04

74.6K 527 14
                                    

HAPPY READINGS!!!

***

"Hmmmmhhhhh..."

Dengan susah payah Dion menahan desahannya kala Laura mempermainkan nafsunya.

Dibawah sana, Laura sedang fokus menjilat dan mengocok kont*l Dion yang menurutnya sangatlah sempurna. Laura terlihat anteng tanpa memperdulikan kondisi Dion saat ini. Napas Dion terdengar berat dan beberapa kali juga lelaki malang itu harus menahan desahannya agar tidak keluar.

Sluurrpp... ssluurrrppp... ssluuurrrppp...

Meskipun belum sepenuhnya tegang, tapi kont*l Dion kini berada dalam genggaman tangan Laura. Dengan bulu-bulu halus dan urat yang sedikit menonjol, menambah kesan tersendiri bagi Laura.

"Gimana? Lo suka?" Tanya Laura seraya menjilat lubang kencing kont*l Dion.

Lelaki itu hanya menggeleng, wajahnya merah merona dan tangannya berusaha menjauhkan Laura. Tapi sayang, Laura sedang tidak bisa dihentikan sekarang. Apalagi, Laura seperti menemukan mainan baru.

"Kont*l lo jauh lebih gede daripada punya Kak Fadli," ungkap Laura.

Fyuhhh...

Gadis itu meniup kont*l Dion nak lilin yang tertancap di kue ulang tahun.

"U-udah... le-lepasinnn..." tutur Dion terbata.

Napas Dion semakin terdengar berat, ia juga merasa was-was karena takut tiba-tiba teman sekelasnya masuk dan memergoki aksi gila Laura. Lagipula, kenapa ada cewek seperti Laura? Nekat dan tidak tau malu?

"Le-lepasin, gue," pinta Dion.

Karena tak kunjung dilepas, Dion mencoba menjauhkan kepala Laura dari kont*lnya. Tapi [....]

Laura mengecup bibir Dion singkat, sebelum ia meninggalkan kelas, ia kembali berbalik melihat kondisi Dion. Lelaki itu sedang merapihkan pakaianya dan membenahi celananya.

"Mainan baru," gumam Laura.

Benar-benar gila, kan?

***

16.23 WIB.

"Di jemput gak, Ra?" Tanya Gina.

Laura melirik, "Di jemput sih sama Papah, kenapa emang?"

Gina menghela napas, "Ah lo mah, kali-kali main dong sama gue."

"Gue juga pengen banget main sama lo sama yang lainnya juga. Lagian, Kak Fadli juga katanya kepengen ngajakin lo jalan."

Laura hanya terkekeh pelan, sebenarnya Laura juga mau tapi... Laura tidak bisa. Ia tak ingin membuat Papahnya khawatir, apalagi ia juga sadar diri dengan dirinya yang agak nakal. Dan apa tadi? Kak Fadli ingin mengajaknya jalan? Sepertinya tidak dulu.

"Kapan-kapan deh, lagian lo tau sendiri kan kalo Papah gue itu agak galak," jawab Laura.

Gina mengangguk, "Galak juga ganteng tau, Ra..."

"Gue ga pernah bosen liatin Papah lo, beruntung banget sih!"

Nah kan... ini juga salah satu alasan Laura tidak mau dijemput oleh Papahnya. Pasti semua siswi melirik Papahnya dengan tatapan yang berbeda.

"Yaudah deh, gue duluan aja ya?"

Laura mengangguk, membiarkan Gina pergi terlebih dahulu. Laura juga sebenarnya ingin mengecek keadaan Dion. Apa anak itu sudah pulang? Atau masih ada di kelasnya?

Setelah memastikan Gina pergi dan tidak terlihat dari pandangannya, Laura mengambil tas dan langsung keluar kelasnya. Gadis itu berjalan menelusuri koridor kelas menuju kelas Dion.

Hingga dimana Laura berhenti tepat di depan kelas Dion, tapi... kenapa tidak ada siapa-siapa? Apa Dion sudah pulang?

Laura terdiam sejenak, "Apa udah balik kali, ya?"

Drrrtttt... drrtttt... drrttttt...

Laura mengecek ponselnya, "Papah?"

Ia langsung mengangkat panggilan tersebut yang ternyata dari sang Papah.

"Kenapa, Pah?" Tanya Laura.

"Papah udah di tempat biasanya kamu nungguin."

"Kamu masih di kelas?"

"Bentar lagi aku kesana, Papah jangan kemana-mana! Diem di mobil aja!"

Dengan cepat Laura menutup panggilan dan bergegas pergi sebelum nantinya Papahnya malah menyusul. Bisa-bisa para guru malah teralihkan dengan kedatangan Papahnya.

Laura sedikit berlari meskipun agak susah karena rok yang ia kenakan.

Hingga...

Brrukkk!!!

Tanpa Laura sengaja ia malah menabrak seseorang saking tergesa-gesa nya. Dan mirisnya, Laura sendiri yang terduduk di lantai.

"Aaawwhhhhh..."

"L-lo gapapa?" Tanya nya.

Seakan tak asing dengan suaranya, Laura langsung mendongak. Seketika rasa nyeri yang ia rasakan hilang, gadis itu tersenyum sumringah.

"Sorry, gue buru-buru tadi," ucap Laura.

Yap, itu adalah Dion.

Lelaki antisosial yang tadi siang mendapatkan service khusus dari Laura. Lelaki itu terlihat kaku dan canggung.

"Gapapa..." jawab Dion.

Dion mengulurkan tangannya untuk membantu Laura berdiri.

"Makasih," tutur Laura.

Lelaki itu hanya mengangguk singkat, ia malah berniat untuk pergi begitu saja setelah membantu Laura. Tapi, Laura langsung menahannya.

"Lo mau kemana?" Tanya Laura.

"Ke-kerja," jawab Dion.

"Le-lepasin..."

Laura menggeleng, "Gamau..."

"Bantuin gue nyebrang lagi, baru gue lepasin."

Dion terdiam.

"Yaudah, yuk!!!"

Lagi, Dion pun kembali terjebak dengan Laura. Apakah ini takdir atau memang ketidaksengajaan? Entahlah, tapi, tanpa mereka sadari. Seseorang dari belakang sudah mengambil potret.

Dan orang itu adalah Gina.

"Lo kerja dimana emang?" Tanya Laura.

Dion tidak menjawab.

"Ga cape emangnya pulang sekolah langsung kerja? Apalagi tadi lo juga baru keluar, kan? Pasti lemes banget," kekeuh Laura.

Dion masih terdiam, ia malah menundukkan Kepalanya.

"Ish!"

Kesal karena tidak ada respon sama sekali, bahkan sekarang mereka berada di pinggir jalan hendak menyebrang. Dan di sebrang sana, ada mobil sang Papah yang menunggu.

"Lo mau jadi pacar gue, gak? Nanti gue kasih kaya di kelas siang, mau gak?" Tawar Laura.

Dion melirik, "Gamau..."

"Kenapa?" Tanya Laura kecewa.

"L-lo aneh, gue gamau..."

"Ja-jangan ganggu gue lagi."

Jleb.

***

SEE YOU NEXT PART!!!

Hussy Girl [21+] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang