setelah menyelesaikan urusannya dengan penyihir itu, zara segera melihat kondisi sahabatnya saat tiba dikamar, hal pertama yang ia lihat adalah gadis itu tengkurap diatas ranjangnya dengan menangis sesenggukan, ia sangat sedih melihat hal itu, mendengar tangisannya yang begitu miris. sebelumnya ia tidak pernah melihat azzalea seperti ini.
tok tok tok
setelah mendengar ketukan itu ia segera menghapus air matanya, ia tidak mau bundanya mengetahui apa yang ia alami
" kenapa bunda " ucapnya dengan posisi tetap
" za " panggil zara
setelah mendengar suara itu azza langsung membalikkan badannya dan berlari ke pelukan sahabatnya, ia tidak sanggup dengan semua ini sendirian
" husstt, keluarin za, luapin semua rasa sakit lo, keluarin semua tangisan lo malam ini " ucap zara memeluk erat sahabatnya itu seolah memberi kekuatan padanya
" hiks S-sa-sakit ra," lirih azza
hanya itu yang dapat azza keluarkan, lidahnya keluh untuk berbicara, tak sanggup untuk berkata-kata selain kata sakit.
zara melepas pelukannya lalu menatap mata sebam azza, menghapus dengan lembut air mata yang turun membasahi pipi sahabatnya.
"lo harus kuat," ujar zara mengelus lembut pipi azza
" kenapa mereka ngelakuin itu " ucapnya
" gue salah apa, kenapa mereka khianati gue " tambahnya
" kenapa harus mereka " imbuhnya
ia terus mengucapkan hal semacam itu, zara dengan bersusah payah menenangkannya bahkan ia menginap malam ini untuk memastikan azza baik-baik saja
" zaa tidur ya, udah malam " ucap zara
" nangisnya udahan ya, kasian mata lo udah bengkak " bujuk zara
pasalnya sejak dua jam lalu, azza tak hentinya menangis
" zaa " panggilnya karena ia tahu azza tengah melamun
" iya " jawab azza kemudian menarik selimut
untuk menutupi tubuhnya dan membelakangi zara zara tahu gadis itu tidak tidur melainkan tetap menangis terlihat dari bahunya yang terus bergetar
" zaa kalo udah capek tidur ya " ucapnya sebelum ia memejamkan matanya
kini zara sudah memasuki alam mimpinya sedangkan azzalea kini berada di taman rumahnya untuk mencari udara segar karena ia merasa untuk sekedar bernafas saja dadanya sangat sesak
" ka al gapernah bahagia sama lo " " ka al gapernah bahagia sama lo " bayang bayang ucapan ella tadi terus mengusik hati dan pikirannya.