berkhianat

213 29 0
                                    

Lorong besar itu terasa dingin dan sunyi yang hanya ada suara langkah kaki yang bergema di dinding batu kuno. Seorang pria bertubuh tinggi dan tegap berjalan dengan langkah mantap. Seragamnya terlihat rapi, dengan warna gelap yang menyatu sempurna dengan suasana suram di sekitar. Matanya tajam penuh determinasi namun ada sesuatu yang tersembunyi di balik pandangannya.

Pria itu berhenti di depan pintu menjulang tinggi dengan ukiran kuno yang penuh rahasia. Pintu itu tampak megah, seolah menyimpan sejarah dan kekuatan yang tak terbayangkan. Di depannya, dua penjaga berdiri tegak, ekspresi mereka tak tergoyahkan, menjaga pintu dengan kewaspadaan yang tiada henti.

Pria itu menghela napas dalam dalam, seolah mengumpulkan keberanian sebelum melangkah maju. Dia memberikan anggukan singkat kepada para penjaga, yang balas mengangguk dengan hormat sebelum membuka pintu yang berat itu. Dengan suara berderit yang dalam pintu terbuka, memperlihatkan ruangan besar yang dipenuhi dengan suasana yang penuh otoritas.

Di dalam, seorang pria paruh baya duduk di atas takhta yang megah. Meskipun usianya terlihat di wajahnya, tubuhnya masih tegap dan berotot menunjukkan kekuatan yang luar biasa. Aura yang memancar darinya begitu kuat sehingga setiap orang yang masuk pasti akan merasa tertekan dan tunduk. Matanya menatap tajam, menilai setiap gerakan yang ada di ruangan.

Pria tegap itu melangkah maju, berhenti beberapa langkah di depan takhta. Dia merasakan beban pandangan penguasa agung tersebut, namun dia tetap teguh. Setelah beberapa saat hening yang terasa seperti selamanya, dia menundukkan kepala sedikit dan berbicara dengan suara tegas namun penuh penghormatan.

"Salam kepada Penguasa Agung, kaisar Suci Charles Loinox de hellig" katanya, suaranya bergema di ruangan yang luas.

"Saya datang membawa kabar penting yang tak bisa menunggu."

Penguasa agung itu menatapnya dengan intensitas yang tak berkurang, seolah menimbang setiap kata dan gerakan. Suasana di ruangan itu menjadi semakin tegang, seolah udara itu sendiri menahan napas, menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Berbicara." kata penguasa itu dengan suara yang dalam dan berwibawa, mengisyaratkan agar pria tegap itu melanjutkan.

"Apa yang kau bawa padaku kali ini?"

Pria tegap itu mengangkat wajahnya, mata mereka bertemu dalam tatapan yang penuh makna. Dia tahu bahwa kata kata berikutnya akan menentukan banyak hal, dan dengan hati hati dia mulai menyampaikan berita yang telah membawanya ke hadapan penguasa agung tersebut.

Pria tegap itu mengangkat wajahnya, mata mereka bertemu dalam tatapan yang penuh makna. Sejenak, ruangan itu hening, hanya suara napas yang terdengar. Di hadapannya, sang penguasa agung duduk dengan anggun di atas takhta berlapis emas, menunggu dengan kesabaran yang mengintimidasi. Pria itu tahu bahwa kata-kata berikutnya akan menentukan banyak hal, dan dengan hati-hati, dia mulai menyampaikan berita yang telah membawanya ke hadapan penguasa agung tersebut.

"Yang Mulia,"

"Saya membawa kabar penting tentang keberadaan mereka." Lanjutnya, mata sang penguasa menyipit menandakan ketertarikan yang mendalam.

"Lanjutkan," perintahnya, nada suaranya tenang namun penuh otoritas.

Pria itu sempat ragu untuk berbicara. Ketakutan mencengkeram hatinya, bayangan masa lalu menghantuinya. Jika ia tidak berkata jujur mungkin saja seseorang yang ada di atasnya ini akan menyerap seluruh kekuatan sucinya, sama seperti yang terjadi pada ayah-nya . Ingatan tentang ayah-nya yang terbakar habis di bawah kekuatan sang penguasa membuat dadanya sesak.

"Mereka... telah ditemukan di hutan para pixy, Yang Mulia" lanjutnya, menahan napas sejenak.

"Namun, ada pasukan dari kerajaan Crystalwind yang juga mengincarnya. Mereka telah memperkuat pertahanan mereka di sekitar wilayah tersebut."

Arthesia || JaemRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang