24

18.4K 383 20
                                    

—Typo parah

"Gavin please angkat"

tidak henti-hentinya Aneska berusaha menghubungi Gavin, ia bersembunyi dibalik selimut tebal berwarna putih miliknya.

"hikss kok memangil ya?"

Tidak menyerah, Aneska mengirim banyak pesan pada Gavin namun jaringan ponselnya bermasalah karena saat ini listrik di perumahan Aneska sedang padam.

"Gavinnnn hiks Lo kemana?"

akhirnya, panggilan tersambung. Terlihat Gavin yang sedang mengusap rambutnya dengan handuk putih. Pria itu tampak bingung karena posisi layar ponsel Aneska berwarna hitam.

"Halo Aneska?"

"Gavin kesini, gue takut banget. dari sore lampu di perumahan padam dan batre hp gue 10% lagi" Aneska menghentikan ucapan, menarik ingusnya kemudian melanjutkan ucapannya.

"hiks bawa aja buku-buku pelajaran Lo, Lo belajar disini aja"

"Tahan, gua pakai baju"

Mengeratkan selimut yang menutupi tubuhnya, perlahan degup jantungnya yang menggila sedar tadi kini berangsur kembali normal meskipun masih tidak seperti biasanya namun ia mencoba menenangkan diri sendiri karena akhirnya Gavin mengangkat panggilannya.

Aneska sudah berusaha menghubungi mamanya namun tidak tersambung sama sekali dan entah mengapa jarinya malah menekan tombol panggilan pada Gavin dan ya karena pria itu mengangkat ponselnya maka Gavin yang ia harapkan saat ini.

"Gavin, cepat"

Mendengar ucapan Aneska membuat Gavin mengambil ponselnya, ia memilih Hoodie hitam dan
mengambil kunci motornya.

"Gavin batre gue sisa 5%"

tidak bisa tenang, Gavin berlari menuruni tangga dan menuju garasinya.

Aneska tidak bisa tenang sepenuhnya sebelum Gavin tiba dirumahnya. Ia terus menatap pria itu dari ponselnya, wajahnya samar-samar terlihat pengaruh dari cahaya dirumah Gavin.

Gavin membisukan panggilannya dan menutup kamera ponselnya sehingga membuat Aneska bertanya-tanya.

"Gavin?"

Tidak ada sahutan, akhirnya perempuan itu menutup panggilan. Ia takut jika terus berada dalam panggilan maka ponselnya akan mati karena memiliki daya baterai yang rendah.

"Hiks"

menutup matanya, ia memeluk erat guling kesayangannya. Aneska bukanlah penakut namun jika berada diposisi seperti ini siapa yang tidak akan takut. Sendiri didalam rumah, tinggal di daerah perumahan yang pasti akan sepi, lampu padam sedari sore hari, ponselnya sudah mulai lowbat, dan gerimis kecil-kecil.

'Tuk tuk tuk'

Aneska berusaha mengintip sedikit dari selimutnya, Ia takut namun penasaran. Jendela kamar perempuan itu tertutup oleh gorden sehingga tidak memudahkan dirinya mengetahui siapa itu.

Ia menelan ludahnya kasar, takut jika hal itu adalah yang aneh-aneh.

"Aneska"

Membulatkan matanya, Aneska melompat dari tempat tidurnya dan berlari pada jendela kamarnya. Kamarnya terletak dilantai 1 namun memiliki jendela kaca yang dimana sering Aneska gunakan untuk keluar masuk.

Aneska tau suara siapa itu makanya dirinya tanpa ragu membuka jendelanya. Meskipun sedikit kesulitan karena pencahayaan yang minim berasal dari bulan malam hari.

"Gavinn"

Aneska langsung berhambur pada pelukan Gavin, Pria itu juga membalas pelukannya. Mengusap pelan surai hitam Aneska, memasukan perempuan itu pada dekapan dadanya. Memberikan penanganan lewat pelukan.

GAVIN 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang