13

795 164 25
                                    

Zidan dan Ernest sedang berada di kantor Djiwa. Mereka sejak tadi heboh tanpa mempedulikan yang punya ruangan sudah jengah menatap mereka berdua.

"Lo berdua kalau mau ngerusuh jangan di sini. Berisik! Mengganggu ketenangan gue kerja."

"Yaelah, santai kenapa sih. Kita itu kesini kasihan sama lo yang sibuk kerja mulu. Nggak capek apa itu otak di ajak pikir terus." Omel Ernest.

"Nggak otak gue encer dari pada lo berdua."

Ernest mendesah. Tiba-tiba paha nya di tepuk keras oleh Zidan dengan keras.

"Aaw.., sakit elah." Teriak Ernest melotot.

"Nest, lihat Mayo ternyata ada di indonesia sekarang. Berita nya baru publish nih."

"Serius lo? Jadi, benar doi orang indo?" Ernest segera melongok dan melihat berita yang ada di ponsel Zidan.

"Yoi. Kaget banget gue. Gue kalau dia ada pameran di sini gue usahakan bakal datang. Gue mau lihat asli nya kek mana tuh cewe."

Djiwa menarik nafas dari hidung dan menghembuskan perlahan lewat mulut. Lihat! Percuma kan dia protes. Kedua teman nya malah kembali sibuk sama ponsel.

"Lo berdua dengar gue nggak sih?" Djiwa melempar dokumen ke atas meja membuat kedua teman nya menatap Djiwa.

"Sorry, Wa. Kita lagi asyik nih. Lo tahu nggak Mayo ada di indo sekarang. Gue pengen banget ketemu sama tuh cewe."

"Mayo? Siapa? Gue nggak kenal. Terserah kalian mau bahas siapa. Gue nggak peduli. Sekarang kalian pergi deh dari ruangan gue." Djiwa memijit  pelipis nya.

"Jangan gitu lah, Wa. Kita kesini sengaja mau makan siang bareng. Sesekali keluar lah kita." sahut Ernest menyandarkan punggung nya ke sandaran sofa.

Djiwa melirik arloji nya. "Yaudah kita keluar sekarang saja. Bentar lagi juga mau istirahat. Pusing kepala gue di sini. Kerja juga percuma kalau ada lo berdua."

Ernest dan Zidan tertawa. Mereka keluar bersama. Selama menuju pintu keluar para pegawai khusus nya perempuan tidak bisa untuk mengacuhkan ketiga laki-laki yang tampak cool sekali. Bahkan cara jalan mereka saja menjadi gosip hangat di kantor ini.

Mereka bahkan terang-terangan menatap Djiwa, Zidan dan Ernest.

Zidan yang dasar nya suka tebar pesona. Tersenyum melambaikan tangan tidak lupa dengan kedipan mata nya yang menggoda.

"Nggak usah ganjen." kata Ernest menggeleng heran.

"Gua hanya memanfaatkan kegantengan gua. Percuma tampan kalau nggak bisa senyum. Iya nggak?" Zidan menyindir Djiwa. Namun sang empunya tidak menanggapi sindiran Zidan.

Mereka naik mobil masing-masing dan berkumpul di salah satu cafe yang lagi hits di zaman sekarang.

"Serius kita mau makan siang di sini?" Djiwa menatap kumpulan anak-anak muda.

"Kita ke lantai dua deh. Banyak juga anak kantoran yang ke sini hanya untuk sekedar makan siang. Percaya sama gue." Zidan berjalan duluan.

"Udah, masuk aja. Udah nyampe sini juga kan?"

Ernest dan Djiwa menyusul Zidan ke dalam. Pakaian mereka sangat kontras sekali dengan para tamu di dalam cafe. Namun saat mereka naik ke lantai dua. Barulah tampak pemandangan orang-orang dengan stelan kerja dengan kartu nama yang masih menggantung di leher mereka.

Di sudut ruangan Djiwa juga melihat ada beberapa orang  yang tampak nya sedang meeting.

"Lo berdua pesan apa?" Zidan menatap Ernest dan Djiwa bergantian.

IT'S ME MAYORA [EBOOK DI PLAYSTORE/KARYAKARSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang