08

53.4K 512 27
                                    

HAPPY READINGS!!!

***

20.44 WIB.

Masih bersama dengan Dion, Laura dan juga Keenan. Dion yang seharusnya bekerja malah dipaksa ikut makan bersama, itu karena permintaan Keenan langsung. Bahkan, Keenan langsung meminta ijin pada manajer resto tersebut agar tidak salah paham. Ya biasa lah, karena manajer tau siapa Keenan dan keluarga Gucciano, jadi mereka memperbolehkan bahkan tanpa ijin sekalipun.

Sekarang, Dion terlihat semakin kikuk. Sudah dipaksa makan pun ia tetap tertunduk dan melahap makanannya dengan perlahan. Keenan hanya bisa geleng-geleng dan memaklumi saja. Tapi... berbeda dengan Laura, dengan jail, gadis itu terus mencolek-colek kaki Dion dengan kakinya sampai membuat Dion secara refleks menatap Laura.

"Makan, jangan diliatin doang," tegur Laura seraya tersenyum.

Dion mendengus, antara kasihan tapi masih ingin menjahilinya, Laura hanya bisa menahan tawanya saja. Untung saja Keenan tidak melihat, Abangnya itu sedang fokus menyantap makanannya.

Selang beberapa saat...

Drrrrttttt... drrtttt.... drrrtttt....

Pandangan Laura teralihkan pada dering ponsel milik Abangnya. Begitupun dengan Dion.

"Dari siapa, Bang?" Tanya Laura.

Keenan mengernyit, "Dari Papah..."

Lelaki itu menyimpan pisau dan garpu nya, mengambil ponselnya yang tergeletak begitu saja di meja.

"Abang mau ngobrol dulu sama Papah, kamu habisin makannya. Dion juga suruh habisin jangan kemana-mana sebelum Abang balik."

Laura mengangguk sambil mengacungkan jempolnya.

Disaat Keenan akan pergi, lelaki itu mengelus pucuk kepala Dion singkat.

"Gausah sungkan, habisin makanannya."

Dion mengangguk kecil.

Setelah Bang Keenan benar-benar hilang dari pandangan, Laura kembali berulah. Gadis itu kembali duduk disamping Dion dan membawa alas makannya. Tak lupa, Laura mendekatkan kursi nya agar bisa berhimpitan dengan Dion. Lelaki itu sampai tidak bisa berbuat apa-apa. Dion hanya diam dengan tatapan yang aneh, seakan risih.

"Makan lagi lah," ungkap Laura karena melihat Dion yang diam saja.

Dion tidak menjawab.

"Makan gak? Atau mau gue suapin aja, gimana? Lo kayaknya belum ngerasain di suapin sama cewek cantik kan?" Tutur Laura dengan pede nya. Ia langsung mengambil alas makan milik Dion dan mengambil sendok dari tangan Dion sekaligus.

"Lo tuh ya, masih aja diem mulu. Lagian, gue juga gaakan apa-apa in ko."

"Masih ngira gue termasuk temennya si Kak Fadli yang suka jailin lo, ya?" Tanya Laura.

Dion tidak menjawab, ia malah langsung memalingkan wajahnya. Tapi, Dion sebenarnya tidak memikirkan hal itu. Dion hanya merasa risih saja, apalagi Laura termasuk cewek nekat yang sudah bisa dibilang gila. Dion masih tidak percaya jika kont*lnya akan menjadi korban kenakalan Laura. Dan ya, Dion juga baru tau jika cewek yang selalu menjadi bahan obrolan para laki-laki di kelasnya ternyata tidak sebaik dan sebagus pemikiran mereka. Andai saja mereka melihat sifat asli Laura.

"Buka mulutnya dong," tutur Laura seraya menyodorkan sendok pada Dion.

"Gu-gue gamau..."

Laura terus mendekatkan sendoknya sampai bersentuhan dengan bibir Dion.

"Yakin gamau? Atau mau gue jailin aja nih burungnya?" Goda Laura.

Bukan sekedar omongan semata, Laura langsung meremas kont*l Dion dibawah sana. Tidak berpikir jika di resto ada banyak mata dan bisa saja mereka melihatnya, kan? Tapi apa? Laura tetap lah Laura, gadis nekat yang akan melakukan apa saja dan semau nya!

Hussy Girl [21+] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang