24. WHEN U LOVE SOMEONE?

6 0 0
                                    

EPISODE 24

•••

When you love someone, trust me, you don't want to see her hurt, sedikit pun tidak ingin, really bro.

⁎.ʚɞ.⁎

Segara sedang sibuk menghitung dana masuk dan pengeluaran Caffe, nampaknya laki-laki itu hari ini tidak ada pergi kemana.

"Enam puluh delapan juta, lumayan," gumamnya.

Sepertinya mapel ekonomi membantunya hari ini, seperti menghitung neraca, laba rugi dan arus kas, pusing dikit tapi hasilnya 68jt lumayan lah ya.

Ting.

Notif yang mengalihkan fokus Segara untuk segera mengecek handphone miliknya, namun nihil. Tidak ada notifikasi.

Segara hampir lupa, kalau ia masih menyimpan milik seseorang di dalam saku celana abunya, laki-laki itu bergerak meronggoh saku celana.

Segara memincingkan mata, "Ka misel? misel siapa?" Segara hanya melihat notifikasinya saja, ia menghargai privasi seseorang lalu ia simpan kembali pada tempat semula

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Segara memincingkan mata, "Ka misel? misel siapa?" Segara hanya melihat notifikasinya saja, ia menghargai privasi seseorang lalu ia simpan kembali pada tempat semula.

Ini kalau dipikir-pikir, ngapain juga dia rela menunggu selama ini untuk seseorang? padahal kalau boleh jujur, Segara adalah pribadi yang benci menunggu.

Dalam konteks apapun, ia tidak suka. Tapi hari ini? mengapa terkesan berbeda sekali dengan dirinya?

Dari ujung depan, Shila yang berlari ke arahnya dengan cepat, "5 jam 39 menit," monolog laki-laki itu, penantian yang cukup panjang.

Shila berhenti dengan nafas ngos-ngosan,"Se-se-gara, an—jir, lo—lo," ucap Shila terbata-bata, nafasnya seketika tercekat dengan jantung yang berdegup kencang.

"Tarik nafas, ngomong pelan-pelan," tutur Segara mendapati Shila yang seperti sesak nafas akibat berlari.

Shila menstabilkan nafasnya, sebelum akhirnya bisa melanjutkan ucapan, "Gar, astaga lo beneran nunggu gue, sorry banget nunggu lama," katanya dengan intonasi yang lebih benar.

Segara juga heran, kenapa ia menunggu, "Lama banget, ngomongin apa?"

Sejujurnya Shila malu dengan fakta kalau ia salah sangka, tapi karena Segara baik hari ini, jadi Shila beritahu, "Ternyata Nino bukan mau bunuh diri."

Segara mengerutkan keningnya, "Terus?"

"Iya, gue salah sangka," terang gadis itu.

Segara menyangkal, "Harusnya kalau emang mau bundir biarin aja mati, Shi. Lo gak usah ikut campur, kan itu kemauan dia," katanya acuh, Segara mode mulut pedas memang merepotkan. "Biarin aja malaikat marah," sambungnya.

Shila menabok, pelan. "Gak boleh gitu, kalau malaikat tau, nanti lo kena marah, karena sudah menyepelekan kematian."

"Belum tentu," kata Segara yang tak membenarkan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SEGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang