Plakat perizinan

168 28 0
                                    

Mereka ber-enam memutuskan untuk memakan satu cup Ramyeon dan beberapa potong Gimbab, Jisung terus menanyakan tentang ponsel Renjun dan Haechan. Tetapi mereka hanya menjelaskan sedikit karena Renjun juga bingung menjelaskan nya karena dia tidak tau mengapa bisa muncul aplikasi aneh itu.

"Renjun, Haechan, apa itu ponsel? apa itu bisa mendatangkan dewi Artesywa? kenapa kalian bisa memunculkan makanan? Bagaimana caranya? Apakah itu kekuatan kalian?" tanya Jisung beruntun dengan nada penuh rasa ingin tahu.

Renjun menghela napas panjang, mencoba menjelaskan sesuatu yang bahkan dia sendiri tidak sepenuhnya pahami, tentunya dengan bahasa yang mudah dipahami.

"Di dunia kami, ponsel tidak bisa sekali tekan langsung muncul makanan seperti ini, kita harus menunggu pesanan diantar dari tempat makan yang di pilih. Sebenarnya ponsel juga bisa untuk menghubungi seseorang tapi entah bagaimana tiba tiba saja nomor teman teman ku menghilang. Tapi sejak kami menginjakkan kaki di dunia ini, semuanya jadi aneh. Ada aplikasi aneh yang muncul tiba tiba, dan kami bisa pesan makanan atau benda lain dengan cara yang tidak masuk akal."

Haechan mengangguk setuju dengan penjelasan Renjun "Iya, aku juga bingung. Aplikasi itu muncul tanpa kami instal, dan rasanya seperti mimpi."

"Aku bahkan tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya. Kadang keanehan ini menyenangkan, tapi kadang juga menakutkan." lanjut Renjun

Sambil memutar mutar sumpit di cup ramyeon, Renjun melamun, pikirannya melayang ke dunia asalnya. Ahh.... seandainya keanehan di ponsel ini terjadi di dunia asli nya, pasti Ia tidak akan rela bekerja di tempat para tikus itu, orang tua Renjun memang punya banyak cabang restoran, tapi Ia tidak pernah diizinkan untuk mengurusnya. Atau lebih tepatnya, Renjun tidak pernah dianggap. Renjun rasa, si tua bangka itu tidak akan peduli jika Ia menghilang begitu saja.

"Dunia kalian sepertinya lebih mengesankan." ujar Chenle asal, dirinya sudah menghabiskan dua cup Ranyeon. Sepertinya bocah itu menyukai nya.

"Karena kalian tidak penah kesana begitu pun kita yang tidak pernah kesini, jadi dimata masing masing terlihat aneh." jawab Haechan malas, dirinya sedikit dendam karena disumpal oleh Chenle.

Renjun memikirkan sesuatu "Apa koin itu berguna?" tanya nya.

"Ya, itu benar benar sama dengan milik kekaisaran, sepertinya tidak masalah jika menggunakannya disini." kali ini yang menjawab Jaemin, dia sudah berulang kali memastikan apakah itu asli atau tidak. Bahkan Jeno pun ikutan memastikannya.

°
°
°
°















°
°
°
°

Matahari perlahan terbit, memancarkan sinar lembut yang mengusir kegelapan malam. Keenam nya akhirnya menyudahi acara makan mereka dan memutuskan untuk pergi ke pinggiran kota Arthanaya, ibu kota kekaisaran. Mereka ingin memastikan keadaan di sana terlebih dahulu. Untuk tempat tinggal, mereka berencana memesan penginapan kecil menggunakan koin Renjun. Untuk sisa cup Ramyeon dan tempat plastik Gimbab sudah Jeno bakar semuanya tampa jejak, meskipun jarang orang yang berada di sana. Tetapi mereka harus tetap berjaga jaga.

"Akhirnya kita keluar dari tempat terkutuk itu. Aku sudah tidak tahan dengan panasnya saat kita berjalan di jurang," keluh Haechan. Sejak tadi, ia terus mengeluh tentang Sindfire yang begitu panas hingga ia terpaksa melepaskan jaketnya.

Sesaat setelah keluar dari Sindfire, mereka berhenti sejenak untuk memakai kembali jaket mereka. Chenle mengeluarkan jubah hitam dari cincin penyimpanannya, untungnya dia membawa banyak. Renjun melirik Jaemin, sedikit khawatir karena Jaemin hanya mengenakan kaos tipis tanpa lengan dan jubah. Namun, sebenarnya tidak perlu dikhawatirkan karena Jaemin memiliki tubuh yang mampu menyesuaikan diri di berbagai musim. Menyadari tatapan khawatir Renjun, Jaemin segera menggunakan kekuatan Mindlink-nya.

Arthesia || JaemRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang