💐25-26💐

973 197 65
                                    

Double updateeee

Sedari bangun Mayora tidak berhenti tersenyum memandangi Djiwa. Ia bahkan mengikuti Djiwa kemana laki-laki itu selama di apartemen. Kecuali ke kamar mandi.

Djiwa mendesah keras secara terang-terangan. Ia memandang tajam manik mata Mayora.

"Kamu duduk. Jangan ikuti saya!"

Mayora kembali cemberut saat Djiwa masih saja bicara formal.

"Mas jangan panggil saya saya gitu kenapa. Kesan nya kok kita kayak orang jauh aja."

"Memang kita dekat?"

Deg

Mayora menelan ludah nya saat Djiwa bertanya dengan dingin. Pertanyaan Djiwa mengusik relung hati Mayora. Dulu mereka dekat. Bahkan dekat sekali. Kemudian mereka jauh. Namun semalam bukankah mereka dekat lagi. Djiwa memeluk nya semalam tidur. Djiwa memberikan perhatian kepada nya. Bahkan sampai tadi pagi pun secara sadar mereka saling berbagi pelukan.

"Aku kira dengan kejadian semalam bisa membuat kita dekat lagi Mas."

Djiwa terdiam mendengar jawaban pelan Mayora.

"Aku mengira Mas sudah memaafkan ku."

"Memaafkan memang mudah. Tapi untuk melupakan itu sangat sulit."

Apalagi melupakan kamu Mayora. Rasa nya hampir mati aku berusaha melupakan mu tetap tidak bisa. Begitu kuat pesona Mayora terhadap dirinya.

Mayora menatap Djiwa dengan sedih. Ia tidak bisa berbuat apa-apa melihat kebencian Djiwa masih terlihat dari sorot mata nya.

Mayora sedih. Ia kembali ke kamar. Ia kembali memasang pakaian nya dengan hati-hati supaya tidak bersinggungan dengan luka nya. Namun tetap saja tersinggung. Mayora kembali meringis.

Namum ia berusaha abai dan tampak biasa saja. Ia keluar dan mencari tas nya.

Djiwa menatap Mayora seperti bersiap-siap.

"Kemana kamu?"

Mayora menoleh. "Seperti nya kehadiranku di sini semakin membuat Mas membenciku. Aku akan pulang."

Djiwa terdiam mendengar ucapan sarat kesedihan yang keluar dari bibir Mayora.

Djiwa mengepalkan tangan nya merasa marah. Ia tidak suka melihat Mayora sedih. Namun logika nya menyuruh untu abai.

"Kunci mobilku Mas taruh dimana?"

Tatapan mata itu tampak sayu. Djiwa kemudian mengambil kunci mobil namun malah di masukkan nya ke dalam kantong celana. Mayora mengernyit bingung.

Maksud Djiwa gimana?

"Kamu tetap di sini. Saya tidak mengizinkanmu pulang."

Bola mata Mayora melebar. Kenapa dirinya tidak boleh pulang. Djiwa ini mai nya apa. Di sini ia di tatap penuh kebencian. Pulang pun tidak di perbolehkan.

"Maksud Mas gimana?"

Djiwa mengalihkan mata nya kemana saja asal tidak menatap wajah Mayora.

Ada apa dengan mu Djiwa. Bukankah bagus kalau Mayora segera pergi dari sini. Kenapa harus kamu tahan? Kamu senang kalau Mayora berada di sini kan. Akui saja Djiwa.

"Tetap di sini sampai kamu sembuh."

Djiwa masuk ke dalam kamar. Mayora segera menyusul. Djiwa tampak sudah bertelanjang dada. Mayora menggigit bibir.

"Bukan nya Mas membenciku lalu kenapa Mas harus menahanku di sini?"

"Tidak ada yang menahanmu. Lihat luka mu belum sembuh."

IT'S ME MAYORA [EBOOK DI PLAYSTORE/KARYAKARSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang