20

18.3K 278 2
                                    

Aneska melirik sekeliling, rumah mewah yang tidak asing baginya. Iya mereka saat ini sedang berada di parkiran mobil lelaki itu. Gavin membawa dirinya ke rumah mewah pria itu.

Aneska mengikuti Gavin yang keluar dari dalam mobil. Selama di perjalanannya Aneska tidak membuka suara sama sekali, sejujurnya ia tidak menikmati suasana yang mencekam tadi.

Mereka masuk pada pintu utama, Aneska masih berada di belakang pria itu. Mengikuti kemanapun langkah Gavin, sedikit penasaran mengapa pria itu membawanya setelah mendiamkan dirinya beberapa hari belakangan.

Rumah besar yang dominan berwana abu, hitam dan putih itu terlihat gelap. Aneska menyayangkan sekali rumah sebesar ini tidak memiliki suasana yang bagus. sebenernya lebih tepat di katakan mansion karna ukurannya yang benar-benar besar.

Aneska mengigit bibirnya bingung, pria itu masuk pada kamarnya. Apakah dirinya ikut masuk?

Melihat Gavin berdiri di ambang pintu sambil menatapnya membuat Aneska akhirnya masuk kedalam dan setelahnya Gavin menutup pintu.

Aneska terus menatap setiap pergerakan Gavin, dari pria itu meletakkan tasnya kemudian melepaskan sepatunya dan menaruh di rak khusus sepatu. Aneska ikut melepaskan sepatunya dan meletakkan didekat pintu kamar pria itu tidak lupa dengan tasnya.

"Gavin?"

Aneska memanggil Gavin pelan dan telinga sensitif Gavin dapat mendengarnya.

Gavin menatap Aneska lamat, ia hanya diam tanpa ada pergerakan apapun. sedangan Aneska menelan salivanya gugup, siapa yang tidak gugup di tatap seintens itu?

mengalihkan pandanganya kearah lain, suaranya seakan tercekat tidak dapat keluar. Hening benar-benar hening.

ia berdehem pelan dan akan melanjutkan ucapannya, tapi siapa yang menyangka bahwa Gavin akan mendekat dan mendorong tubuhnya menabrak pintu kamar.

Pria itu mencium bibirnya dengan rakus, Memaksa wajah Aneska agar tetap mendongak. Kemiringan kepalanya kekanan dan ke kiri mencari kepuasan.

Sedangkan Aneska?

ia terkejut, mendapatkan serangan tanpa aba-aba hanya bisa membuat ia pasrah. Meremas kuat seram pria itu dan menutup matanya kuat.

Gavin juga memaksa masuk lidahnya agar dapat beradu dengan lidah Aneska.

Tangan pria itu membingkai wajah Aneska, tangan kirinya ia ubah menjadi di tengkuk perempuan itu. Menekan kepala Aneska agar semakin memperdalam ciuman mereka, menyesap kuat lihat perempuan itu.

Gavin juga merapatkan tubuhnya pada Aneska, dadanya bergemuruh menikmati tiap decapan yang mereka timbulkan.

merasa kehabisan nafas, Aneska memukul pundak Gavin. Mendorong kuat agar ciuman mereka terlepas. Ciuman menuntut ini cukup membuat dirinya kehabisan nafas.

"Hahhh"

Aneska berhasil mendorong pundak Gavin sehingga ciuman mereka terlepas, ia dan Gavin beradu pandang. Aneska memandang Gavin bingung dan Gavin dengan tatapan tajamnya. Ia menghirup oksigen dengan rakus, sedikit menyeka air ludahnya yang keluar.

Gavin maju kembali, mencium Aneska seperti tadi. Sangat-sangat menuntut, kali ini lebih kuat menghisap lidah Aneska. Aneska benar-benar kewalahan.

Ia memukul-mukul kuat dada Gavin, mengerutkan keningnya. Mendorong lebih kuat pun tidak membuahkan hasil dan pilihan terakhir nya adalah mengigit kuat bibir bawah Gavin.

"Ahk"

Berhasil, pungutan mereka terlepas.

"Gavin!!!!"

Gavin mengendong dirinya dan membanting pada ranjang lelaki itu, tidak sakit tapi cukup mengejutkan.

Gavin menahan tangan Aneska dan kembali mencium perempuan itu. Membalas gigitan Aneska pada bibir bawah gadis itu sehingga membuat Aneska berteriak tertahan.

Meras puas, Gavin melepaskan ciuman mereka. terlihat Tali Saliva yang masih tersambung akibat kebrutalan Gavin.

Baik Aneska maupun Gavin sama-sama menghirup udara dengan cepat, berusaha menetralkan jantung mereka. Pandangan mereka beradu satu dengan yang lain, membiarkan keheningan mengisi keduanya.

Ada kata yang ingin keluar dari mulut Gavin tapi tertahan pada rongga suara pria itu. Ada perasaan aneh yang jujur ia sendiri merasa asing dengan rasa itu.

GAVIN 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang