Novel

82 13 4
                                    

"Apa kau tidak merasakan apa-apa?" tanya Jeno dengan nada yang menahan kegelisahan. Beomgyu hanya mengangguk, menyetujui tanpa benar-benar memahami sepenuhnya.

Ketika mereka sampai di apartemen, Jeno menarik Beomgyu dengan segera, memeriksa tubuhnya dari ujung kepala hingga kaki, seolah mencari sesuatu yang tak kasat mata. Pada awalnya, Beomgyu bingung dan tidak paham maksud dari tindakan mendadak ini. Namun, setelah Renjun memberikan penjelasan, sedikit demi sedikit teka-teki itu mulai terungkap.

Lelaki yang mereka temui tadi—Taehyun.

Dia bukan manusia biasa seperti Renjun dan Haechan. Taehyun memancarkan sedikit energi yang mirip dengan milik Jaemin. Ini mengisyaratkan bahwa Taehyun kemungkinan berasal dari tempat yang sama dengan Jaemin, atau setidaknya memiliki koneksi serupa. Tidak heran hanya Jaemin yang mampu merasakan kehadirannya, meskipun sangat samar.

Ketika Taehyun tiba-tiba muncul di samping Beomgyu, yang tengah duduk sendirian, Renjun, Jeno, dan Jaemin segera merasa gelisah. Jaemin, yang memantau dari atas, bahkan merasa cemas luar biasa, apalagi dengan kondisi Beomgyu yang belum sepenuhnya pulih. Instingnya langsung mendorongnya untuk bertindak impulsif, nyaris melompat dari lantai enam untuk menyelamatkan Beomgyu, namun Renjun cepat menahannya, mengingatkan bahwa lelaki itu tampaknya tidak membahayakan. Meski begitu, Renjun tidak mengambil risiko dan segera memberi tahu Haechan, menyuruhnya untuk menjemput Beomgyu secepat mungkin. Haechan, yang juga merasakan kepanikan, segera meninggalkan supermarket, mengambil jalan pintas melalui semak-semak untuk sampai ke tempat Beomgyu.

Jeno menghela napas dalam-dalam. Kerusakan pada energi Beomgyu ternyata lebih parah dari yang mereka kira. Bahkan berada dalam jarak yang begitu dekat dengan Taehyun, Beomgyu sama sekali tidak menyadari kehadirannya, tidak seperti Jaemin dan Jeno yang bisa merasakan energi aneh itu, meski hanya sekilas. Itu membuat Jeno semakin sadar bahwa Beomgyu benar-benar terputus dari kekuatan yang seharusnya ada dalam dirinya. Taehyun, meskipun tidak secara terang-terangan mengancam, tetap menimbulkan kecemasan, terutama bagi mereka yang sudah terikat pada aliran energi yang tak kasat mata itu.

"Apakah energiku benar-benar rusak?" Beomgyu berkata pelan, suaranya penuh dengan kesedihan. Meskipun ia selalu berusaha untuk tidak terlalu peduli, kenyataan itu tetap menusuk. Baginya, tak masalah jika ia tak memiliki kekuatan sedikit pun, asalkan ia hidup di dunia Renjun dan Haechan. Namun, di balik hatinya ia tahu dirinya hanya singgah di sini, menumpang di dunia yang bukan miliknya. Cepat atau lambat, ia harus kembali ke dunianya, dan saat itu tiba, ia akan membutuhkan kekuatannya lagi.

Keheningan melingkupi ruangan. Tidak ada yang berani menjawab pertanyaan Beomgyu, takut kata-kata mereka akan memperparah kegalauan yang sudah terlihat jelas di wajahnya.

Renjun kini menoleh ke arah Mark. Di sudut ruangan, Mark dengan santainya duduk sambil menikmati camilan yang dibeli Haechan. Pandangan Renjun secara otomatis membuat yang lain ikut memandang ke arah Mark, seolah mereka semua mencari jawaban dari ketidakpedulian yang diperlihatkannya. Butuh beberapa saat sebelum Mark menyadari bahwa dia menjadi pusat perhatian. Tangannya yang memegang snack berhenti di udara, snack itu tergantung seperti hiasan aneh yang belum terjamah. Dengan alis yang terangkat, ia bertanya tanpa suara.

"Mau?" tawar Mark dengan polos, menawarkan snack.

Satu ruangan itu menghela napas serentak, lelah dengan situasi yang mereka hadapi. Rasanya semua kegelisahan yang mereka alami menjadi sia-sia ketika di hadapan mereka, Mark tetap tampak begitu santai. Kekhawatiran mereka seperti ombak yang membentur karang tak bergerak.

Renjun mendesah dengan nada frustrasi, "Kau sudah tahu, bukan? Katakan saja yang sebenarnya, Mark." ujarnya dengan ketus.

Mark menghentikan kunyahannya dan menatap mereka dengan wajah tanpa ekspresi, seolah-olah apa yang baru saja dikatakannya adalah hal yang paling alami di dunia. "Cari tahu saja sendiri. Aku takut akan semakin merusak tatanan masa depan yang telah tersusun."

Arthesia || JaemRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang