💐3💐

879 135 11
                                    


Mau baca cepat bisa di karyakarsa ya. Udah bab 8 di sana♥️

****

Mayora hendak menuruni tangga ketika Keyla menghampiri nya.

"Lo kemana semalam, Kak. Gue panggil nggak nyahut. Lo nggak keluar kan?"

Mayora segera merubah ekspresi wajah nya menjadi cuek.

"Gue tidur. Lo jangan ngada-ngada."

Keyla mengangkat bahu nya. "Mana tahu kan. Gue kan  uma nanya."

"Terserah lo lah."
Mayora segera turun tanpa menoleh lagi.

Sepertinya Keyla mulai curiga. Aku harus lebih hati-hati.

Mayora langsung ke meja makan. Di sana sudah ada Hamdan dan Ambar.

"Selamat pagi."

"Selamat pagi, Nak." Sahut Ambar tersenyum. Dalam pikiran Yora ada yang aneh terhadap Mama nya. Tumben Mama nya ceria begitu. Apa lagi bahagia ya. Biasa nya tampang Mama nya hanya datar.

Keyla dan Kenzi datang menyusul. Mereka mulai sarapan bersama.

"Yora makan yang banyak. Semalam kamu nggak makan kan." Ambar tiba-tiba bersuara.

Mayora mengangguk. Ia kembali melanjutkan suapan nya.

Tiba-tiba Keyla bersuara namun Hamdan menegur nya karena sedang makan.

Mayora pun hanya diam. Keyla tampak kesal. Setelah selesai makan. Keyla kembali bersuara.

"Pa, aku nanti sore mungkin pulang nya. Mau main dulu sama teman."

Hamdan mengangguk. "Uang kamu masih ada?"

"Ada sih tapi tinggal sedikit."

Hamdan langsung mengeluarkan dompet dan memberi Keyla uang.

Lihatkan! Betapa senang nya menjadi Keyla. Wajah itu sumringah bahagia.

Mayora tersenyum sinis. Ia teringat ketika dirinya yang izin pulang sore ia akan kena marah. Keyla tidak pernah sekalipun mendapat hukuman dari papa nya. Sungguh tidak adil bukan.

Tapi nggak papa, Mayora sudah terbiasa. Mayora menandaskan air minum nya. Ia segera bangkit dan mengambil tas.

"Aku pergi sekolah dulu."

Hamdan menatap Mayora. "Uang saku kamu masih ada Yora?"

Yora menggeleng. Hamdan mengangsurkan uang lebih sedikit dari Keyla.

Yora menatap mata Papa nya. Dalam hati ia merasa sedikit sedih.

"Ingat, jangan keluyuran! Apalagi sama teman-teman kamu yang nggak jelas itu."

Yora tidak jadi mengambil uang tersebut.

"Maaf, Pa. Aku nggak bisa. Mereka teman ku."

Wajah Hamdan mulai berubah. Yora tahu ia akan kena omel lagi.

"Yora kamu bisa nggak sih jangan melawan terus?" Ambar menasehati anaknya.

"Mereka temanku. Aku nggak bisa."

Hamdan tersenyum miring. "Oh boleh boleh. Lihat saja apa yang bisa papa lakukan sama teman-teman kamu itu."

Mata Yora membola kaget. "Maksud Papa Apa?"

"Lihat saja nanti!"

Yora mengepalkan tangan nya. Hamdan mulai melancarkan serangan nya. Yora meninggalkan meja makan tanpa bersuara dan menoleh lagi.

"Lihat anak kamu itu. Selalu melawan dan membantah. Mau jadi apa dia hah?"

Ambar hanya menunduk. Ia pun juga heran dengan sikap Yora.

IT'S ME MAYORA [EBOOK DI PLAYSTORE/KARYAKARSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang