22. Tanpa Kabar

93 4 0
                                    

*SELAMAT MEMBACA*
*
*
*

Pagi-pagi sekali Satria sudah berada di kediaman keluarga Putra. Ia datang sekitar jam enam kurang.

Kali ini dia datang bukan untuk menjemput Putra ke kantor tapi untuk mengantar keluarga Putra ke bandara.

"Celamat pagi, om Catia" sapa Ares yang sudah siap untuk berangkat.

"Selamat pagi, Ares" ujar Satria. Ia melihat Ares yang sudah siap dengan menggunakan Jumpsuit berwarnah putih bergambar kelinci.

"Yes cudah ciap om, Catia" kata Ares dengan penuh semangat.

"Wah pintarnya kesayangan om. Boleh om cium dulu? Sudah wangi apa belum" akal-akalan Satria supaya dapat mencium Ares.

"Catu ja ya om" ujar Ares mengacungkan jari telunjuknya menunjukan angka satu.

"Loh kok dikit sekali. Pelit ni Ares nya" goda Satria lagi.

"Hmmm tiga deh" ujar Ares setelah berpikir.

"Pi minta uang ya om" lanjut Ares saat Satria ingin menciumnya.

Satria terdiam saat mendengar perkataan Ares dengan polonya. Ia melihat Ares yang tersenyum gummy andalannya.

"Hahaha anak Papa memang pintar" tawa Putra menggelegar saat melihat muka congo Satria.

"Hahaha" Ares pun ikut tertawa saat melihat Putra tertawa ngakak. Padahal Ares tidak tahu kenapa papanya tertawa.

"Ayss. Ares kan sudah banyak uang dari Papa. Kenapa malah minta uang sama om yang tidak punya banyak uang" ujar Satria dengan memelas.

"Om Catia ndak ada uang?" Tanya Ares dengan sedih.

"Emmm kacian om Catia" lanjut Ares dengan lempengnya.

"Hahaha. Om Satria memang gak punya uang boy. Jadi jangan minta uang sama om Satria" tawa Putra untuk memperkeruh keadaan.

"Hm ndak pa om. Yes kaci glatis deh. Catu ja pi ya, om" ujar Ares yang menunjukan satu jarinya lagi.

"Ada apa ni. Kayanya seru banget" ucap Nissa yang bersama Johan baru saja turun untuk bergabung dan melihat mereka yang sangat asik mengobrol.

"Omaa, om Catia ndak ada uang telnyata. Kacian om Catia, oma" jawab Ares dengan muka memelas sedih.

"Masa..." Nissa tidak jadi melanjutkan ucapannya karena teriakan melengking dari Ares. Satria mencium Ares secara bertubi-tubi.

"Aaaaaaaa. Om Catiaaaaa" teriak Ares dengan mengusap kedua pipinya.

"Eh sudah sudah sayang. Pipinya merah nanti" ujar Nissa memegang tanggan Ares.

"Sudah sudah ayo kita sarapan terlebih dahulu. Setelahnya kita berangkat agar kita tidak ketinggalan pesawat" ujar Johan yang sedari tadi hanya diam melihat yang lainnya bercanda.

Setelah sarapan bersama barulah mereka berangkat menuju bandara.

~~~~~~

Sudah satu minggu Dinda tak mendapat kabar dari Putra. Ares juga tidak masuk les tanpa keterangan. Dinda sangat merasa bersalah pasti Putra sangat sakit hati karena perkataan ibunya.

"Mbak kok ngelamun aja si" tegur Kinar yang sedari tadi memperhatikan Dinda.

"Eh Kin" kaget Dinda saat Kinar menepuk pundaknya.

"Kenapa kok melamun aja si mbak?" Tanya ulang Kinar.

"Gak papa. Kamu mau ngajar sekarang?" Tanya Dinda pada Kinar.

"Belum mbak. Aku lagi nyiapin materinya saja. Biar gak ada yang ketinggalan nantinya, mbak" jelas Kinar. Kinar memang selalu mengecek bahan ajarnya setiap ingin memulai mengajar.

TERJERAT CINTANYA MAS DUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang