21. MANUSIA DENGAN DOANYA

10 2 0
                                    

Episode 21.

•••

Kemarin adalah perpisahan, hari ini adalah kenangan dan besok adalah masa depan, begitu ya rotasi hidup, ya sudah dariku semoga berhasil sampai tujuan.

Kemarin adalah perpisahan, hari ini adalah kenangan dan besok adalah masa depan, begitu ya rotasi hidup, ya sudah dariku semoga berhasil sampai tujuan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⁎.ʚɞ.⁎

Sinar surya pagi membangunkan Shila, gadis itu terbangun dengan keadaan setengah sadar sampai netranya menangkap seisi ruangan bernuasa sederhana itu, "Eh? gue di rumah?"

Seingat Shila, kemarin ia terkunci di ruang musik dengan Segara, tapi mengapa bisa ada di sini? Shila sama sekali tidak menemukan ingatannya kembali ke rumah.

"Mimpi?" kata Shila, "Gak, gue gak mimpi, ini buktinya gue masih pake seragam," lanjutnya.

Shila sibuk mencari handphonenya, sampai menemukan dan langsung mencari name contact seorang Segara.

Nomber yang anda tuju sedang tidak aktif, sedang berada diluar jangkauan

Shila menerka-nerka, "Masa iya ada keajaiban yang bawa gue pulang?"

Shila menepuk-nepuk pelan kedua pipinya, daripada menghayal dan berfantasi yang tidak tidak, ia harus kembali lagi ke sekolah, karena ini sudah berganti hari dan sekolah tetap berjalan seperti biasa.

***

"Ikan ke ke me ilo ilo, ikan bela ga me ila ila," senandung Arthur yang bernyanyi ria memasuki kelas tidak lupa bareng Bastian.

"Widih bu ketu lagi nyontek," goda Bastian yang melihat Elsa lagi sibuk menyalin.

Copy paste adalah andalan semua manusia mageran yang berwujud murid. "Jangan sok suci lo Bas, ujung-ujungnya lo juga minta contekan ke gue," balas Elsa sudah menebak kelakuan anak satu itu.

Bastian nyengir, tentu saja benar. "Simbiosis mutualisme, El, saling menguntungkan."

Arthur pun, mana mungkin ia buat, datang, duduk dan nyontek adalah rumusnya kalau ke sekolah, definisi yang penting lulus aja.

"Gue juga mau," celutuk Arthur.

Sembari tetap menyalin Elsa menjawab, "Minta di Satya aja noh, gue belum kelar."

Arthur menoleh, "Sat eh lupa, Tya minta contekan dong,"

Waketu kelas itu tidak suka ada yang memanggilnya dengan sebutan Sat, karena ia menganggap itu semacam umpatan seperti bangsat.

Tubuh Satya berbalik, mendengar namanya yang dipanggil benar, "1 lembar 100k."

"Kemarin ada yang bilang gitu besoknya mati," balas Arthur.

Satya tersentak, "Anying lu. Lagian lo kerjanya ngapain aja sih, tugas segampang ini gak lo buat," cibir Satya heran.

"Gue sibuk, ngangur ke oyo,"

SEGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang