Saat matahari perlahan memudar digantikan oleh cahaya bulan yang indah, Jisung merasakan ada yang tidak beres di kekaisaran.Sesaat saat ia membeli pakaian untuk Renjun di tengah ibu kota, suasana Arthanaya tampak seperti biasa saja, kota yang padat dipenuhi oleh kerumunan orang orang yang sibuk dengan aktivitasnya. Tetapi saat ini, ia merasa janggal. Tidak ada tatanan lampu lampu dan canda tawa anak anak. Sebaliknya, hanya terlihat lampu minyak dan kerumunan orang dewasa. Anak anak sama sekali tidak terlihat.
Mereka memang terdengar ramai, tetapi nyatanya bahkan pendengaran Jisung yang baik tidak mampu menangkap apa yang mereka obrolkan. Tentu saja, Jisung mengetahui bahasa ibu kota. la sering mengunjungi ibu kota untuk sekedar menjaga Chenle ketika diundang ke acara di kekaisaran.
Jisung memperhatikan dari atas atap, terus fokus terhadap pendengarannya. sembari melihat ke bawah. Mata orang orang itu tampak kosong dengan wajah yang kaku. Di antara kaki kaki mereka, terdapat bayangan yang tidak dimiliki orang suci kekaisaran kecuali anak anak, karena hal tersebut bertentangan dengan kekuatan suci.
Setelah memberi tahu Jaemin tentang situasi ini, Jisung langsung pergi menuju istana suci menggunakan Shadow Melding yang membuat dirinya menyatu dalam kegelapan bayangan, la melewati atap atap rumah dengan gesit dan cepat hingga terlihat gerbang utama istana yang menjulang tinggi dengan ornamen emas di sekelilingnya. Tetapi ada yang salah di sini, la sama sekali tidak dapat merasakan kekuatan suci dari dalam istana. Justru yang ia rasakan sekarang adalah kekuatan Iblis dunia bawah yang sangat menyengat hingga membuat kekuatannya tertekan.
Namun ada sedikit rasa bersyukur. Dengan itu, Jisung dapat dengan mudah menyelinap ke dalam istana. Sebelum menuju ke istana belakang, la menyempatkan diri menyatu dalam bayangan seorang jenderal bintang tiga yang saat ini tampaknya menuju ke arah Throne Room, tempat tahta sang kaisar berada. la sedikit menekan kekuatannya agar tidak tercium.
Saat pintu megah tersebut terbuka, penampilan keadaan Throne Room membuatnya terkejut. Bagaimana tidak, di depan sana terdapat sosok tinggi yang sangat terkenal sebagai entitas besar dan menakutkan, dengan tubuh berlapis emas kusam dan penuh dengan koin serta permata yang menancap ke dalam dagingnya, menciptakan luka yang terus mengalirkan darah hitam pekat. Matanya adalah lubang kosong yang bersinar dengan cahaya merah pekat yang dingin dan tak berjiwa, menatap dengan tatapan penuh keserakahan.
Wajahnya memancarkan kepalsuan, dengan senyum penuh tipu muslihat, sementara jari jarinya yang panjang dan kurus selalu menggenggam koin emas, menghitung dan menghitung tanpa henti. Suaranya adalah bisikan logam yang menggetarkan, memancing jiwa manusia untuk menyerahkan diri pada keinginan duniawi yang tidak pernah terpuaskan. la bergerak ke arah sang jenderal dengan langkah berat, setiap jejak kakinya meninggalkan bekas emas yang terkorosi, seolah olah bumi sendiri menolak kehadirannya. Sayap sayapnya, hitam dan berselimut kegelapan membentang dengan suara berderak yang menyeramkan, mengingatkan akan kematian dan kehancuran yang ia bawa.
la adalah sang Iblis dunia bawah, Mammon. Perwujudan dari nafsu manusia yang tak terkendali, merusak segala sesuatu yang disentuhnya dengan obsesi yang membakar untuk kekayaan dan kekuasaan tanpa batas.
Napas Jisung kian memberat setiap langkah sang Iblis di depannya. la berusaha sekuat mungkin menyembunyikan auranya.
'Bagaimana ia bisa berada di istana yang suci ini?'
'Kemana seluruh kekuatan suci? aku bahkan sama sekali tidak merasakan kekuatan suci disini.'
'Sepertinya hal ini berkaitan dengan sikap aneh dari kerumunan orang di luar.'
Terlalu sibuk dengan pikirannya, Jisung tidak menyadari sang Iblis sudah berada di depannya, dengan senyum mengerikan itu. Bahkan Jisung sempat mengabaikan mindlink dari Jeno yang menyuruhnya menuju Kastil Frederiksborg, tempat Pangeran Hendery berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arthesia || JaemRen
Fantasy[JaemRen] ❝Bertahan hidup di dunia yang bahkan tidak pernah kau percayai.❞ start : Min, 28 april 2024.