mengeluarkan buku tebal dan mengerjakan sesuatu pada buku tebal tersebut.

Aneska melongo dibuatnya, pria ini sangat menyebalkan. Aneka menghentakkan kakinya lalu kembali pada bangkunya. Seluruh penghuni kelas hanya dapat mencuri-curi pandang pada mereka berdua, mereka lebih merasa kasihan dengan Aneska yang harus satu kelompok dengan Gavin.

"Yang sabar ya Nes" Ucap Alfian, teman Aneska yang duduk didepan Aneska.

Aneska menghela nafas kasar. Perempuan tersebut memilih memainkan ponselnya daripada harus emosi memikirkan Gavin.

****

GAVIN 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang