18

35.9K 776 40
                                    

HAPPY READINGS!!!

***

Setelah membujuk Dion, Laura pun langsung pergi untuk bersih-bersih bersama dengan Dion sebelum sang Papah menyadari keberadaannya. Bisa bahaya jika Papahnya nanti melihat keadaan Laura yang lemas dan berantakan, apalagi Dion yang dipenuhi keringat juga wajahnya yang masih dibendung akan nafsu.

Selama mandi pun Dion tak melepaskan Laura, lelaki itu memeluknya dari belakang dan mencumbunya dengan begitu ganas. Tapi untungnya Dion tidak sampai menagih seperti diawal dirinya ingin melakukan hubungan sex.

"Jangan pulang dulu, ya? Seenggaknya ketemu sama Papah gue, karena hari ini Papah lagi ulang tahun," ungkap Laura.

Dion terdiam, ia merasa tak pantas jika harus ikut serta dalam merayakan hal seperti ini. Tapi, jika Dion menolak pun Laura akan memaksanya sampai ia mau sendiri.

"Makannya tadi pagi gue minta tolong buat temenin buat belanja, tapi..."

"Mama gue kenapa belum balik juga ya, padahal Mama bilang mau bikin kejutan."

Dion menghela napas, "Terus sekarang gimana?"

Laura mengangkat kedua bahunya, "Gatau..."

"Tapi gapapa lah, seenggaknya nanti gue kasih hadiah yang udah gue beli sebelumnya kalo emang Mama masih belum datang juga."

Hingga dimana perbincangan kedua sejoli itu terhenti disaat mendengar suara langkah kaki yang memasuki rumah. Itu pasti sang Papah! Sudah tidak diragukan lagi. Karena memang Papahnya suka masuk tanpa diketahu, bahkan suara pintu terbuka pun tak pernah terdengar, hanya langkah kaki saja.

"Yuk," ajak Laura dengan menarik lengan Dion setelah merasa mereka terlihat seperti biasanya.

Disisi lain, Gerald yang baru saja duduk di sofa tempat dimana putri nya melakukan permainan panas bersama Dion terlihat menghela napas panjang sambil meregangkan kedua otot tangannya ke langit-langit.

"Papah?" Panggil Laura.

Seketika Gerald menoleh kearah sumber suara, lelaki paruh baya itu tersenyum melihat putrinya yang masih memakai seragam sekolah.

"Baru pulang atau udah dari tadi, hmmm?" Tanya Gerald.

"Udah lumayan sih, Pah. Cuma tadi aku ngerjain tuyas sama Dion, makannya belum ganti baju aja. Tapi waktu aku datang ada Bang Valdo ko, cuma Bang Valdo pergi karena ada tugas yang katanya harus dikerjain sama temennya," jelas Laura yang tentu dibumbui dengan kebohongan. Karena, jika tidak bohong, tidaklah asik.

Gerald hanya mengangguk, lelaki itu beranjak dan menghampiri Laura juga Dion yang berdiri.

"Dion, kan?" Tanya Gerald yang kini beralih menatap Dion.

Dion mengangguk, sikap kikuknya sudah kembali seperti biasa. Laura tak bisa komentar apa-apa, sayang sekali, Papahnya tidak tau jika Dion yang asli tidak seperti sekarang. Ah, itu hanya Laura saja yang tau.

"Karena udah mau malem, kamu jangan pulang dulu. Kita makan malem disini bareng," tutur Gerald.

"Laura, mending kamu buatin Papah kopi. Papah mau ganti pakaian dulu," tambahnya yang kini berganti menatap Laura.

"Oke, Papah!"

Sebelum Gerald pergi ke kamarnya yang diatas, lelaki itu malah mengelus pucuk kepala Dion perlahan dengan tatapan teduhnya. Tentu saja Laura yang melihat senang, tidak biasanya juga Papahnya menatap seseorang dengan tatapan begitu. Artinya, Papahnya tidak mempermasalahkan keberadaan Dion. Ya, itu pasti!

Dion sendiri hanya diam saja, setelah sekian lama ia baru merasakan sesuatu yang tak pernah ia rasakan. Sentuhan dan tatapan penuh kasih sayang yang tak pernah ia dapatkan dari sosok sang Ayah. Jadi, seperti ini rasanya?

Hussy Girl [21+] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang