kau!!

129 23 0
                                    

Esok harinya, suasana ruang tengah terasa tegang. Semua berkumpul di sana, membicarakan langkah selanjutnya dalam rencana mereka untuk bertemu dengan penulis novel Northern Kingdom. Hanya dalam satu malam, banyak hal telah terjadi, dan ketegangan itu menggantung di udara seperti kabut tebal.

Renjun, yang biasanya tenang tampak sedikit gelisah. Semalam, Jaemin mengatakan bahwa ia merasakan sesuatu yang aneh. Ada energi yang begitu kecil, hampir tak terasa namun cukup mengusik instingnya. Energi itu tidak jauh dari tempat mereka sekarang dan Jaemin sebenarnya sudah berniat untuk segera mencari tahu lebih lanjut. Tetapi Mark mencegahnya bahkan Haechan juga dilarang untuk menghadiri acara meet and greet sang penulis meskipun niat Haechan adalah menyeretnya langsung ke hadapan mereka untuk mendapatkan penjelasan.

"Kenapa?" tanya Jaemin waktu itu, sedikit kesal.

"Kalau aku bisa merasakannya, kita harus bertindak cepat!"

Namun, Mark hanya menatapnya dan berkata, "Biarkan berjalan sesuai yang telah ditentukan."

Kalimat itu membuat yang lain terdiam, meskipun Haechan tetap menggerutu di belakang. Mereka paham, sangat paham dengan apa yang Mark maksudkan. Kepercayaan mereka terhadapnya begitu besar, sehingga tak ada yang membantah.

Sementara itu, Chenle dengan kekuatan penyembuhnya bekerja keras untuk membantu Beomgyu. Dengan bantuan kekuatan demon Jaemin, Chenle berusaha agar kemampuan penyembuhannya tidak ditolak oleh tubuh Beomgyu yang merupakan keturunan naga. Mereka berhasil menyembunyikan sayap dan ekor Beomgyu kembali, membuatnya terlihat seperti manusia biasa. Rasa sakit yang ia alami juga telah diatasi berkat regenerasi darah dari Jeno, yang diam-diam memiliki kemampuan penyembuhan luar biasa, kekuatan Iblis yang tersisa di tubuh Beomgyu pun seketika hilang. Kini, Beomgyu sudah bisa kembali mengganggu Haechan, yang terlihat kesal tapi diam-diam lega karena akhirnya bocah tengil itu telah pulih.

Di sisi lain, Renjun dengan sigap membawa Mark ke rumah sakit. Meskipun Mark memiliki kekuatan luar biasa, tubuhnya tidak bisa menahan begitu lama dari luka fisik. Luka di tangannya—yang hampir setengahnya habis karena pertarungan sebelumnya—terlihat sangat mengerikan.

Sayangnya, Chenle tidak bisa membantu banyak kali ini. Renjun pun menyadari bahwa Chenle sudah terlalu banyak mengeluarkan tenaga untuk menyembuhkan Haechan dan Beomgyu, terlebih lagi kondisi Chenle yang sedang mengandung membuatnya harus lebih berhati-hati. Semua setuju bahwa menggunakan kekuatan penyembuhan terlalu banyak akan berisiko bagi sang bayi jadi langkah yang baik adalah membawa Mark ke rumah sakit.

Para perawat di rumah sakit tampak pucat dan ketakutan saat mereka melihat kondisi Mark. Mereka hampir tidak bisa memahami bagaimana seseorang bisa tetap tertawa dengan tangan yang rusak parah seperti itu. Namun, Mark hanyalah tersenyum bahkan dengan humor gelapnya ia berkata kepada salah satu perawat.

"Jangan khawatir, aku pernah melihat yang lebih buruk."

Renjun, yang berdiri di sampingnya, hanya menggelengkan kepala dengan sedikit senyum di wajahnya. Meskipun situasinya serius entah bagaimana, Mark selalu bisa meredakan ketegangan dengan sikap santainya. Tapi di balik senyum itu, Renjun tahu bahwa mereka semua sedang berpacu dengan waktu. Sesuatu yang besar mungkin akan segera terjadi, dan mereka harus siap, tidak peduli apa yang Mark katakan tentang—biarkan berjalan sesuai yang telah ditentukan.

Di sore harinya saat mereka semua berkumpul kembali di rumah, suasana jauh lebih tenang. Beomgyu dan Haechan berdebat kecil seperti biasa, Chenle beristirahat dengan tenang dipangkuan Jisung dan Jaemin duduk di dekat jendela, matanya tajam menatap ke luar mencari tanda-tanda energi yang ia rasakan sebelumnya. Mark, dengan tangan yang kini dibalut perban, mengamati mereka semua.

°
°
°

Renjun menghela napas panjang, matanya terpejam sejenak menikmati momen langka di mana segala sesuatu terasa tenang. Setelah semua kekacauan yang mereka alami, ketenangan ini bagai oasis di tengah gurun. Namun, jauh di lubuk hatinya, ia tahu ketenangan ini mungkin tak akan bertahan lama. Mungkinkah mereka bisa terus bersama tanpa rasa khawatir yang terus menghantui? Atau justru, ketenangan ini hanya jeda sejenak sebelum badai besar kembali menyerbu?

Arthesia || JaemRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang