14

37.8K 328 1
                                    


Setelah selesai memesan makan tersebut dari aplikasi, Gavin menatap kebawah tepat pada Aneska yang memeluk dirinya. Ia menelan ludahnya.

Belum pernah Gavin dihadapkan dengan posisi seperti ini kecuali saat sedang melakukan sex. Entah lah saat sedang sex dirinya seperti berbeda.

"Geser" Ucap Gavin.

Aneska tidak mengindahkan ucapan pria itu, ia malah bertanya.

"lo tinggal sendiri?" Tanya Aneska.

Gavin tidak menjawab, pria itu kembali membuka ponselnya.

"Gavin!" Aneska mencubit pelan perut Gavin yang terhalang kaos pria itu. Gavin mengaduh pelan dan kemudian berdehem sebagai balasan.

"papa mama Lo kemana?" Tanya Aneska sambil menengadah, menatap Gavin.

Gavin tidak menjawab dan fokus pada ponselnya. Pria ini terlihat enggan menjawab pertanyaannya, Aneska dapat merasakannya.

Baiklah baiklah dirinya tidak akan membahas urusan pria ini.

Aneska berdehem pelan.

"Gue punya kakak" Ucap Aneska tiba-tiba dan berhasil membuat Gavin menatap matanya.

"Kakak perempuan gue saat ini kuliah di aussie" kata Aneska dengan mengalikan matanya, Mata Gavin terlalu tajam untuk terus ditatap.

"semenjak dia kuliah di aussie, gue jadi anak yang paling dimanja. papa dan mama gue selalu turutin kemauan gue" Aneska mengingat kembali bagaimana dirinya dimanja.

"tapi sebelum kakak pergi, gue gak dianggap dirumah. Papa dan mama selalu menomor duakan gue. semua bekas kakak dikasih ke gue kaya hp, tas, baju. Gue marah tapi gue ga bisa apa-apa" Ada rasa sesak yang tertahan pada hati Aneska.

"lima tahun lalu dia berangkat. Gua bahagia banget dia pergi. Jahat ya gue? tapi itu satu-satunya agar mama dan papa sayang gue"

"Gue tumbuh jadi anak yang manja, papa juga selalu nurutin kemauan gue. Meskipun saat dirumah mereka sering bahas kakak gue yang sudah S2" Aneska menghela nafasnya.

Aneska menengah dan menatap mata Gavin "Lo jangan jahat sama gue ya? bentar lagi kakak gue bakalan balik indo dan gue yakin mereka bakalan lupain gue lagi"

Ucapan Aneska cukup membuat Gavin tidak mengalihkan tatapannya. Tidak tau harus bereaksi seperti apa, dirinya bahkan tidak merasakan kasih sayang dari siapapun jadi masukan seperti apa yang dapat Gavin berikan?

"Kalau lo baik sama gue, gue janji bakalan dengerin omongan lo"

Menatap mata tajam yang beberapa hari ini membuat Aneska kewalahan. mulai dari dirinya yang mengejar hingga dirinya yang di berada dibawah tindihan pria itu.

Mata yang indah tapi menakutkan, wajah yang menakutkan tapi cukup membuat Aneska merasa aman meskipun dirinya sudah di bobol.

"Eh buburnya udah sampe"

Aneska menoleh pada ponselnya Gavin yang bergetar.

Ucapan Aneska berhasil membuyarkan lamunan Gavin. Pria itu berdehem dan mengalihkan pandanganya. Kenapa perempuan ini seolah-olah menghipnotis dirinya?

GAVIN 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang